Tautan-tautan Akses

Jaksa Agung AS akan Beri Kesaksian Soal Kontaknya dengan Rusia


Jaksa Agung Jeff Sessions (Foto: dok).
Jaksa Agung Jeff Sessions (Foto: dok).

Terkait dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu presiden tahun lalu, Jaksa Agung Jeff Sessions, akan memberi kesaksian di hadapan sebuah panel Senat, Selasa (13/6). Reporter VOA Michael Bowman melaporkan, Sessions, mantan senator yang gigih berkampanye untuk Presiden Donald Trump, akan menyampaikan kesaksiannya sementara para legislator memperdebatkan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.

Sebagai salah satu orang kepercayaan Trump, Jaksa Agung Sessions telah secara resmi menyatakan tidak akan terlibat dalam penyelidkan campur tangan Rusia dalam pemilu tahun lalu. Namun para senator memiliki banyak pertanyaan untuk pejabat tertinggi penegakan hukum itu setelah mantan Direktur FBI James Comey mengisyaratkan adanya alasan-alasan mengapa Session harus dijauhkan dari penyelidikan tersebut.

Dalam kesaksiannya pekan lalu Comey mengatakan, "Kami mengetahui adanya fakta-fakta, yang tidak bisa saya ungkapkan dalam kesaksian terbuka, bahwa keterlibatan Session yang berlanjut dalam penyelidikan terkait Rusia akan bermasalah.”

Sessions mendapat banyak kecaman setelah belakangan terbukti merahasiakan kontaknya dengan duta besar Rusia sewaktu masa kampanye dalam sidang konfirmasinya. Waktu itu ia mengatakan, “Saya diminta berkampanye untuk Trump satu atau dua kali, saya tidak menjalin komunikasi dengan orang-orang Rusia.”

Gedung Putih mengatakan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa presiden secara pribadi berkolusi dengan Moskow untuk mempengaruhi pemilu tahun lalu. Gedung Putih juga membantah klaim Comey bahwa Trump mendesaknya untuk mengakhiri penyelidikan terhadap mantan penasehat keamanan nasional Michael Flynn.

Trump mengatakan, "Tidak ada kolusi. Tidak ada pelanggaran.”

Sejumlah legislator dari Partai Republik setuju. Dalam program televisi ABC This Week, Senator Mike Lee mengatakan, "Saya tidak melihat adanya niatan untuk melanggar hukum. Saya bahkan tidak melihat adanya indikasi potensi penyelewengan atau pelanggaran hukum.”

Namun Preet Bahrara, mantan jaksa federal, yang dipecat Trump memiliki pandangan berbeda.

"Ini hal yang sangat serius bila orang-orang mengira bahwa presiden Amerika Serikat bisa mengatakan kepada badan-badan penegak hukum, berdasarkan keinginannya, kesukaan pribadinya atau persahabatannya, bahwa mereka bisa, atau tidak bisa, mempersoalkan kasus kriminal terhadap individu-individu tertentu. Itu bukan cara Amerika menyelesaikan masalah.”

Sementara itu, ada desakan bipartisan di Senat untuk menghukum Rusia karena campurtangannya dalam pemilu. Salah satu yang sedang dipertimbangkan adalah memberlakukan sanksi-sanksi baru. Langkah lainnya adalah mempersulit pelonggaran sanksi-sanksi yang kini diberlakukan terhadap Moskow. Senator Chuck Schumer dari Partai Demokrat mengatakan.

"Presiden dan pemerintahnnya telah menunjukkan keinginan untuk mempertimbangkan pencabutan sanksi-sanksi terhadap Rusia dengan imbalan konsensi yang tidak jelas dari Moskow. Kongres harus memiliki kekuasaan untuk mengkaji setiap keputusan dari pemerintahan ini sebelum sanksi-sanksi dicabut.” [ab/uh]

XS
SM
MD
LG