Tautan-tautan Akses

Digeledah Taliban, Upaya Evakuasi Wartawan di Afghanistan Diintensifkan


Polisi keamanan Afghanistan memblokir seorang jurnalis TV dari syuting di lokasi serangan bom di Kabul, Afghanistan, 10 Februari 2021. (Foto: AP)
Polisi keamanan Afghanistan memblokir seorang jurnalis TV dari syuting di lokasi serangan bom di Kabul, Afghanistan, 10 Februari 2021. (Foto: AP)

Upaya evakuasi bagi wartawan Afghanistan ditingkatkan di tengah adanya laporan bahwa pasukan Taliban telah menggeledah rumah beberapa pekerja media.

Dalam sepekan terakhir, Taliban telah menggeledah properti milik sedikitnya lima wartawan, kata organisasi-organisasi hak media.

Pada Jumat (20/8), orang-orang bersenjata menggeledah properti milik Zalmai Lotfi, kepala TV Enikass, dan mereka memindahkan peralatan kantor dan kendaraannya.

Wartawan itu sebelumnya bersembunyi karena khawatir akan keselamatannya, dan stasiun tersebut telah menghentikan siaran, menurut Federasi Jurnalis Internasional (IFJ).

Jurnalis Afghanistan di lokasi penyerangan, Afghanistan, Senin, 18 Januari 2010. (Foto: AFP)
Jurnalis Afghanistan di lokasi penyerangan, Afghanistan, Senin, 18 Januari 2010. (Foto: AFP)

Rumah-rumah milik wartawan yang bekerja untuk lembaga penyiaran Jerman Deutsche Welle (DW) dan seorang pekerja lepas juga digeledah dalam beberapa hari terakhir, dan kerabat dari seorang wartawan tewas, menurut DW dan kelompok-kelompok hak media.

Di Kabul, VOA telah mengkonfirmasi sedikitnya dua kasus jurnalis diintimidasi oleh Taliban. Dalam kedua kasus tersebut, para wartawan itu ditanyai tentang laporan-laporan yang kritis terhadap kelompok itu sebelum mereka mengambil alih kota itu.

Dalam kasus Enikass, outlet media independen itu memindahkan operasinya dari Jalalabad, Ibu Kota Provinsi Nangarhar, ke Kabul untuk melindungi staf dengan lebih baik, kata IFJ. Orang-orang bersenjata telah membunuh empat karyawannya – semuanya perempuan – sejak Desember.

Provinsi Khorasan Negara Islam (ISKP), sebuah cabang ISIS, mengaku bertanggung jawab, dan mengatakan para wanita menjadi sasaran karena mereka bekerja untuk media pro-pemerintah.

Kerabat membawa mayat salah satu dari tiga wanita yang bekerja untuk stasiun radio dan TV lokal yang tewas pada Selasa dalam serangan yang diklaim oleh kelompok Negara Islam, selama upacara pemakamannya di Jalalabad, timur Kabul, Afghanistan, Rabu, 3 Mare
Kerabat membawa mayat salah satu dari tiga wanita yang bekerja untuk stasiun radio dan TV lokal yang tewas pada Selasa dalam serangan yang diklaim oleh kelompok Negara Islam, selama upacara pemakamannya di Jalalabad, timur Kabul, Afghanistan, Rabu, 3 Mare

Masa Depan yang Tak Pasti

Laporan intimidasi dan penggeledahan itu muncul seminggu setelah Taliban mengadakan konferensi pers pertamanya di Kabul.

Kantor berita Associated Press melaporkan, seorang juru bicara Taliban mengatakan media bebas untuk melaporkan dan bahwa Taliban telah menawarkan amnesti kepada mereka yang bekerja untuk pemerintah AS atau Barat.

Dalam konferensi pers kedua, Selasa (24/8), juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kelompok itu akan menyelidiki “berbagai isu terkait organisasi media” itu. “Mungkin ada insiden, insiden kecil. Mungkin beberapa pejuang kami ada di dekat kantor Anda,” kata Mujahid. “Kami akan memindahkan pasukan kami dari dekat kantor media, dan Anda dapat bekerja dengan bebas.”

Yayasan Media Wanita Internasional (International Women’s Media Foundation/IWMF) yang berbasis di Amerika mengatakan janji Taliban itu “tidak sesuai” dengan apa yang didengar dari media di Afghanistan.

Para wartawan perempuan di kantor berita yang dikelola negara juga melaporkan bahwa Taliban menyuruh mereka untuk tinggal di rumah, setelah mengambil alih ruang redaksi mereka. [lt/em]

XS
SM
MD
LG