Tautan-tautan Akses

Gerakan Solidaritas Ekonomi untuk Ringankan Beban Pandemi


Seseorang mengemas sembako untuk dibagikan secara gratis di tengah penyebaran COVID-19 di Jakarta, 17 April 2020, sebagai ilustrasi. Gerakan solidaritas ekonomi bermunculan di masa pandemi. di antaranya Teman Bantu Teman dan BagiRata. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)
Seseorang mengemas sembako untuk dibagikan secara gratis di tengah penyebaran COVID-19 di Jakarta, 17 April 2020, sebagai ilustrasi. Gerakan solidaritas ekonomi bermunculan di masa pandemi. di antaranya Teman Bantu Teman dan BagiRata. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)

Gerakan solidaritas ekonomi bermunculan di masa pandemi. Teman Bantu Teman dan BagiRata adalah dua di antara ratusan organisasi nirlaba yang bermunculan di Indonesia dan bertujuan meringankan beban orang-orang yang terhimpit karena pandemi yang berkepanjangan. Bagaimana sepak terjang mereka?

Evie Sri Rejeki bisa sedikit menarik nafas lega, ketika rekening banknya September lalu menerima masukan Rp1 juta. Jumlahnya memang tidak besar untuk ukuran zaman sekarang, tetapi itu seperti percikan “air dingin” bagi perempuan yang didera kesulitan hidup akibat pandemi yang berkepanjangan itu.

Penulis novel dan blogger ini menghadapi kesulitan finansial setelah toko bahan pakaian – yang menjadi bisnis utama keluarga besarnya – terpuruk karena kematian dua kakak laki-lakinya akibat COVID-19 Juni 2021. Kedua kakaknya itu, dan ayah mereka, ibarat mesin utama yang menggerakan roda bisnis itu.

Evie Sri Rejeki, Teman Bantu Teman sedikit ringankan kesulitan ekonomi. (Foto: Dok Pribadi)
Evie Sri Rejeki, Teman Bantu Teman sedikit ringankan kesulitan ekonomi. (Foto: Dok Pribadi)

Evie, 31, terpaksa berhenti bekerja karena harus mengurus keluarga besarnya. Ia kemudian juga terkena depresi dan bahkan jatuh sakit sehingga butuh pengobatan. Suaminya tidak dapat banyak membantu.

“Saya seperti mendapat bantuan atau uluran tangan dari seorang sahabat karena kan kita tidak mungkin cerita ke orang yang tidak kita kenal. Kita tidak nyaman untuk mengungkapkan bahwa kita itu dalam kondisi yang sulit “

Bantuan yang diperoleh Evie memang dari teman-teman sesama penulis, atau tepatnya sebuah organisasi nirlaba yang mengkhususkan diri membantu sesama penulis dan orang-orang yang berkecimpung di bisnis perbukuan yang mengalami kesulitan finansial karena pandemi.

Teman Bantu Teman, demikian nama organisasi ini, merupakan gerakan solidaritas orang-orang yang berkecimpung di dunia perbukuan. Kebanyakan anggotanya adalah penulis independen.

Yopi Setia Umbara—Salah satu pendiri Teman Bantu Teman. (Foto: Dok Pribadi)
Yopi Setia Umbara—Salah satu pendiri Teman Bantu Teman. (Foto: Dok Pribadi)

Yopi Setia Umbara, pemimpin redaksi media onlibe sastra buruan.co adalah salah satu pendiri Teman Bantu Teman. Ia mengatakan, organisasi ini awalnya beranjak dari insitiaf sekumpulan teman dekat – sekitar 20-an penulis lepas – yang ingin membantu sepasang suami istri yang berprofesi sebagai penulis yang terjerat pinjaman online jauh sebelum pandemi merebak. Belakangan, setelah pandemi melanda, ia dan sejumlah teman dekatnya merasa bahwa gerakan mereka harus dipertahankan, dan bahkan diperluas.

“Jangan-jangan bukan hanya penulis yang kita kenal saja yang menghadapi kesulitan seperti ini. Dari situlah kami gencar mencari tahu, siapa yang mengalami kesulitan karena COVID, isoman (isolasi mandiri, red) dan sebagainya.”

Prinsipnya sederhana. Mereka yang mendapatkan penghasilan menyisihkan sebagian pendapatannya untuk mereka yang tidak atau minim penghasilan.

Yopi mangatakan, mereka yang bekerja di ekosistem perbukuan Indonesia umumnya berada dalam situasi finansial yang rapuh. Mereka tidak punya penghasilan tetap, dan terpaksa bekerja rangkap untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketika pandemi melanda, mereka benar-benar terpukul.

Yopi mengatakan, organisasinya itu kemudian berkembang karena mereka yang membutuhkan bantuan semakin banyak dan tidak mungkin hanya mengandalkan donasi dari sesama anggota intinya.

Gerakan Solidaritas Ekonomi untuk Ringankan Beban Pandemi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:07:51 0:00

“Terpicu oleh teman yang terkena isoman, dari situlah kita mencoba luaskan ke publik. Siapa tahu ada yang bantu. Ketika kita membuka medsos, reaksinya sangat baik. Donaturnya ada, dan yang butuh bantuan juga ada.”

Ia dan teman-temannya berusaha menggalang dana melalui berbagai kegiatan, termasuk menyelenggarakan Festival Bantu Teman pada September 2020. Acara diskusi dan wawancara yang diselingi pertunjukan musik itu berhasil menggaet nama-nama besar seperti Gina S. Noer, Sutradara Ali dan Ratu-ratu Queens; Eka kurniawan, penulis novel Beauty is a Wound; dan Cholil Mahmud, personel band Efek Rumah Kaca.

Hingga awal Desember 2021, Teman Bantu Teman telah berhasil menggalang Rp213 juta dan sudah menyalurkan sekitar Rp169 juta kepada puluhan pekerja buku yang membutuhkan bantuan.

Lody Andrian, salah satu pendiri BagiRata. (Foto: Dok Pribadi)
Lody Andrian, salah satu pendiri BagiRata. (Foto: Dok Pribadi)

Dengan pandemi yang masih berlangsung, gerakan solidaritas sebetulnya bermunculan di mana-mana. Sekelompok lima teman -- Lody Andrian, Ivy Vania, Rheza Boge, Elham Arrazag dan Andreas Tulus – membentuk sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan membantu masyarakat Indonesia bertahan dari pandemi.

Hingga saat ini, organisasi yang dinamakan BagiRata itu telah mendistribusikan sekitar Rp1,49 miliar untuk membantu hampir 4.270 pekerja. Data terbaru ini dipublikasikan melalui akun Instagram BagiRata pada 4 Desember

Melalui situs web yang mereka bangun, sesorang dapat mendaftarkan diri sebagai donatur atau sebagai seseorang yang akan menerima dana. Fungsi utama situs itu adalah untuk menghubungkan kedua pihak tersebut. Donatur dapat langsung mengirimkan dana ke penerima melalui e-wallet tanpa mengirimkan uang ke rekening bank yang terpusat.

“Ini tuh peer to peer yah. Jadi kita tidak menampung dana sama sekali. Langsung dari e-wallet pemberi ke penerima. Jadi kita tidak fasilitasi dana di tengah. Jadi mereka (pemberi, red) yang memfilter. Preferensi dia ke orang seperti apa. Jadi keputusan siapa mau ke mana, dan berapa, itu keputusan si pengirim dana.”

Lody menegaskan, BagiRata didasarkan pada keinginan para pendirinya untuk membantu orang lain, dan bukan untuk menghasilkan uang. Lody, Rheza, Elham dan Andreas memiliki pekerjaan tetap, sedangkan Ivy adalah seorang mixologist yang hari kerjanya dimulai pada sore hari.

Dengan pemikiran itu, mereka merancang sistem transfer langsung, sehingga distribusi dapat terus berlangsung tanpa keterlibatan mereka selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

Lody, 29, mengatakan, semua pekerjaan timnya bisa dilakukan di laptop sepanjang ada koneksi internet dan kapan saja, sehingga tidak mengganggu pekerjaan utama mereka. Lody sendiri memulai harinya bekerja sebagai konsultan desain dari pukul 9.00 sampai 18.00. Kemudian, setelah beristirahat sebentar, pada pukul 21.00 ia meluangkan waktunya untuk BagiRata. Ia dan tim menangani BagiRata secara bergiliran.

Meski Lody dan teman-temannya bisa mengatur waktu tanpa mengabaika pekerjaan utama mereka, mereka mengaku sering juga kewalahan. Situs mereka sering dibanjiri berbagai pertanyaan yang menuntut jawaban sesegera mungkin,

Pertemuan Virtual BagiRata. Demi solidaritas ekonomi mereka bersedia luangkan waktu tanpa mengejar keuntungan. (Foto: Dok Pribadi)
Pertemuan Virtual BagiRata. Demi solidaritas ekonomi mereka bersedia luangkan waktu tanpa mengejar keuntungan. (Foto: Dok Pribadi)

Belum lagi mereka dihadapkan pada beban mental karena kerap mendengar kesulitan orang lain. "Kami merasa tidak berdaya, bahwa kami tidak bisa berbuat banyak. Ada juga rasa bersalah di dada kami yang keluar dari rasa kasihan dan ketidakmampuan kami untuk membuat hidup mereka lebih baik," katanya.

Lody mengatakan, BagiRata memang ingin memperluas gerakannya, tetapi keinginan itu selalu terkendala berbagai alasan teknis dan hukum.

Lody menyayangkan meski BagiRata diakui pemerintah, mereka tidak menawarkan bantuan nyata.

“Kecewanya adalah kenapa mereka hanya men-selebrasi adanya gerakan a-i-u-e-o, tanpa mereplikasi gerakan-gerakan warga yang memang terjadi secara organik. Mereka hanya sebatas mengulas. Ada gerakan ini, how it works, tapi nggak sampai ada support."

Ketika pandemi berlalu, apakah inisiatif berbasis solidaritas ini akan berlanjut?

Lody percaya BagiRata mungkin saja berakhir sebagai platform, tetapi bukan sebagai gerakan. Pendapat serupa dilontarkan Yopi terkait Teman Bantu Teman. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG