Tautan-tautan Akses

Menlu AS Tuai Tekanan dari Kongres Terkait Peran AS di Yaman


Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, di Washington DC, 16 Agustus 2018. (Foto: dok).
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, di Washington DC, 16 Agustus 2018. (Foto: dok).

Kemarahan semakin berkembang di Kongres Amerika atas peran militer Amerika di Yaman, di mana ribuan orang tewas dan jutaan orang menghadapi kelaparan karena perang antara koalisi pimpinan Saudi dan pemberontak Houthi.

Sekelompok anggota Kongres dari kedua partai menambahkan ketentuan dalam RUU anggaran belanja pertahanan yang mengharuskan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk menyatakan dengan sebenarnya selambatnya tanggal 12 September apakah Arab Saudi dan sekutu militernya, Uni Emirat Arab, mengambil langkah signifikan untuk mengurangi korban sipil dan mencari penyelesaian politik untuk konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun itu. Koresponden VOA Cindy Saine melaporkan dari Departemen Luar Negeri Amerika.

Perang brutal di Yaman terus berlanjut. Sebuah koalisi yang dipimpin oleh Saudi, dan didukung oleh Amerika, telah memerangi pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran sejak 2014, ketika Houthi merebut ibu kota.

Warga sipil, terutama anak-anak, menanggung akibatnya.

Sebagian anggota Kongres Amerika mengatakan sudah cukup dengan apa yang mereka lihat di sana, seperti yang disampaikan oleh Tulsi Gabbard, anggota Kongres dari Partai Demokrat.

“Namun sampai sekarang di Yaman, militer kita terus mengobarkan perang intervensionis ini bersama Arab Saudi, tanpa pengesahan dari Kongres. Waktu untuk air mata buaya dan basa-basi tak berdasar telah berakhir. Cukup adalah cukup. Amerika harus menghentikan dukungannya untuk Arab Saudi, dan berhenti melancarkan perang intervensionis yang menambah kehancuran, kematian, dan penderitaan di seluruh dunia,” jelasnya.

Tetapi Menteri Pertahanan Jim Mattis membela serangan udara pimpinan Saudi. Dia menerangkan, “Mengenai Yaman, kita mendukung hak kedaulatan mitra kita, Arab Saudi untuk membela diri dan kita mengakui berakhirnya konflik membutuhkan solusi politik dan baik Departemen Luar Negeri maupun Departemen Pertahanan bekerja sama erat dengan Utusan Khusus PBB Martin Griffiths dalam hal itu.”

Mattis mengatakan Washington bekerja sama dengan Arab Saudi untuk mengurangi kematian akibat pengeboman yang salah sasaran, seperti yang terjadi pada bulan Agustus yang menghantam sebuah bus yang penuh anak-anak, dan menewaskan sedikitnya 40 di antara mereka.

Kongres telah memberikan waktu kepada Menteri Luar Negeri Mike Pompeo sampai tanggal 12 September ini untuk menyatakan dengan sebenarnya bahwa koalisi telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kematian warga sipil. Jika menteri luar negeri tidak melakukannya, maka ketentuan yang ada melarang pasukan Amerika melakukan pengisian bahan bakar di udara untuk pesawat Saudi. Juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert mengatakan Menteri Pompeo akan bertindak seperti yang diarahkan oleh Kongres, tetapi tidak akan mengatakan apa yang hendak dinyatakan.

Heather Nauert menambahkan, “Kami akan mematuhi pengarahan Kongres sebagaimana diwajibkan, dan kami akan melakukan itu dalam waktu dekat.”

Para analis mengatakan kendati banyak korban dan ribuan warga sipil telantar, pemerintahan Trump, seperti pemerintahan sebelumnya, tampaknya tidak akan menghentikan dukungan militernya bagi Saudi.

“Saya kira tidak akan ada cukup banyak protes untuk mengubah arah kebijakan. Saya kira pemerintahan Trump, mengingat persekutuannya dengan Arab Saudi, akan terus mendukung Saudi,” jelas Charles Schmitz, guru besar di Universitas Towson di Baltimore, Maryland.

Profesor Schmitz mengatakan tekanan tampaknya tidak cukup kuat untuk membuat Amerika berhenti mendukung serangan udara yang dipimpin oleh Saudi, karena terlalu banyak peristiwa lain telah menyita perhatian rakyat Amerika sehingga mereka tidak memberikan cukup perhatian pada Yaman. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG