Tautan-tautan Akses

3 Fakta tentang Virus Corona Varian India


Seorang pria mengenakan masker berjalan melintas ilustrasi gambar virus di luar pusat sains wilayah, di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. (Foto: Phil Noble/Reuters)
Seorang pria mengenakan masker berjalan melintas ilustrasi gambar virus di luar pusat sains wilayah, di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. (Foto: Phil Noble/Reuters)

Untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan, masyarakat di seluruh Inggris bisa berkumpul di dalam ruang, di pub, restoran, bioskop, pusat kebugaran, dan sebagainya, setelah aturan pembatasan terkait virus corona dilonggarkan minggu ini.

Namun, Perdana Menteri Boris Johnson memperingatkan warganya agara tetap waspada. Sejumlahi Ilmuwan yang menjadi penasihat Johnson menganjurkan aturan ketat mungkin perlu diberlakukan kembali karena adanya varian baru virus Corona yang mengkhawatirkan. Varian itu pertama kali terdeteksi di India.

Berikut ini berapa hal yang diketahui dan belum diketahui tentang varian baru tersebut.

1. Varian apakah ini?

Varian baru COVID-19 yang pertama kali ditemukan di India ini digolongkan sebagai “varian berbahaya” oleh Inggris dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Artinya, ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa varian ini menyebar dengan cepat antar manusia, dan menyebabkan penyakit yang lebih parah, atau mungkin lebih tahan terhadap pengobatan dan vaksin.

“Jumlah pasti kasus (varian baru ini) di Inggris memang masih kecil, tetapi angka kenaikannya cukup tinggi,” kata Nick Loman, profesor bidang gnome microbial di Universitas Birmingham.

Para pelaju di stasiun kereta Waterloo saat jam sibuk pagi hari di tengah pelonggaran pembatasan pandemi COVID-19, di London, Inggris, Rabu, 19 Mei 2021. (Foto: Toby Melville/Reuters)
Para pelaju di stasiun kereta Waterloo saat jam sibuk pagi hari di tengah pelonggaran pembatasan pandemi COVID-19, di London, Inggris, Rabu, 19 Mei 2021. (Foto: Toby Melville/Reuters)

Sebagai informasi, ada lebih dari 2.300 kasus teridentifikasi di Inggris. Angka yang dirilis oleh Public Health England itu menunjukkan kasus terkait varian virus baru dari India telah bertambah tiga kali lipat dalam seminggu terakhir. Para ahli mengatakan varian itu kemungkinan besar akan menjadi varian virus COVID-19 yang paling dominan di Inggris.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknikal COVID-19 di WHO, mengatakan masih dibutuhkan informasi lebih lanjut tentang penyebaran virus varian baru ini secara global.

“Kita perlu melakukan pengurutan (DNA), pengurutan yang terarah perlu dilakukan dan dibagikan di India dan negara-negara lainnya, sehingga kita tahu seberapa luas penyebaran virus varian baru ini,” katanya.

2. Seberapa cepat penularannya?

Belum diketahui secara pasti. Namun, berdasarkan laporan dari sebuah kelompok ahli kepada pemerintah Inggris pada minggu lalu, mereka mengatakan bahwa ada kemungkinan pasti bahwa virus varian baru ini 50 persen lebih menular” dibandingkan varian yang pertama dilaporkan di Inggris. Ledakan penyebaran varian itu memicu kuncitara (lockdown) terpanjang di Inggris pada Januari lalu.

“Ada sejumlah alasan biologis yang masuk akal untuk menjawab mengapa beberapa mutasi yang terjadi bisa membuat varian ini kebih menular,” menurut kesimpulan para ahli.

Jika varian baru ini terbukti bisa 40 persen hingga 50 persen lebih menular, mereka memprediksi bahwa hal tersebut bisa “menimbulkan puncak yang lebih besar” baik untuk kasus baru, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, dan angka kematian – dibanding dengan gelombang virus corona sebelumnya. Apalagi jika pemerintah tetap melanjutkan rencana untuk mengakhiri kuncitara.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbincang dengan sejumlah warga saat mengunjungi pusat vaksinasi COVID-19 di Business Design Centre di Islington, London, Inggris, 18 Mei 2021. (Foto: Jeremy Selwyn/Pool via Reuters)
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbincang dengan sejumlah warga saat mengunjungi pusat vaksinasi COVID-19 di Business Design Centre di Islington, London, Inggris, 18 Mei 2021. (Foto: Jeremy Selwyn/Pool via Reuters)

Dr. Jeremy Farrar, direktur Wellcome Trust yang juga salah satu darisejumlah ilmuwan yang memberi masukan kepada pemerintah, mengatakan sangat memungkinkan jika pembatasan-pembatasan terkait COVID-19, yang mulai dilonggarkan pada Senin (17/5), harus diberlakukan kembali jika penyebaran varian baru ini memicu lonjakan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dan kematian.

“Pelonggaran pengetatan secara hati-hati memang cukup beralasan, tapi kita harus membalikkan kondisi itu,” kata Farrar.

Para ahli menyatakan informasi yang lebih terperinci mengenai seberapa cepat varian virus India itu bisa menulari dan apakah akan membuat rumah sakit-rumah sakit kewalahan, akan bisa diketahui dalam beberapa minggu ke depan.

Johnson mengatakan sejumlah bukti bahwa virus varian baru ini lebih berbahaya bisa “menjadi gangguan serius” bagi rencana pemerintah Inggris untuk mencabut semua pembatasan COVID-19 bulan depan.

3. Apakah vaksin bisa melindungi dari varian ini?

Para ilmuwan berpikir demikian, tetapi mereka masih menunggu jawaban yang pasti.

Foto ilustrasi jarum suntik dan ampul vaksin dengan latar bendera India. (Foto: Reuters)
Foto ilustrasi jarum suntik dan ampul vaksin dengan latar bendera India. (Foto: Reuters)

Pada jumpa pers minggu lalu, Marco Cavaleri, kepala divisi vaksin di European Medicines Agency, mengatakan data yang ada terlihat “agak meyakinkan” bahwa vaksin yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna dapat memberi perlindungan dari virus varian India ini.

Ia mengatakan pihaknya masih mengumpulkan lebih banyak informasi tentang seberapa efektif vaksin yang dibuat oleh AstraZeneca dan Johnson & Johnson dan mereka “cukup yakin” vaksin tersebut mampu melindungi dari varian baru tersebut.

“Data penelitian yang penting (dari varian baru ini) masih terus dikumpulkan,” kata Sharon Peacock dari COVID-19 Genomics Consortium Inggris. Ia menyebut bahwa tampaknya vaksin bisa bekerja untuk melawan varian virus lainnya, tetapi penting untuk menentukan apakah satu dosis bisa efektif atau perlu dua dosis.

Di wilayah Inggris yang paling parah terdampak varian baru ini, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan bahwa kebanyakan yang masuk rumah sakit adalah mereka yang “memilih untuk tidak divaksin.”

Pada Senin (17/5), Johnson mengatakan waktu tunggu untuk menerima vaksin kedua bagi masyarakat berusia di atas 50 tahun dan mereka yang memiliki riwayat penyakit bawaan dikurangi dari 12 minggu menjadi 8 minggu, karena kekhawatiran akan cepatnya penyebaran virus varian baru ini. [er/ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG