Tautan-tautan Akses

Indeks Korupsi Tunjukkan Afrika Masih Payah


Bank Central Somalia (Foto: VOA/Videograph)
Bank Central Somalia (Foto: VOA/Videograph)

Menurut Transparansi Internasional, korupsi memburuk di banyak wilayah di dunia, dan Afrika masih tercatat paling memprihatinkan. Meski demikian Indeks Persepsi Korupsi yang baru-baru ini dirilis oleh organisasi non-pemerintah ini menunjukkan sejumlah kejutan, yakni adanya perbaikan di Afrika Barat, dan kemerosotan tajam di beberapa negara Eropa.

Pantai Gading dan Senegal merupakan dua dari beberapa negara yang mencatat prestasi terbaik. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) mereka mengalami kenaikan sembilan poin dibandingkan dengan 2012. Transparansi Internasional mengatakan, para pemimpin kedua negara itu berhasil memenuhi janji kampanye untuk mengatasi korupsi.

Maggie Murphy, Transparency International (Photo: VOA/videograph)
Maggie Murphy, Transparency International (Photo: VOA/videograph)

“Kedua negara itu mendirikan komisi atau lembaga anti-korupsi. Jadi mereka sesungguhnya menangani isu ini secara jauh lebih serius,” kata Maggie Murphy dari Transparansi Internasional.

Transparansi Internasional secara berkala merilis daftar IPK, yang mengukur tingkat korupsi dengan skala 0 hingga 100. IPK diukur berdasarkan persepsi publik terhadap korupsi pada jabatan publik dan politik. Semakin besar skor IPK sebuah negara semakin rendah tingkat korupsinya.

Rwanda, Botswana dan Mauritius juga dipuji dalam laporan itu. Namun Afrika secara keseluruhan mencatat prestasi paling buruk meski ada sejumlah momentum perubahan. Tema Uni Afrika tahun ini adalah “Memenangkan Perang Melawan Korupsi: Sebuah Jalur Berkelanjutan Menuju Transformasi di Afrika.”

“Meski ada sedikit jeda, namun mungkin dalam waktu lima tahun, kita akan melihat skor IPK yang luar biasa bagus di Afrika. Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Maggie Murphy.

Yang mencatat indeks paling rendah adalah negara-negara yang dikoyak konflik dan kemiskinan, seperti Suriah, Sudan Selatan dan Somalia, yang masing-masing memiliki skor 14, 12 dan sembilan.

Pemerintah Somalia bersikeras mengatakan, mereka berusaha mengatasi korupsi.

Abdirahman Duale Beileh, Menteri Keuangan Somalia. (Foto: VOA/Videograb)
Abdirahman Duale Beileh, Menteri Keuangan Somalia. (Foto: VOA/Videograb)

“Adanya penggelapan, pencurian dan pemborosan di negara ini disebabkan oleh kondisi negara yang sepenuhnya hancur. Negara yang sudah bertahun-tahun tidak memiliki sistim,” kata Menteri Keuangan Somalia Abdirahman Duale Beileh.

Di wilayah Eropa, Hungaria mengalami kemunduran paling parah dalam enam tahun tahun terakhir. Indeks negara itu turun 10 poin.

“Ini menggambarkan situasi di negara itu yang menindas masyarakat sipil dan membungkam kebebasan berbicara,” lanjutnya.

Negara-negara yang memiliki perlindungan paling rendah terhadap wartawan cenderung memiliki tingkat korupsi paling parah.

“Selama enam tahun terakhir, sembilan dari 10 wartawan tewas di negara-negara yang sangat korup. Itu berarti setiap pekannya, satu wartawan dibunuh di sebuah negara yang sangat korup. Dan yang menyedihkan, satu dari lima wartawan yang dibunuh itu adalah yang melaporkan kasus korupsi,” imbuhnya.

Secara keseluruhan, lebih dari setengah jumlah negara yang diukur, IPK-nya tidak mengalami perubahan atau mengalami penurunan. Amerika Serikat mencatat skor 75 dan berada di posisi 16 sebagai negara paling tidak korup. [ab/lt]

XS
SM
MD
LG