Tautan-tautan Akses

Dengan Pembatasan, Tempat Ibadah di Dunia Mulai Dibuka


Muslim tengah melakukan sholat Jumat di masjid Al-Azhar, di Kairo, salah satu masjid tertua di negara itu dan menjadi daya tarik bagi banyak pelajar dan cendekiawan yang tertarik dengan Islam, di Kairo, Mesir. (Foto: AP)
Muslim tengah melakukan sholat Jumat di masjid Al-Azhar, di Kairo, salah satu masjid tertua di negara itu dan menjadi daya tarik bagi banyak pelajar dan cendekiawan yang tertarik dengan Islam, di Kairo, Mesir. (Foto: AP)

Setelah ditutup lebih dari lima bulan karena pandemi virus corona, tempat-tempat ibadah kini dibuka kembali. Di Kairo, Mesir, pembukaan tempat-tempat ibadah itu dilakukan sementara jumlah kasus baru Covid-19 naik lagi setelah sempat turun berminggu-minggu. Di kawasan Washington, DC, tempat-tempat ibadah beroperasi kembali dengan pembatasan ketat.

Di gereja yang penuh sesak, hanya segelintir orang di gereja di Kairo ini yang memakai masker. Padahal, pendeta sudah meminta jemaat agar berhati-hati terhadap virus corona.

Seusai misa, Moza Nazmy, yang berusia 32 tahun, mengatakan lebih banyak orang datang untuk beribadat daripada biasanya. Hal itu menunjukkan pandemi telah membuat banyak orang merenungkan kematian. Namun, ia mengaku terkejut melihat orang tidak mengambil tindakan pencegahan lebih lanjut.

Falls Church Distillers di luar Washington, D.C. memproduksi pembersih tangan dengan kandungan alkohol tinggi untuk membantu memenuhi permintaan yang tinggi. (Foto: VOA)
Falls Church Distillers di luar Washington, D.C. memproduksi pembersih tangan dengan kandungan alkohol tinggi untuk membantu memenuhi permintaan yang tinggi. (Foto: VOA)

Di tempat lain, di Masjid Al-Azhar, prosedur pencegahan penularan virus corona diterapkan lebih ketat ketika masjid itu dibuka kembali untuk salat Jumat.

Jemaah memakai masker dan membawa sajadah sendiri. Mereka juga mengatur jarak sekitar satu meter dari jemaah lain.

Dalam beberapa pekan ini, jumlah kasus baru Covid-19 menurun di Mesir. Namun, mulai akhir bulan lalu, kecenderungan itu berbalik, dengan rata-rata 180 kasus baru per hari.

Sebagian orang Mesir khawatir pembukaan kembali tempat-tempat ibadah akan mengundang masyarakat sehingga akan menyebabkan merebaknya lagi virus yang mematikan itu.

Ribuan Muslim melakukan Iftar atau Buka Puasa bersama di Masjid Al-Azhar, Kairo, Mesir 12/5 (Foto: Reuters).
Ribuan Muslim melakukan Iftar atau Buka Puasa bersama di Masjid Al-Azhar, Kairo, Mesir 12/5 (Foto: Reuters).

Mohamed Osam, usia 29 tahun, adalah fotografer. Ia memotret bangunan-bangunan tua dan terbengkalai di Kairo. Ia mengatakan, bukan hanya masjid dan gereja yang ia khawatirkan tetapi juga kafe, kereta api, dan bisnis lainnya yang kini juga sudah beroperasi kembali.

Dan, seperti banyak tempat di dunia, ia mengatakan Mesir keluar dari penutupan wilayah tanpa mengetahui apakah atau kapan, orang akan aman.

Di Amerika, tempat-tempat ibadah, termasuk masjid IMAAM Center, sudah beroperasi kembali sejak Juni lalu.

“Kita memang strict ya untuk yang akan salat di IMAAM Center,” kata Nani Afdal, Direktur Publikasi dan Komunikasi IMAAM Center, masjid komunitas Muslim Indonesia di kawasan Washington, DC.

Nani mengatakan, sejak dibuka lagi pada 26 Juni, IMAAM Center, yang terletak di Silver Spring, Maryland, mematuhi petunjuk dan arahan pemerintah kota dan distrik dalam upaya pencegahan virus corona.

Nani Afdal, direktur publikasi dan komunikasi IMAAM Center. (Foto: Nani Afdal/dokumen pribadi)
Nani Afdal, direktur publikasi dan komunikasi IMAAM Center. (Foto: Nani Afdal/dokumen pribadi)

Poster-poster berisi peraturan untuk beribadah dipasang di semua masjid, termasuk IMAAM Center. Misalnya, meminta jemaah yang sedang sakit tetap di rumah, apalagi mereka yang mengidap virus corona. Mereka boleh datang lagi ke masjid kalau bisa menunjukkan hasil laboratorium bahwa mereka sudah bebas dari virus itu, dilengkapi surat keterangan dokter.

Restroom (toilet) pun kita ‘gak buka. Wudu harus dari rumah dan harus sampai di masjid 15 menit sebelum (salat dimulai)-nya, harus menggunakan masker dan jarak tetap enam feet (dua meter), kemudian harus membawa sajadah,” kata Nani Afdal.

Untuk penerapan jaga jarak fisik, IMAAM memasang tanda di mana jemaah bisa salat dan memberi jeda dua meter antar-jemaah. Bagi yang tidak membawa sajadah, disediakan gulungan kertas yang bisa dipotong sebagai pengganti alas salat.

“Ini sebetulnya untuk mengantisipasi yang tidak bawa sajadah. Memang sudah dituliskan tetapi masih ada saja yang tidak bawa sajadah. Jadi, IMAAM berinisiatif menyediakan kertas itu,” kata Nani Afdal.

Warga muslim Amerika bersiap menunaikan sholat Idul Adha di masjid komunitas Muslim Indonesia di Masjid IMAAM Center, Silver Spring, Maryland, Jumat pagi (31/7). (Foto: VOA / Karlina Arifin)
Warga muslim Amerika bersiap menunaikan sholat Idul Adha di masjid komunitas Muslim Indonesia di Masjid IMAAM Center, Silver Spring, Maryland, Jumat pagi (31/7). (Foto: VOA / Karlina Arifin)

IMAAM juga menyarankan hanya kelompok usia 12 dan 65 tahun yang datang ke masjid, dan datang 15 menit sebelum salat. Untuk salat Jumat, ada tambahan langkah pengamanan: pemeriksaan suhu tubuh dan terbatas untuk jemaah laki-laki.

“Kalau di tempat lain, harus register dulu. Kalau di IMAAM kan tidak harus register dulu. Pokoknya mengikuti apa yang sudah ada diposter ini, ya sudah,” ujar Nani Afdal.

Untuk salat Jumat, penerapan protokol keamanan menyebabkan masjid tutup atau memperbanyak gelombang salat. Masjid Prince George’s Muslim Association di Lanham, Maryland, tidak mengadakan salat Jumat. Di Masjid IMAAM Center, jemaah dibagi dua gelombang dan dibatasi untuk 50 orang. Di masjid lain, Dar Al Hijrah di Falls Church, Virginia, salat Jumat dibagi lima gelombang, dan di Masjid Al Rahman, Islamic Center of Central Florida, Orlando, salat Jumat dibagi empat gelombang.

“Masing-masing masjid itu memang pada akhirnya, pertama, yang jelas banget, adalah mengikuti (peraturan) county-nya. Kemudian, tergantung kondisi masjid itu sendiri, apakah masjidnya siap atau tidak,” kata Nani Afdal. [ka/jm]

XS
SM
MD
LG