Tautan-tautan Akses

Grab Akan Investasi Triliunan Rupiah di Vietnam


Pengemudi GrabBike beristirahat di sebuah taman di Hanoi, Vietnam, 21Juni 2017.
Pengemudi GrabBike beristirahat di sebuah taman di Hanoi, Vietnam, 21Juni 2017.

Perusahaan layanan transportasi online asal Singapura, Grab, akan segera menggelontorkan “beberapa ratusan juta dolar AS” atau sekitar triliunan rupiah untuk berinvestasi di Vietnam yang dinilai sebagai pasar dengan perkembangan potensial berikutnya.

Kabar ini diumumkan setelah beberapa minggu lalu perusahaan tersebut juga berencana untuk menyuntikkan dana sebesar AS$2 miliar atau sekitar Rp28,5 triliun di Indonesia, kantor berita Reuters melaporkan, Senin (26/8/2019).

Rencana investasi tersebut merupakan contoh terbaru bagaimana merek regional papan atas tersebut menekankan komitmennya di Vietnam, salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia. Hal ini juga menunjukkan keseriusan Grab yang telah mengumpulkan miliaran dolar dari para investor untuk dapat menghasilkan keuntungan.

“Kami sangat gembira terkait (rencana di) Vietnam. Kami melihat karakteristik yang serupa dengan Indonesia,” ujar Presiden Grab Ming Maa kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Grab dan rivalnya asal Indonesia, Go-Jek, telah bertumbuh dari operator aplikasi layanan transportasi menjadi toko satu atap yang menyediakan bermacam layanan, seperti pembayaran, pengiriman makanan, logistik, hingga sewa hotel di Asia Tenggara.

Grab, yang telah digunakan di lebih dari 160 juta ponsel di delapan negara, mengatakan bahwa investasinya di Indonesia bertujuan untuk membangun jaringan transportasi masa depan dan mengubah bagaimana layanan genting seperti layanan kesehatan dioperasikan.

Maa berujar, layaknya Indonesia, banyak masyarakat kelas menengah dan konsumen muda di Vietnam menggunakan banyak aplikasi dan situs untuk mengakses sejumlah layanan.

“Saya berharap investasi senilai ratusan juta dolar ini dapat menumbuhkan bisnis kami di Vietnam,” ungkapnya tanpa memberikan detail spesifik mengenai investasi tersebut.

Vietnam berada di peringkat ketiga atau keempat pasar teratas Grab, kata Maa, yang bergabung dengan Grab tiga tahun lalu. Sebelumnya, Ma bekerja di Softbank Group Corp, investor terbesar perusahaan Grab, selama tiga tahun dan sempat bekerja selama 10 tahun di bank investasi Goldman Sachs.

Grab telah menggandeng perusahaan fintech Vietnam, Moca, untuk meluncurkan dompet digital pada 2018 lalu. Grab juga telah bekerja sama dengan sebuah perusahaan kartu kredit Jepang, Credit Saison, yang menawarkan pinjaman dan analisis kredit kepada konsumen dan pengusaha mikro di seluruh penjuru Asia Tenggara.

Menurut perusahaan analisis dan data pasar, App Annie, Grab adalah aplikasi layanan transportasi daring yang paling banyak diunduh di Vietnam sepanjang Januari hingga Juli. Selain Go-Jek, Be adalah kompetitor Grab untuk jasa transportasi online.

Sementara itu, Singapura adalah pasar terbesar kedua Grab. Di Singapura, Grab sedang membangun kantor pusat senilai AS$135 juta. Tahun ini, perusahaan yang telah bermitra dengan 4,5 juta pengemudi di wilayah Asia Tenggara itu, membidik kenaikan pendapatan dua kali lipat, menjadi AS$2 miliar.

Maa menjelaskan bahwa total volume transaksi (gross merchandise volume/GMV) dalam pengiriman makanan, segmen dengan perkembangan yang pesat, telah melonjak 300 persen dalam semester pertama. GrabFood kini menyumbang 20 persen total transaksi perusahaan tersebut.

Lanjut Maa, dalam bisnis layanan transportasinya yang telah matang tersebut, Grab telah mencetak keuntungan di sejumlah pasarnya. Grab juga disebutnya tidak memiliki rencana pasti untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). [ga/ft]

XS
SM
MD
LG