Tautan-tautan Akses

Debby Susanto: Liliyana Lawan Paling Tangguh


Debby Susanto dan Praveen Jordan saat bertanding melawan pasangan ganda campuran Jerman, Michael Fuchs dan Birgit Michel di Olimpiade Rio, 12 Agustus 2016.
Debby Susanto dan Praveen Jordan saat bertanding melawan pasangan ganda campuran Jerman, Michael Fuchs dan Birgit Michel di Olimpiade Rio, 12 Agustus 2016.

Debby Susanto menutup kariernya, Selasa (22/1), di tempat yang ia sayangi – Istora Senayan Jakarta. Dari debut senior internasionalnya pada 2009 (dengan Muhammad Rijal), Susanto berkembang menjadi salah satu pemain ganda campuran terbaik pada masanya.

Meskipun ia tidak mendapatkan penghargaan sebanyak yang didapatkan rekannya, Lilyana Natsir, Susanto dapat dengan bangga mengenang kembali kariernya saat ia masuk dalam peringkat 10 besar untuk waktu yang cukup lama.

All England 2016 dan Korea Open 2017 adalah salah satu pencapaian terbesarnya.

Berikut cuplikan wawancara dengan Debby yang diterjemahkan dari BWF World Tour:

T: Seberapa sulit untuk memutuskan pensiun?

Debby: Tentu saja ini merupakan keputusan yang sulit karena saya sudah mulai bermain bulu tangkis sejak masih kecil. Saya sudah bermain selama 16 atau 17 tahun. Sangat sulit untuk mengambil keputusan ini tapi saya memiliki prioritas yang berbeda sekarang, dan hal itu memudahkan saya untuk memilih. Jika saya tidak memiliki prioritas ini, mungkin ini akan menjadi lebih sulit.

Saya akan segera menginjak usia 30, jadi saya sudah mulai harus memikirkan untuk memiliki anak dan sebagainya.

T: Apa yang terlintas di pikiran anda ketika kehilangan poin terakhir

Debby: Tentu saja saya merasa kecewa dan sedih karena ini bukanlah performa terbaik sepanjang karier saya. Tapi saya tetap senang karena dapat bermain di kandang sendiri dan ini adalah sebuah ucapan perpisahan bagi penggemar saya di Indonesia.

T: Apa Anda anggap pencapaian paling berkesan sepanjang karier Anda?

Debby: Sebenarnya, saya tidak terlalu memikirkan soal medalinya, tapi tentang prosesnya. Dari nol, hingga sekarang, prosesnya sangat sulit. Jadi semuanya membuat saya bangga. Tentu saja, mungkin yang paling besar adalah piala All England.

Kami tidak memenangkan Sudirman Cup tapi kami berhasil masuk semifinal dan itu adalah kenangan yang membahagiakan. Menjadi bagian dari tim Indonesia adalah pengalaman yang sangat baik.

Debby Susanto (kana) dan Praveen Jordan merayakan kemenangan dalam laga ganda campuran turnamen All England di Birmingham, Inggris, 14 Maret 2016. (Foto: Reuters)
Debby Susanto (kana) dan Praveen Jordan merayakan kemenangan dalam laga ganda campuran turnamen All England di Birmingham, Inggris, 14 Maret 2016. (Foto: Reuters)

T: Anda telah bertanding melawan semua pemain ganda terbaik. Siapa yang Anda anggap sebagai lawan terberat Anda?

Debby: Saya pikir yang paling sulit adalah Liliyana. Dia adalah pemain terbaik di garda depan, sangat sulit untuk mengalahkannya. Dia sangat sempurna untuk (peran) pemain ganda putri. Dia memiliki keterampilan yang hebat, tapi ia juga bekerja keras dan itulah yang membuatnya lebih sulit untuk dikalahkan.

Zhao Yunlei juga sangat hebat, dan dia memenangi semua turnamen utama.
Saya sangat menghormati Liliyana. Sangat menarik karena kami pensiun di pertandingan yang sama. Kami adalah teman baik. Saat bepergian, biasanya kami menjadi teman sekamar. Kami saling bertukar pikiran dan pernah membahas soal pensiun. Dia adalah teman bertukar pikiran yang baik.

T: Banyak kemenangan Anda diraih berpasangan dengan Praveen Jordan. Menurut anda seberapa jauh dia bisa berkembang?

Debby: Saya bermain dengan Praveen selama 3 atau 4 tahun dan meraih kemenangan terbesar saya dengannya. Dia adalah seorang pemain yang berbakat, dia masih muda. Saya pikir dia bisa menjadi lima teratas di antara pemain putra, tapi masalahnya adalah soal inkonsistensi. Terkadang dia membuat banyak sekali kesalahan. Hanya itu masalahnya. Jika dia bisa mengatasinya, dia bisa menjadi seorang pemain yang sangat bagus.

Tanya: Dan apa yang ada dalam pikiran Anda tentang Istora Senayan?

Debby: Setiap kali saya bermain di sini adalah sesuatu yang berkesan, karena para pendukungnya berbeda dari negara-negara lain. Setiap kali saya bermain disini membuat saya bangga dan senang.

Tanya: Apakah anda akan berkiprah di bulu tangkis setelah pensiun?

Debby: Saya pikir saya tidak akan berkiprah dalam bulu tangkis. Setidaknya, itulah yang terpikirkan sekarang, tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. [er/ft]

XS
SM
MD
LG