Tautan-tautan Akses

HRW Tuduh Pemberontak Lakukan Penyanderaan dan Penyiksaan


Anggota kelompok militan Houthi berjalan melewati mobil-mobil yang hancur di luar Kompleks Presidensial pasca hantaman serangan udara di Sanaa, Yaman, 7 Mei 2018. (Foto: dok).
Anggota kelompok militan Houthi berjalan melewati mobil-mobil yang hancur di luar Kompleks Presidensial pasca hantaman serangan udara di Sanaa, Yaman, 7 Mei 2018. (Foto: dok).

Organisasi HAM internasional Human Rights Watch (HRW), Selasa (25/9) menuduh pemberontak Syiah Yaman, yang dikenal sebagai kelompok Houthi, melakukan pelanggaran termasuk melakukan penyanderaan, penyiksaan dan penghilangan paksa orang-orang yang mereka tahan.

Organisasi berbasis di New York itu dalam suatu pernyataan menyebutkan telah mendokumentasikan 16 kasus di mana pihak berwenang Houthi menahan orang-orang secara ilegal, kebanyakan untuk meminta tebusan dari kerabat atau menukarnya dengan orang-orang yang ditahan oleh pihak lawannya.

HRW menyatakan para pejabat Houthi telah memperlakukan para tawanan secara brutal, kerap kali dengan meningkatkan kadar penyiksaan. Organisasi itu mendesak pemberontak agar mengakhiri pelanggaran mereka.

“Houthi telah menambah kegiatan mencatut di dalam daftar panjang pelanggaran yang mereka lakukan terhadap orang-orang yang mereka kuasai di Yaman,” ujar

Sarah Leah Whitson, direktur HRW untuk kawasan Timur Tengah, dalam laporan tersebut. “Sebagian pejabat Houthi menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk meraih keuntungan melalui penahanan, penyiksaan dan pembunuhan,” jelasnya.

Para mantan tahanan menjelaskan bahwa para petugas Houthi memukuli mereka dan para sipir mencambuk para tahanan serta mengancam akan memperkosa mereka atau kerabat mereka, sebut laporan itu.

Laporan itu juga mengutip seorang perempuan yang suaminya ditangkap orang-orang tak dikenal pada akhir 2015 yang mengatakan bahwa suaminya ditahan di Kantor Keamanan Politik, badan intelijen yang dikendalikan Houthi dan terkenal kekejamannya, di ibukota yang dikuasai pemberontak, Sanaa.

Ia mengaku telah berbicara kepada banyak tokoh Houthi namun mereka tidak mengambil tindakan apapun. Menurut laporan itu, perempuan tersebut membayar petugas-petugas Houthi sekitar 6.000 dolar selama tiga tahun belakangan, akan tetapi suaminya masih tetap ditahan.

HRW menyatakan pihak berwenang Houthi tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar. Upaya kantor berita Associated Press untuk menghubungi juru bicara Houthi melalui telepon pada hari Selasa juga tidak berhasil.

HRW menyatakan pasukan Uni Emirat Arab, pasukan yang setia kepada Uni Emirat Arab dan pasukan pemerintah Yaman juga telah melakukan penahanan sewenang-wenang, penyiksaan dan penghilangan paksa sejumlah orang dalam konflik di Yaman.

Yaman terlibat dalam perang yang melibatkan koalisi pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah Abed Rabbo Mansour Hadi melawan Houthi sejak Maret 2015. Perang ini, yang menewaskan sedikitnya 10 ribu orang, telah menghancurkan Yaman yang miskin, membuat negara ini menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di dunia. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG