Tautan-tautan Akses

Dari Iran ke Indonesia: Memerangi Islamofobia Lewat Film Dokumenter


Seorang perempuan sedang membaca Alquran di Masjid Istiqlal di Jakarta saat bulan suci Ramadan, 9 Juni2017.
Seorang perempuan sedang membaca Alquran di Masjid Istiqlal di Jakarta saat bulan suci Ramadan, 9 Juni2017.

Mengunjungi kota-kota dan desa-desa di lima negara, Sarah Zouak mendokumentasikan 25 perempuan Muslim. Latar belakang mereka beragam. Mulai dari orang tua tunggal hingga nelayan. Sarah ingin menghilangkan stereotip agama yang dianggapnya sudah ketinggalan zaman.

Dengan pemutaran film dokumenter dan diskusi lintas negara, Women SenseTour menceritakan kisah tentang perempuan pembuat perubahan di Moroko, Tunisia, Turki, Iran dan Indonesia melalui 5 film berdurasi satu jam, papar Zouak yang merupakan produser dan aktivis berdarah Perancis-Moroko itu.

“Saya melakukan penelitian tentang para perempuan tersebut di internet, dengan membaca buku atau dari mulut ke mulut,” kata Zouak, 29 tahun. Ia juga pernah menyelenggarakan tiga pemutaran film di Indonesia dan berharap akan melakukannya di seluruh Asia pada masa mendatang.

“Mereka haruslah seorang feminis, Muslim, dan telah mendirikan suatu proyek untuk pemberdayaan perempuan,” kata Zouak kepada Thomson Reuters Foundation via telepon dari Paris.

Perempuan Muslim terlihat di banyak negara, khususnya di Barat, sebagai yang tertindas dan dibatasi kebebasannya. Film ini bertujuan untuk membentuk kembali gagasan ini dengan memperlihatkan kisah-kisah perempuan Muslim yang kuat.

Film itu didanai dengan penggalangan dana dan pengambilan gambar dilakukan oleh Zouak sendiri selama lima bulan perjalanan pada tiga tahun lalu. Perempuan-perempuan dari berbagai macam usia dan latar belakang yang bekerja dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pengungsian, serta mereka yang membantu pengguna narkoba dan korban kekerasan rumah tangga hadir dalam film itu.

Karena belum pernah membuat film dokumenter sebelumnya, Zouak sering tinggal bersama dengan narasumbernya dan mendokumentasikan apa saja yang mereka lakukan sehari-hari.

“Di Indonesia saya bertemu dengan seorang perempuan yang mendirikan sebuah organisasi feminis untuk nelayan perempuan – bahkan perempuan feminis ada dalam industri perikanan,”katanya.

“Sangat menarik untuk melihat bahwa seksisme ada dimana-mana – bahkan di suatu industri yang tak kita bayangkan.”

Proyek ini telah memenangkan dukungan dari U.N Woman dan Institut de France yang bergerak dalam bidang seni.

Proyek ini bahkan telah melakukan tur di sekolah-sekolah, universitas, balai kota dan bioskop di seluruh Prancis dan dunia. Film ini rencananya akan diputarkan gratis agar bisa ditonton secara online.

Zouak juga membentuk sebuah asosiasi yang disebut Lallab untuk melawan Islamofobia dan kini memiliki lebih dari 300 sukarelawan. Ia berharap film dokumenter ini dapat memberikan inspirasi baik bagi laki-laki maupun perempuan.

“Banyak perempuan Muslim yang datang berkata ini adalah pertama kalinya mereka melihat gambaran positif tentang diri mereka,” katanya.

“Mereka lalu ingin untuk menjadi seperti para perempuan yang ada dalam film dokumenter tersebut dan memulai proyek mereka sendiri.” [er/ft]

XS
SM
MD
LG