Tautan-tautan Akses

IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Jadi 3,3 Persen


Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath (kanan) dan Wakil Direktur Departemen Riset IMF, Gian Maria Milesi-Ferretti dalam konferensi pers di Washington DC, Selasa (9/4).
Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath (kanan) dan Wakil Direktur Departemen Riset IMF, Gian Maria Milesi-Ferretti dalam konferensi pers di Washington DC, Selasa (9/4).

Dana Moneter Internasional (IMF) hari Selasa (9/4) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di Amerika, Eropa, Jepang dan di dunia pada umumnya dan menyebut memuncaknya ketegangan perdagangan sebagai penyebab utama.

Untuk kedua kalinya tahun ini Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan ekonomi tahun 2019, yang merupakan peringatan terhadap melambatnya perekonomian global. IMF memperkirakan perekonomian dunia tahun ini adalah 3,3 persen atau berarti turun dari 3,5 persen pada perkiraan Januari lalu, atau 3,6 persen pada perkiraan musim gugur 2018. Proyeksi ini adalah yang terendah sejak tahun 2009.

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath menyampaikan hal ini dalam konferensi pers di Washington DC hari Selasa (9/4).

“Perkiraan terbaru kami menunjukkan perlambatan pada hampir 70 persen ekonomi dunia di mana pertumbuhan ekonomi yang mencapai 3,6 persen pada tahun 2018, kini pada tahun 2019 menjadi 3,3 persen,” ungkapnya.

Paparan proyeksi yang suram ini disampaikan pada pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Washington DC minggu ini, yang telah ikut mendorong aksi penjualan saham karena investor khawatir berlanjutnya hal ini akan menimbulkan kerugian besar.

Secara khusus IMF juga menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk berhati-hati terhadap apa yang disebut sebagai “delicate moment” atau “peristiwa yang rumit” seperti perang dagang, perubahan iklim, sistem perpajakan internasional dan risiko keamanan di dunia maya.

Selanjutnya, Gita Gopinath mengatakan, “Jika hal-hal rumit dan risiko penurunan pertumbuan ekonomi ini ini tidak terjadi dan kebijakan ekonomi berjalan efektif maka pertumbuhan ekonomi akan pulih. Tetapi jika hal-hal rumit ini terjadi, perkiraan pertumbuhan ekonomi akan terus turun. Oleh karena itu para pengambil kebijakan harus melakukan penyesuaian dan sinkronisasi dengan stimulus ekonomi, disertai kebijakan ekonomi yang lebih akomodatif.”

“Penting untuk menghindari terjadinya kesalahan yang berisiko menimbulkan kerugian besar, khususnya di dua negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia – Amerika dan China – yang sedianya segera menemukan solusi untuk menyelesaikan perang dagang yang telah meningkatkan ketidakpastian ekonomi global,” tambah Gita.

IMF mengingatkan bahwa jika ketegangan akibat perang dagang itu semakin memburuk, maka akan “memicu terjadinya gangguan besar dalam rantai pasokan global.”

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan mencapai 6,3 persen tahun ini atau turun dari 6,6 persen tahun sebelumnya, meskipun sedikit lebih baik dibanding perkiraan pada Januari lalu yaitu 6,2 persen. Ditambahkan, prospek pertumbuhan ekonomi negara Tirai Bambu ini dinilai cerah setelah Presiden Donald Trump memutuskan untuk menangguhkan rencana kenaikan tarif senilai 200 miliar dolar terhadap ekspor China yang terikat dalam perjanjian perdagangan dengan Amerika.

Sementara pertumbuhan Amerika diperkirakan menjadi 2,9 persen atau terkoreksi negatif lumayan besar dibanding tahun lalu yang mencapai 2,9 persen.

IMF juga menyoroti kinerja blok 19 negara yang menggunakan mata uang bersama Euro, yang tahun ini secara kolektif diperkirakan akan mencapai angka pertumbuhan 1,3 persen atau lebih rendah dibanding perkiraan tahun lalu atau tahun mana pun setelah 2013 yaitu 1,8 persen. Perkiraan ini dinilai dapat berubah ketika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa perjanjian yang dapat menguntungkan kedua belah pihak, dan menimbulkan risiko pada perekonomian dunia.

Jepang adalah salah satu negara yang diperkirakan membaik tahun ini dari 0,8 persen pada tahun 2018 menjadi 1 persen tahun 2019 ini.

Secara keseluruhan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia turun dari 3,8 persen pada tahun 2018 menjadi 3,4 persen tahun ini. (em)

Recommended

XS
SM
MD
LG