Tautan-tautan Akses

HRW: Indonesia Telantarkan Anak-Anak Pencari Suaka


Para pencari suaka asal Sri Lanka yang ditahan di Indonesia dalam perjalanan menuju Australia. (Foto: Dok.)
Para pencari suaka asal Sri Lanka yang ditahan di Indonesia dalam perjalanan menuju Australia. (Foto: Dok.)

Lembaga HAM Human Rights Watch mengatakan Indonesia menelantarkan dan melakukan kekerasan pada anak-anak migran atau pencari suaka.

Human Rights Watch mengecam sikap Indonesia terhadap anak-anak migran atau yang mencari suaka dengan menahan ratusan anak-anak tersebut setiap tahun tanpa memberi jalan keluar untuk mengatasi masalah itu.

Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan Senin (24/6), organisasi hak asasi manusia dari New York itu mengatakan anak-anak pencari suaka ini kerap ditahan dalam kondisi mengenaskan, sementara yang lainnya dibiarkan bertahan tanpa bantuan tempat penampungan atau makanan. Indonesia juga dianggap kurang memiliki aturan terkait suaka dan dapat membiarkan imigran ditahan sampai 10 tahun.

HRW mengatakan ada hampir 2.000 pencari suaka dan anak-anak pengungsi di Indonesia sampai Maret, dan lebih dari 1.000 sampai di Indonesia pada 2012. Mereka melarikan diri dari penyiksaan, kekerasan dan kemiskinan di Somalia, Afghanistan, Pakistan, Burma dan negara-negara lain.

Laporan ini berdasarkan wawancara dengan lebih dari 100 orang migran, berusia antara lima hingga enam puluh enam tahun, serta pejabat pemerintah serta anggota-anggota lembaga swadaya masyarakat dan organisasi antarpemerintah.

Laporan ini menyebutkan bahwa baik orang dewasa dan anak-anak menggambarkan adanya kekerasan dari penjaga atau tahanan lain, termasuk ditendang, ditinju, dipukul dengan tongkat, disundut rokok dan disengat aliran listrik.

Dalam salah satu kasus, laporan tersebut mengutip para orangtua yang mengatakan para petugas imigrasi memaksa anak-anak mereka, termasuk yang berusia empat dan enam tahun, untuk melihat para petugas memukuli migran lain.

Alice Farmer, peneliti hak anak dari HRW, mengatakan anak-anak migran dan pencari suaka mengambil risiko nyawa untuk melarikan diri dari negara-negara mereka.

"Namun tempat-tempat penahanan di pelabuhan Indonesia berada dalam kondisi buruk, dimana anak-anak membuang waktu berbulan-bulan atau tahunan tanpa pendidikan atau harapan untuk masa depan," ujarnya.

"Anak-anak migran di Indonesia terjebak dalam permainan menunggu yang lama tanpa hasil yang jelas," tambah Farmer. "Anak-anak yang putus asa akan terus datang ke Indonesia, dan pemerintah harus bertindak untuk memberikan mereka perawatan yang cukup."

Indonesia merupakan tempat transit kunci untuk para migran yang diselundupkan. Ratusan pencari suaka dari negara-negara yang dilanda peperangan telah tewas dalam kecelakaan laut dalam perjalanan yang berbahaya dari Indonesia ke Australia.(AP)

Recommended

XS
SM
MD
LG