Tautan-tautan Akses

Hubungan Jaksa Agung AS dan Presiden Trump Memburuk


Presiden Donald Trump dan Jaksa Agung William Barr tiba di Pangkalan Angkatan Udara, Andrews Air Force Base, di Maryland, 1 September 2020.
Presiden Donald Trump dan Jaksa Agung William Barr tiba di Pangkalan Angkatan Udara, Andrews Air Force Base, di Maryland, 1 September 2020.

Jaksa Agung William Barr, yang akan mengundurkan diri, pernah begitu dekat dengan Presiden Donald Trump sehingga para kritikus menyebutnya sebagai “pengacara pribadi Trump.”

Namun, ketika Barr bersiap mengundurkan diri pada Rabu (23/12), ia tampaknya kembali menjaga jarak dengan Trump dan tuduhan-tuduhan tidak berdasar yang disampaikan Trump tentang meluasnya kecurangan pemilu dalam pemilihan presiden (pilpres) pada 3 November lalu yang dimenangkan oleh penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden.

Dalam konferensi pers yang tampaknya menjadi konferensi pers terakhirnya sebagai Jaksa Agung pada Senin (21/12), Barr menggarisbawahi bahwa ia tidak melihat adanya bukti tentang meluasnya kecurangan pemilu yang dapat mengubah hasil. Dia juga mengatakan tidak ada alasan untuk membentuk dewan khusus untuk menyelidiki kecurangan pemilu dan kesepakatan bisnis yang dibuat oleh putra presiden terpilih Joe Biden, Hunter.

Barr berseberangan dengan Trump dalam isu-isu lain. Antara lain, seruan pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani, untuk menyita mesin-mesin pemilu sebagai bukti terjadinya kecurangan, dan penegasan Trump bahwa China – dan bukan Rusia – yang berada di balik serangkaian peretasan badan pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta Amerika baru-baru ini.

Sikap Barr yang menolak usul pembentukan dewan khusus bertolak belakang dengan sikapnya ketika membela Trump selama menjabat sebagai Jaksa Agung selama 22 bulan ini. Sepanjang penyelidikan jaksa penyidik khusus Robert Mueller, pengadilan pemakzulan Trump awal tahun ini dan demonstrasi menentang perilaku brutal polisi dalam kasus kematian George Flyod; Jaksa Agung berusia 70 tahun yang memiliki pandangan luas tentang kekuasaan eksekutif, kerap membela kepentingan dan wewenang Trump.

Setelah pilpres, kedua tokoh ini dilaporkan berselisih paham setelah Barr menolak menggunakan Departemen Kehakiman untuk mengesahkan klaim tidak berdasar yang disampaikan Trump tentang kecurangan pemilu di negara-negara bagian utama yang penting bagi kemenangan Biden.

Namun, Barr, yang pertama kali menjabat sebagai Jaksa Agung pada 1991-1993, mengatakan ia tidak menyesal mundur dari jabatannya. Dia mengatakan dia tahu akan “bekerja dengan tugas yang sulit” pada masa yang sulit pula.

Barr pada Senin (21/12) menyampaikan pandangan setelah mengumumkan tuduhan terhadap tersangka baru kasus peledakan pesawat terbang Pan Am 103 pada 1988 lalu. [em/ft]

XS
SM
MD
LG