Tautan-tautan Akses

Jaksa: Tersangka Serangan Teror di Paris Mengurungkan Niat menjadi Pembom Bunuh Diri


Polisi menggelandang Salah Abdeslama terduga utama serangan Paris ke mobil polisi. Molenbeek, Brussel, Belgia
Polisi menggelandang Salah Abdeslama terduga utama serangan Paris ke mobil polisi. Molenbeek, Brussel, Belgia

Terduga utama serangan Paris, Saleh Abdeslam, berupaya untuk tidak diekstradisi dari Belgia Ke Perancis. Presiden Perancis, Francois Hollande dan keluarga korban serangan bom ingin agar pelaku diadili di Paris.

Setelah tembakan peluru di kaki mengakhiri aksi buronnya selama empat bulan, Salah Abdeslam hari Sabtu (19/3) memulai upaya hukum supaya tidak diekstradisi dari Belgia ke Perancis, dimana Presiden Francois Hollande dan keluarga 130 korban serangkaian serangan bom bulan November lalu ingin agar diadili di Paris.

Di Paris, jaksa Francois Molins mengatakan dalam interogasi hari Sabtu, Abdeslam mengatakan kepada pejabat-pejabat Belgia bahwa ‘’ia semula ingin meledakkan dirinya di Stade de France atau stadion nasional Perancis’’ pada serangan teror 13 November itu tetapi mengurungkan niatnya pada saat-saat terakhir. Molins tidak mengatakan apa yang menyebabkan laki-laki berusia 26 tahun itu berubah pikiran.

Abdeslam ditembak hari Jum’at (18/3) bersama seorang tersangka komplotan lainnya dalam operasi penggerebekan anti-teror besar-besaran yang dilakukan polisi di Brussels. Ia diketahui berada di sebuah apartemen yang terletak sekitar 500 meter dari rumah orangtuanya dimana ia dibesarkan.

Abdeslam diijinkan meninggalkan rumah sakit St. Pierre di Brussels Sabtu pagi dan diinterogasi aparat dalam posisi tidur karena luka tembaknya. Ia kemudian dituntut secara resmi “ikut serta dalam serangan teroris” di Paris pada 13 November lalu. Perancis segera mengeluarkan surat perintah penangkapan baru dengan beberapa tambahan tuntutan untuk mempercepat ekstradisinya ke Perancis sebelum tenggat 18 Juni.

Presiden Perancis Francois Hollande menegaskan bahwa ia ingin Abdeslam diekstradisi ke Paris, kota yang ditinggalkannya setelah pembantaian bulan November itu. Pengacara Abdeslam di Belgia Sven Mary mengatakan akan menolak upaya ekstradisi itu. Kantor berita Associated Press melaporkan pernyataan Sven Mary bahwa karena ini merupakan penyelidikan kriminal di Brussels, maka ‘’kami membutuhkan Abdeslam di Belgia, bukan di Perancis’’. Ditambahkannya upaya ekstradisi yang tergesa-gesa itu lebih dilandasi rasa bersalah, padahal serangan itu disiapkan dan diatur di Belgia, dan para pelakunya pun berasal dari Brussels. [em]

XS
SM
MD
LG