Tautan-tautan Akses

ICC Tolak Upaya Filipina untuk Blokir Penyelidikan atas Perang Antinarkoba Duterte


FILE - Para pengunjuk rasa memegang plakat sambil menyalakan lilin dalam protes menentang "pembunuhan di luar hukum" terhadap kampanye "Perang Antinarkoba" oleh Presiden Rodrigo Duterte di pinggiran kota Quezon, timur laut Manila, Filipina 8 Oktober 2016 (foto: dok).
FILE - Para pengunjuk rasa memegang plakat sambil menyalakan lilin dalam protes menentang "pembunuhan di luar hukum" terhadap kampanye "Perang Antinarkoba" oleh Presiden Rodrigo Duterte di pinggiran kota Quezon, timur laut Manila, Filipina 8 Oktober 2016 (foto: dok).

Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) bergerak maju dalam penyelidikan atas kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan selama dilakukannya perang antinarkoba oleh Rodrigo Duterte ketika dia menjabat sebagai presiden.

ICC hari Selasa (18/7) menolak seruan pemerintah Filipina untuk memblokir penyelidikan tersebut. Keluarga mereka yang dibunuh dalam kampanye antinarkoba dulu memuji perkembangan terakhir ini.

Foto-foto korban yang dibunuh selama perang melawan narkoba di Filipina yang mengerikan, dan beredar luas di kalangan masyarakat jauh lebih banyak dibanding angka yang terdata. Banyak warga masih berduka dengan kehilangan anggota keluarga mereka lewat cara-cara seperti itu.

Llore Pasco kehilangan dua anaknya – Juan Carlos dan Crisanto – pada hari yang sama pada bulan Mei 2017. “Saya tidak dapat menjelaskan betapa menyakitkan hal itu. Meski sudah enam tahun berlalu, saya masih memikirkannya seolah-olah baru terjadi kemarin," kenangnya.

Data pemerintah menunjukkan ada sekitar 6.200 orang yang tewas dalam operasi pemberantasan narkoba oleh polisi selama enam tahun masa jabatan Presiden Rodrigo Duterte, yang berakhir tahun 2022 lalu. Namun beberapa kelompok HAM mengatakan jumlah kematian sesungguhnya dapat mencapai 30.000 orang, termasuk eksekusi oleh warga yang bekerja sama dengan polisi.

Kembali Llore Pasco. “Saya ingin mereka semua (para pelaku.red) dipenjara. Saya ingin mereka juga menderita, sama seperti penderitaan keluarga yang ditembak mati.”

Sejumlah keluarga Selasa lalu (18/7) berkumpul untuk menyaksikan putusan Mahkamah Kriminal yang menolak permohonan pemerintah Filipina untuk menghentikan penyelidikan tentang kebijakan perang antinarkoba itu. Putusan ini sangat dinantikan keluarga dan mereka yang mendukung upaya penyelidikan itu.

Ephraim Cortez, pengacara di National Union of People’s Lawyer yang pernah ikut serta dalam demonstrasi keluarga mereka yang dibunuh dalam perang antinarkoba itu mengatakan, “Hal-hal yang menghalangi penyelidikan itu sudah tidak ada lagi, dan kini saatnya menuntut pemerintahan sebelumnya atas kejahatan yang mereka lakukan.”

ICC Tolak Upaya Filipina untuk Blokir Penyelidikan atas Perang Antinarkoba Duterte
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:26 0:00

Pemerintahan baru Filipina pimpinan Presiden Ferdinand Marcos Jr. telah menegaskan keengganannya untuk bekerja sama dengan ICC. Bahkan jika Duterte dinyatakan bersalah, belum jelas apakah ia akan benar-benar dipenjara.

Namun, keluarga-keluarga yang anggota keluarganya tewas dalam operasi pemberantasan narkoba itu bersikeras untuk meningkatkan perjuangan mereka.

“Pesan ICC hari ini adalah pesan harapan bagi keluarga-keluarga ini, meskipun kami masih harus melakukan lebih banyak hal,” imbuh Pasco.

Bersatu karena tragedi, dan menolak mundur. [em/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG