Tautan-tautan Akses

Indonesia Gandeng Jepang Tangani Sampah Plastik di Laut


Sampah plastik dan styrofoam di pantai Cilincing, Jakarta, Indonesia, 26 November 2018. (Foto: Willy Kurniawan/Reuters)
Sampah plastik dan styrofoam di pantai Cilincing, Jakarta, Indonesia, 26 November 2018. (Foto: Willy Kurniawan/Reuters)

Pemerintah Indonesia menggandeng Jepang untuk membantu mengolah sampah plastik di laut. Seperti apa bentuk kerja sama tersebut?

Sudah beberapa tahun terakhir ini sampah plastik membanjiri laut di seluruh dunia. Ekosistem dan hewan laut pun menjadi terganggu akibat ulah manusia yang kerap membuang sampah ke laut. Indonesia yang dikelilingi oleh lautan luas, kini tercemar oleh sampah plastik.

Guna mengatasi hal tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bekerja sama dengan Jepang melakukan pelatihan untuk dapat memantau sampah-sampah plastik mikro yang ada di laut. Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan mengatakan negara sakura itu akan memberikan pelatihan tidak saja pada peneliti Indonesia, tetapi juga Vietnam, Laos dan lain-lain.

Ketika melakukan pertemuan bilateral dengan menteri lingkungan hidup Jepang di acara G20, menurut Luhut, Indonesia dinilai berada di depan dalam dalam penanganan sampah plastik dan mereka mengapresiasi hal tersebut.

“Sampah ini kan tidak semua dari kita, banyak juga dari tempat lain. Karena ini sekarang menjadi kerja sama global, yang dianggap Indonesia itu leading,” ujar ungkap Luhut dalam acara Coffe Morning di kantor Kemenko Maritim, Jakarta, Selasa (02/7).

“Kita berharap sekarang itu bisa laksanakan juga, sehingga Pak Safri dengan tim betul-betul bekerja untuk melaksanakan ini. Ini memang pekerjaan yang sangat-sangat tidak mudah,” tambahnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (tengah) dalam acara Coffee Morning, di Kantor Kemenko Maritim, Jakarta, Selasa, 2 Juli 2019. (Foto: Ghita Intan)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (tengah) dalam acara Coffee Morning, di Kantor Kemenko Maritim, Jakarta, Selasa, 2 Juli 2019. (Foto: Ghita Intan)

Ia pun mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia, untuk tidak membuang sampah sembarangan. Terutama tidak membuang sampah ke laut. Menurutnya, gerakan tersebut sangat sederhana, namun sulit untuk diterapkan, dan akan berdampak sangat besar kepada seluruh sektor strategis di Indonesia. Bahkan yang terburuk masalah sampah plastik ini juga bisa mengakibatkan stunting.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak, yaitu tinggi badan anak lebih pendek dari standar usia akibat kurangnya asupan gizi untuk jangka waktu yang cukup lama.

“Bantu sebarkan kepada masyarakat. Ayo, kita disiplin mengenai sampah. Jangan kita sembarangan buang, karena Indonesia harus bersih. Memang kelihatannya sederhana, tapi ini dampaknya bagi kesehatan, dampak pada ekonomi, dampak pada pariwisata, ini menjadi isu yang sentral,” kata Luhut.

Indonesia Gandeng Jepang Tangani Sampah Plastik di Laut
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:27 0:00

Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim, Safri Burhanudin, menjelaskan Jepang akan memfasilitasi bagaimana cara memantau sampah plastik mikro, yaitu sampah plastik yang sudah terurai menjadi sangat kecil di laut. Standar untuk melakukan monitoring ini adalah standar internasional. Jadinya nantinya, kata Safri, akan ada standar memantau sampah plastik mikro yang sama.

Pelatihannya sendiri akan dilakukan mulai Agustus hingga September 2019 di Jepang.

“Yang jelas mereka mengambil sampling, kita lihat caranya. Untuk pengambilan samping kita akan lakukan di lima titik di Pantai Utara Jawa. Makanya, kita akan kerja sama di sepanjang pantai,” papar Safri.

“Target kita kan karena 80 persen sampah laut. Sampah di laut tuh dari darat dan 70 persen yang di laut dari Jawa, terutama di Pantai Utara, terutama Jakarta, Bekasi, Tangerang, Semarang. Di bagian utaranya itu kita ambil berapa titik untuk ambil sampling,” ungkap Safri.

Sampah plastik mengotori pantai Sanur di Bali, 10 April 2019. (Foto: Johannes P. Christo)
Sampah plastik mengotori pantai Sanur di Bali, 10 April 2019. (Foto: Johannes P. Christo)

Lanjutnya, setelah mendapatkan pelatihan tersebut pihaknya akan bekerja sama dengan komunitas lingkungan hidup dan kampus di Indonesia untuk melakukan pemantauan secara rutin dari mana sebenarnya sumber sampah plastik yang ada di laut dan mengenal pola penyebaran sampah plastik di laut tersebut.

Tidak hanya sampah plastik mikro saja. Sampah plastik biasa pun akan dijadikan sampel atau contoh untuk kemudian dipantau sumber sampahnya.

Dengan mengetahui sumber sampah itu, pemerintah akan memperkuat regulasi agar kelak semua pihak – misalnya, kapal nelayan atau kapal wisata – untuk tidak membuang sampah lagi ke lautan.

Yang dilakukan sekarang, menurut Safri, adalah membatasi agar sebanyak mungkin sampah yang di darat tidak dibuang ke laut.

“Kedua, kita memperkuat regulasi yang ada di kapal-kapal untuk tidak membuang sampah di laut. Ketiga, regulasi kapal wisata karena umumnya kapal wisata yang perahu-perahu mancing itu gak punya tempat sampah di kapal. Penumpangnya atau wisatawannya kan buang rokoknya, buang apanya kan langsung,” kata Safri.

Kemudian yang keempat, memastikan agar kapal-kapal nelayan membawa kembali alat pancing yang sudah dipakai ke darat dan tidak dibuang ke laut, tambahnya. [gi/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG