Tautan-tautan Akses

Di Tengah Tenggat Wajib Bayar dalam Rubel, Rusia Terus Alirkan Gas ke Eropa


Sebuah ilustrasi pipa gas alam di atas uang kertas Rubel dan sebuah bendera Rusia, 23 Maret 2022. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
Sebuah ilustrasi pipa gas alam di atas uang kertas Rubel dan sebuah bendera Rusia, 23 Maret 2022. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Rusia masih terus mengalirkan gasnya ke Eropa pada Jumat (1/4) meskipun tenggat waktu yang ditetapkan oleh Presiden Vladimir Putin untuk menghentikan pasokannya, kecuali bagi pelanggan mulai membayar dalam mata uang rubel. Kebijakan tersebut merupakan ancaman terkuat Moskow untuk membalas sanksi yang dijatuhkan sejumlah negara atas invasinya ke Ukraina.

Dialog yang bertujuan untuk mengakhiri perang antara Rusia-Ukraina akan dilanjutkan melalui tautan video. Sementara itu, pasukan Ukraina melakukan lebih banyak kemajuan dalam serangan balik di lapangan, dengan berhasil mengusir Rusia dari Ibu Kota Kyiv dan mematahkan pengepungan di beberapa kota di utara dan timur.

Setelah gagal merebut satu kota besar Ukraina dalam perang yang telah berlangsung selama lima minggu itu, Rusia mengatakan telah mengalihkan fokusnya ke tenggara, di mana ia telah didukung kelompok separatis sejak 2014.

Orang-orang berjalan melalui ladang Utrenneye, basis sumber daya untuk proyek Novatek's Arctic LNG 2, yang terletak di Semenanjung Gydan di garis pantai Laut Kara di lingkaran Arktik, sekitar 2.500 km dari Moskow, 30 November 2021. (Foto: AFP)
Orang-orang berjalan melalui ladang Utrenneye, basis sumber daya untuk proyek Novatek's Arctic LNG 2, yang terletak di Semenanjung Gydan di garis pantai Laut Kara di lingkaran Arktik, sekitar 2.500 km dari Moskow, 30 November 2021. (Foto: AFP)

Daerah itu termasuk pelabuhan Mariupol, tempat darurat kemanusiaan terburuk perang, di mana PBB yakin ribuan orang telah tewas setelah lebih dari sebulan berada di bawah pengepungan Rusia dan pemboman tanpa henti.

Palang Merah berharap untuk memulai evakuasi dari kota hari Jumat (1/4) dengan konvoi pertolongan pertama, tetapi Ukraina mengatakan Rusia telah mencegah bus mencapai kota itu pada Kamis (31/3).

Pekerja terlihat di lokasi pembangunan pipa gas Nord Stream 2, dekat kota Kingisepp, wilayah Leningrad, Rusia, 5 Juni 2019. (Foto: REUTERS/Anton Vaganov)
Pekerja terlihat di lokasi pembangunan pipa gas Nord Stream 2, dekat kota Kingisepp, wilayah Leningrad, Rusia, 5 Juni 2019. (Foto: REUTERS/Anton Vaganov)

Sanksi Barat yang dijatuhkan akibat aksi perang Moskow, telah memutus negara tersebut dari sebagian besar aktivitas perdagangan dunia. Namun sektor minyak dan gas mendapatkan pengecualian.

Putin menandatangani perintah yang menetapkan batas waktu, yaitu Jumat (1/4), bagi pembeli dari negara-negara "tidak ramah" untuk membayar gas dengan menggunakan rubel. Jika tidak, maka pasokan gas akan dipotong. Permintaan tersebut ditolak oleh para konsumen negara-negara Barat sebagai upaya untuk menata ulang kontrak yang saat ini menggunakan euro. Jerman, pembeli terbesar, menyebutnya "pemerasan", dan telah memperingatkan minggu ini tentang potensi darurat jika pasokan dibatasi.

Namun pada Jumat (1/4), tidak ada tanda-tanda adanya gangguan pasokan gas. Aliran tetap stabil melalui dua dari tiga pipa utama yang membawa gas Rusia ke Eropa, yaitu Nord 1 melintasi Laut Baltik, dan ke Slovakia melewati Ukraina.

Aliran melalui rute utama lainnya, pipa Yamal-Eropa di atas Belarus, telah berbalik arah, sekarang membawa gas dari Jerman ke Polandia, tetapi ini kadang-kadang terjadi dan tidak selalu menunjukkan kebijakan baru.

Gazprom, perusahaan raksasa gas milik negara pemerintah, mengatakan pihaknya terus memasok gas untuk Eropa melalui Ukraina sejalan dengan permintaan dari konsumen. Permintaan gas mencapai 108,4 juta meter kubik pada Jumat (1/4), turun hanya sebagian kecil dari sehari sebelumnya.

Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa beberapa kontrak yang terkait dengan pengiriman gas sebelum pembayaran jatuh tempo, menunjukkan bahwa pasokan mungkin tidak segera dihentikan.

Putin mengirim pasukan pada 24 Februari untuk apa yang dia sebut "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi Ukraina.

Negara-negara Barat menyebutnya sebagai perang agresi yang tidak beralasan dan mengatakan tujuan sebenarnya Putin adalah untuk menggulingkan pemerintah Ukraina dalam kampanye yang sejauh ini gagal, karena perlawanan Ukraina yang kuat dan logistik Rusia yang buruk. [ah/rs]

XS
SM
MD
LG