Tautan-tautan Akses

Harga BBM Turun, Pemerintah Cabut Subsidi Premium


Petugas SPBU mengisi BBM bersubsidi (jenis premium) pada sebuah kendaraan di Jakarta. (Foto: dok)
Petugas SPBU mengisi BBM bersubsidi (jenis premium) pada sebuah kendaraan di Jakarta. (Foto: dok)

Turunnya harga minyak mentah dunia membuat pemerintah akhirnya menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), namun pemerintah tidak lagi memberi subsidi untuk BBM jenis Premium.

Pemerintah memutuskan menurunkan harga BBM bersubsidi karena harga minyak mentah dunia terus turun, yang saat ini berada dikisaran 65 dolar Amerika per barrel.

Sementara dalam APBN 2014 dan RAPBN 2015 pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah dunia dikisaran 105 dolar Amerika per barrel.

Dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (31/12), Menteri ESDM, Sudirman Said menjelaskan, pemerintah menetapkan harga BBM turun dan berlaku mulai 1 Januari 2015.

Saat ini harga BBM bersubsidi jenis Solar Rp 7.500 per liter dan harga Premium Rp 8.500 per liter.

“Minyak tanah untuk Januari (2015) tetap Rp 2.500 per liter berlaku diseluruh Indonesia, minyak solar Rp 7.250 (per liter) , Premium Rp 7.600 per liter,” jelas Menteri Sudirman Said.

Harga BBM Turun, Premium Tidak Lagi Disubsidi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:01 0:00

Menteri ESDM, Sudirman Said juga menjelaskan meski harga BBM bersubsidi turun, kedepannya nanti pemerintah tidak lagi memberi subsidi untuk jenis Premium sehingga harga Premium akan mengikuti mekanisme pasar sesuai fluktuasi harga minyak mentah dunia.

Dihentikannya subsidi untuk BBM jenis Premium ditambahkan Menteri ESDM, juga karena terkait rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas, yang menegaskan sebaiknya Indonesia tidak lagi memproduksi Premium dan beralih ke Pertamax. Hal tersebut karena selama ini pengadaan Premium di Indonesia dipermainkan oleh oknum-oknum tertentu sehinga merugikan negara.

“Berkaitan dengan pengalihan dari RON 88 ke RON 92 sudah dibicarakan dengan pemegang saham, maupun dengan Pertamina, dan kita appreciate pada rekomendasi itu karena sebetulnya memang beralih dari RON 88 itu akan membuat mutu dari BBM kita lebih baik," kata Menteri ESDM, Sudirman Said.

"Kemudian juga mendorong persaingan lebih sehat, karena itu dengan Pertamina sudah sepakat Pertamina diberi waktu selama-lamanya dua tahun untuk menyiapkan diri supaya RON 88 bisa ditinggalkan, tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena seluruh rekomendasi kita terima dengan baik,” imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan Menko bidang Perekonomian, Sofyan Djalil. Menko mengatakan, harga BBM akan dievaluasi setiap bulan dan langkah tersebut sekaligus agar Pertamina lebih dinamis untuk mengikuti mekanisme pasar lebih sehat dibanding saat ini.

“Harga ini akan dievaluasi setiap bulan karena selama ini cuma Pertamina sebagai pemain satu-satunya, apabila nanti sudah ada mekanisme persaingan yang sehat maka harga ini tentu akan lebih dinamis, tapi perlu diketahui apa yang diincar oleh pemerintahdengan harga ini kita mencapai beberapa tujuan, kita ingin Pertamina lebih efisien, kita ingin Pertamina menyelesaikan masalah kilang dalam waktu yang tidak terlalu lama sehingga suatu saat nanti kita tidak perlukan lagi RON 88,” kata Menko Perekonomian Sofyan Djalil.

Sementara, Menteri BUMN, Rini Soemarno menegaskanpemerintah akan mengkritisi kinerja Pertamia termasuk pengadaan BBM pasca keputusan pemerintah yang diumumkan pada akhir tahun 2014.

“Menekankan dan mengingatkan kepada direksi Pertamina bahwa dengan penugasan ini otomatis Pertamina bertanggung jawab untuk tidak ada kelangkaan diseluruh pelosok Indonesia” pertamian juga efisien dan terus selalu siaga untuk menyediakan BBM diseluruh pelosok Indonesia, untuk seluruh masyarakat Indonesia,” jelas Menteri BUMN Rini Soemarno.

Recommended

XS
SM
MD
LG