Tautan-tautan Akses

Hadapi Demo Anti-Perancis, Pakistan Blokir Medsos


Gambar ilustrasi ini menampilkan logo aplikasi media sosial dari Linkedin, YouTube, Pinterest, Facebook, Instagram dan Twitter yang ditampilkan di sebuah ponsel pintar. (Foto: AFP)
Gambar ilustrasi ini menampilkan logo aplikasi media sosial dari Linkedin, YouTube, Pinterest, Facebook, Instagram dan Twitter yang ditampilkan di sebuah ponsel pintar. (Foto: AFP)

Pakistan memblokir akses ke semua media sosial pada hari Jumat (16/4), setelah protes anti-Perancis berlangsung selama berhari-hari di berbagai penjuru negara itu. Protes itu dipelopori oleh kelompok Muslim radikal yang menentang penggambaran Nabi Muhammad yang menurut mereka menghujat Islam.

Situs-situs yang diblokir sementara atas perintah dari kementerian dalam negeri itu termasuk Twitter dan Facebook, kata Khurram Mehran, juru bicara Badan Pengatur Media Pakistan. Ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Langkah itu diambil sewaktu polisi bersiap membersihkan demonstrasi besar di Lahore timur, dan hanya beberapa jam setelah pemerintah mengatakan bahwa pemimpin partai politik Islam terlarang – yang memelopori aksi protes itu -- mendesak para pendukungnya untuk mundur.

Dengan merilis foto pernyataan catatan yang menurut pemeritah ditulis tangan oleh Saad Rizvi, pemerintah berharap dapat meredakan ketegangan setelah partai Rizvi, Tehreek-e-Labiak Pakistan, mengobarkan protes kekerasan itu.

Aksi unjuk rasa itu telah mengakibatkan dua polisi tewas dan 580 orang lainnya luka-luka. Tiga demonstran juga dilaporkan tewas dalam bentrokan dengan para petugas badan-badan keamanan. Perancis mendesak warganya yang berada di Pakistan untuk meninggalkan negara itu.

Foto pernyataan Rizvi itu dirilis oleh seorang penasihat perdana menteri di Twitter, tetapi baik Rizvi sendiri atau salah satu pimpinan partainya belum memberikan komentar. Beberapa pengikutnya bersikeras bahwa mereka harus mendengar atau melihat kata-kata yang datang dari Rizvi sendiri sebelum menghentikan aksi mereka. Protes di Lahore berlanjut setelah salat Jumat.

Pada hari Kamis, Kedutaan Besar Perancis di Pakistan menyarankan semua warga negaranya meninggalkan negara Islam, dan perusahaan-perusahaannya yang beroperasi di sana menutup operasi mereka untuk sementara waktu, setelah kekerasan meletus menyusul penangkapan Rizvi.

Protes kekerasan telah berlangsung di Lahore sejak Senin. Aksi itu merusak banyak properti pribadi dan publik serta mengganggu pasokan oksigen yang sangat dibutuhkan rumah-rumah sakit untuk pasien-pasien COVID-19.

Dalam pernyataannya, Rizvi meminta para pendukungnya untuk membubarkan diri secara damai demi kebaikan negara dan mengakhiri aksi duduk mereka yang dimulai Senin, setelah polisi menangkap ulama radikal itu karena mengancam akan menggalang protes jika pemerintah tidak mengusir duta besar Perancis sebelum 20 April. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG