Tautan-tautan Akses

Dirjen WHO: Kasus Baru COVID-19 dalam Tujuh Minggu Terakhir Turun


Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan pidato pada Sidang Kesehatan Dunia, 24 Mei 2021. (Foto: AFP/WHO/Christopher Black)
Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan pidato pada Sidang Kesehatan Dunia, 24 Mei 2021. (Foto: AFP/WHO/Christopher Black)

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Senin (14/6), mengatakan meskipun jumlah kasus baru COVID-19 terus menurun selama tujuh minggu berturut-turut, virus corona masih terus menyebar dan membunuh orang di Afrika, wilayah yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tanpa akses pada vaksin dan perawatan kesehatan.

Berbicara dari markas besar WHO di Jenewa, Dirjen WHO Tedros Adhanom-Ghebreyesus mengatakan penurunan keseluruhan kasus baru – yang terpanjang sejak pandemi berawal – tentu saja merupakan berita yang disambut baik. Namun ia menambahkan kematian secara keseluruhan tidka turun secepat itu dan hanya sedikit turun minggu lalu.

Tedros mengatakan penurunan kasus juga menutupi fakta bahwa virus mematikan ini terus menyebar dan membunuh di wilayah-wilayah seperti Afrika, yang memiliki keterbatasan akses pada vaksin dan perawatan kesehatan, seperti oksigen dan peralatan diagnostik.

Tedros mengutip sebuah penelitian baru-baru ini di jurnal medis Inggris “The Lancet” yang menunjukkan bahwa Afrika memiliki tingkat kematian global tertinggi di antara pasien COVID-19 yang sakit kritis, meskipun dibandingkan wilayah lain, negara itu memiliki lebih sedikit kasus yang dilaporkan.

Tedros mengatakan bukti yang ada menunjukkan varian baru telah secara substansial meningkatkan perebakan virus secara global, terutama di daerah-daerah dengan tingkat vaksinasi yang rendah. Risiko telah meningkat bagi orang-orang yang tidak dilindungi, yang merupakan sebagian besar populasi dunia, ujarnya. “Saat ini virus corona bergerak lebih cepat dibanding distribusi vaksin secara global,” tambahnya.

Dirjen WHO itu menyampaikan rasa terima kasihnya pada para pemimpin negara-negara G-7 yang baru menyelesaikan pertemuan pekan lalu, yang menjanjikan 870 juta dosis vaksin lewat kerjasama vaksin global yang dikelola WHO – yaitu COVAX.

Tedros mengatakan meskipun sumbangan itu merupakan bantuan yang sangat besar, dunia membutuhkan vaksin yang lebih banyak dan lebih cepat. Ditambahkannya, untuk mengakhiri pandemi ini, sesuai tujuan bersama maka sedikitnya 70% populasi dunia sudah divaksinasi tahun depan. Ini berarti membutuhkan 11 miliar dosis vaksin, dan “G-7 dan G-20 dapat mewujudkan hal ini.” [em/jm]

XS
SM
MD
LG