Tautan-tautan Akses

Debat Pilpres Dinilai Berpengaruh Besar untuk Tarik Swing Voters


Seorang perempuan berjalan melewati poster capres Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo saat debat capres pilpres 2014 di Jakarta, 15 Juni 2014. (Foto: Reuters)
Seorang perempuan berjalan melewati poster capres Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo saat debat capres pilpres 2014 di Jakarta, 15 Juni 2014. (Foto: Reuters)

Debat pasangan presiden dan wakil presiden mulai Kamis (17/1) dinilai akan memberi pengaruh besar untuk menarik suara pemilih yang masih belum menentukan pilihan atau disebut “swing voters.”

Minggu ini tahap kampanye pemilihan presiden memasuki babak debat. Menurut jadwal yang dikeluarkan KPU, debat akan berlangsung lima kali. Debat pertama akan digelar Kamis (17/1).

Pengamat politik di Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes kepada VOA menilai ajang debat antar calon presiden dan wakil presiden akan mempengaruhi perolehan suara pada pemilu 2019.

Pemilih, lanjut Arya, sebenarnya masih menunggu program prioritas atau kebijakan yang ditawarkan oleh kedua pasangan kandidat presiden dan wakil presiden. Tetapi selama masa kampanye yang disampaikan bukan rencana program atau kebijakan, tetapi lebih pada kontroversi diksi, misalnya lontaran isu hoaks, julukan tampang Boyolali, hingga genderuwo.

“Jadi, publik menunggu betul debat ini sebagai satu ruang bagi publik untuk melihat bagaimana karakter kandidat, bagaimana visi kandidat, bagaimana performa kandidat. Debat dengan waktu yang cukup panjang dengan 150 menit tentu akan memberikan perspektif baru bagi publik,” tutur Arya.

Lebih lanjut Arya mengatakan efek debat bagi pemilih loyal tentu akan memperkuat pilihannya. Pemilih loyal diperkirakan tidak akan mengubah pilihannya, tetapi pemilih yang belum menentukan pilihan dipastikan akan sangat terpengaruh debat capres-cawapres nanti.

Penguasaan materi, kekuatan data dan cara berkomunikasi menjadi pertimbangan pemilih dari kelompok pemilih mengambang ini. Arya mengatakan kedua kandidat pasangan presiden dan wakil presiden Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi mempunyai peluang yang sama memperoleh suara mengambang ini.

“Kelompok swing ini biasanya mereka dari kelompok millennial kemudian dari perkotaan kemudian dari kalangan terdidik atau terpelajar. Itu mungkin yang paling berpengaruh dari debat ini,” papar Arya.

“Tapi kita juga harus lihat karena penerimaan terhadap televisi sudah besar, orang-orang yang ada di pedesaan, perkampungan juga mempunyai atensi yang luar biasa juga. Karena atensi dan rasa penasaran luar biasa saya kira itu akan mempengaruhi tingkat keterpilihan kandidat,” kata Arya menambahkan.

Menurut data KPU, jumlah pemilih terdaftar dalam pileg dan pilpres 2019 ini adalah 192 juta orang. Beberapa lembaga survei memperkirakan jumlah “swing voters” mencapai 15 persen dari jumlah itu.

Diwawancarai di Jakarta, Sekjen PDI-Perjuangan Hasto Kristianto memastikan Jokowi-Ma’ruf siap menghadapi debat pilpres 2019. Hasto optimis Jokowi-Ma’ruf akan unggul dalam debat tersebut.

“Kalau kita lihat debat yang dahulu, kualifikasi Jokowi karena dia pemimpin yang muncul dari bawah, dari wali kota, gubernur kemudian presiden, dengan pengalaman menjadi presiden memahami tata ihwal pemerintahan yang baik,” kata Hasto.

“Sementara Pak Prabowo, kan belum. Pak Sandi memahami aspek korporasi sehingga kami tidak ada persoalan dengan debat. Debat itu justru menjadi tawaran program-program pasangan calon kepada rakyat,” imbuhnya.

Sementara Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi , Priyo Budi Santoso mengatakan ajang debat akan digunakan Prabowo untuk mengeksplorasi visi dan misinya. Pengaruhnya, ujar Priyo, besar sekali untuk mengubah pikiran pemilih. [fw/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG