Tautan-tautan Akses

Insiden Kebencian Anti-Asia Meningkat di AS


Bendera AS dan China sebelum pembukaan negosiasi perdagangan antara AS dan perwakilan perdagangan China di Beijing, 14 Februari 2009. (Foto: AP)
Bendera AS dan China sebelum pembukaan negosiasi perdagangan antara AS dan perwakilan perdagangan China di Beijing, 14 Februari 2009. (Foto: AP)

Sejak pertengahan Maret, sebuah koalisi yang berbasis di AS telah melacak lebih dari 2.100 insiden kebencian anti-Asia, angka mengkhawatirkan yang diduga sebagian disebabkan oleh retorika politik terhadap China selama pandemi virus corona.

Sementara ejekan rasial dan pelecehan verbal mencakup sebagian besar insiden, hampir 80% melibatkan serangan fisik, bisnis-bisnis melarang orang-orang Asia Amerika masuk, dan para penyerang sengaja batuk dan meludahi korban, menurut STOP AAPI Hate, pelacak kebencian anti-Asia.

Dalam sebuah insiden pada Maret, sekelompok remaja Afrika Amerika di kereta komuter San Francisco menggunakan ransel mereka untuk menyerang seorang warga Asia Amerika yang mengenakan masker. Mereka mengatakan orang itu mengidap Covid-19, penyakit yang disebabkan virus corona.

Dalam sebuah peristiwa lain pada April, seorang tak dikenal melempar sebuah batu besar ke jendela sebuah keluarga Amerika keturunan Tionghoa di Santa Rosa, California. Di bagian pintu rumah itu ada tulisan bahasa China untuk berkah kesehatan yang baik dan harmoni. "Ini adalah kesaksian langsung dimana orang-orang mengisahkan pengalaman mengerikan dan traumatis, termasuk apa yang dikatakan kepada mereka ketika diserang," kata Cynthia Choi, salah seorang direktur Chinese for Affirmative Action, salah satu mitra koalisi.

Warga Asia Amerika pernah menjadi sasaran sebelumnya semasa krisis kesehatan masyarakat, demikian pula selama epidemi SARS 2003. Gelombang terbaru kebencian anti-Asia terjadi di tengah tingginya ketegangan terkait pandemi yang dipicu retorika anti-China oleh Presiden Donald Trump dan politisi-politisi lainnya.

Trump, yang sebelumnya memuji China atas caranya menangani krisis, menyalahkan pemimpin China, Xi Jinping, karena menunggu beberapa minggu untuk melaporkan wabah di Wuhan itu kepada Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan menutup-nutupi tingkat keparahannya.

Trump berulangkali menyebut virus korona sebagai "virus China" dan "kung-flu," istilah yang kata kelompok Asia Amerika merendahkan dan semakin memperparah situasi. Trump membantah istilah-istilah itu rasis. [vm/ft]

XS
SM
MD
LG