Tautan-tautan Akses

Cerutu dan Pipa Berisiko Sama dengan Rokok


ARSIP - Seseorang yang bertugas menyeleksi cerutu di pabrik cerutu H. Upmann di Havana, Kuba, 2 Maret 2017 (foto: AP Photo/Ramon Espinosa)
ARSIP - Seseorang yang bertugas menyeleksi cerutu di pabrik cerutu H. Upmann di Havana, Kuba, 2 Maret 2017 (foto: AP Photo/Ramon Espinosa)

Rokok bukan satu-satunya jenis produk tembakau yang dapat menyebabkan kematian mendadak atau kematian akibat kanker terkait kebiasaan merokok, tegas sebuah studi di AS.

Meskipun orang yang secara eksklusif hanya merokok memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami kematian mendadak dari semua sebab dibandingkan dengan orang yang sama sekali tidak menggunakan produk tembakau, para penghisap cerutu eksklusif memiliki risiko kematian mendadak 20 persen lebih tinggi, ujar laporan para peneliti dalam JAMA Internal Medicine.

Ketika menyangkut kematian akibat kanker spesifik yang dikaitkan dengan penggunaan produk tembakau, para perokok berisiko empat kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah menggunakan produk tembakau, namun para penghisap cerutu memiliki kemungkinan 61 persen lebih besar untuk mengalami kematian akibat kanker ini dan pengguna tembakau pipa memiliki peluang 58 persen lebih tinggi.

“Kami tahu para pengguna cerutu dan tembakau pipa secara eksklusif memiliki risiko penyakit yang lebih besar dibandingkan mereka yang tidak menggunakan produk tembakau,” ujar pelaksana utama studi Carol Christensen dari the U.S. Food and Drug Administration's Center for Tobacco Products. “Namun, studi ini memberikan informasi yang mencerminkan pola penggunaan produk tembakau saat ini.”

Data ini “menekankan pentingnya berhenti menggunakan produk tembakau,” ujar Christensen lewat email.

Untuk keperluan studi ini, para peneliti menguji data survey yang mewakili populasi nasional, mulai dikumpulkan tahun 1985, dari 357.420 peserta yang terus dipantau hingga 2011.

Secara keseluruhan, 203.071 orang atau sekitar 57 persen, sama sekali tidak pernah menggunakan produk tembakau sama sekali. 57.251 peserta lainnya perokok reguler, sementara 9.414 menyatakan mereka tidak terlalu sering merokok dan 77.773 lainnya sudah berhenti merokok.

Selain itu, 531 orang saat ini adalah penghisap cerutu reguler, sementara 608 orang tidak begitu sering menghisap cerutu dan 2.398 telah berhenti menghisap cerutu.

Untuk pipa tembakau, 1.099 adalah pengguna harian pipa tembakau, sementara 78 menyatakan tidak begitu sering menggunakan pipa tembakau, dan 5.237 lainnya sudah berhenti menggunakan pipa tembakau.

Selama pelaksanaan studi ini, 51.150 orang telah mengalami kematian oleh karena berbagai sebab.

Dengan kebiasaan penggunaan rokok, cerutu, atau pipa tembakau sehari-hari, orang akan berisiko lebih tinggi mengalami kematian dari kanker terkait penggunaan produk tembakau termasuk penyakit ganas pada kandung kemih, esofagus, larynx, paru-paru, mulut dan tenggorokan, serta pankreas.

Bukan pengguna harian

Bahkan untuk kebiasaan yang bukan pengguna harian, orang akan memiliki enam kali peluang lebih besar karena kanker paru-paru dibandingkan orang yang tidak pernah menggunakan produk tembakau. Mereka juga memiliki risiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami kematian akibat penyakit paru-paru obstruktif kronis, lebih dari empat kali peluang untuk mengalami kematian akibat kanker mulut, dan peluang 43 persen lebih besar menderita kelainan sistem sirkulasi.

Para penghisap cerutu memiliki peluang tiga kali lebih besar mengalami kematian akibat kanker paru-paru, dan untuk para pengguna pipa tembakau saat ini peluangnya 51 persen lebih tinggi dibanding mereka yang bukan pengguna.

Namun demikian hasilnya terbatas dengan jumlah penghisap cerutu dan pipa tembakau yang relatif kecil dalam sampel, catat penulis.

Keterbatasan lainnya adalah pertanyaan-pertanyaan survei tentang penggunaan tembakau berubah seiring berjalannya waktu dan tidak menentukan seberapa sering perokok yang tidak merokok setiap harinya merokok, menghisap cerutau, atau pipa tembakau.

Meskipun begitu, hasilnya menunjukkan para dokter mungkin perlu memperluas bagaimana mereka mendiskusikan kebiasaan merokok dengan para pasien untuk memastikan orang memahami bahwa mereka berisiko bahkan bila mereka tidak memiliki kebiasaan ini sehari-hari, ujar Dr. Michael Ong dari the University of California-Los Angeles dan VA Greater Los Angeles Healthcare System.

“Pasien sering kali tidak mengasosiasikan penggunaan cerutu atau pipa dengan risiko kesehatan, namun studi ini menunjukkan, para pengguna, khususnya pengguna harian cerutu diasosiasikan dengan meningkatnya risiko kematian,” Ong, yang tidak terlibat dalam studi tersebut, menyatakan lewat email.

Para dokter juga perlu memperluas pesannya tentang merokok dan rokok untuk juga menyertakan produk-produk tembakau lainnya yang menjadi semakin populer, ujar Judith Prochaska, seorang peneliti di Stanford University di California yang tidak ikut serta dalam studi ini.

Pada umumnya, dokter hanya bertanya apakah orang menghisap rokok, namun mereka seharusnya menanyakan kepada pasien lebih luas lagi tentang penggunaan produk tembakau, ujar Prochaska lewat email.

“Prospek penggunaan tembakau telah berubah secara dramatis,” imbuh Prochaska. “Meskipun rokok tetap menjadi produk tembakau utama yang digunakan, cerutu, tembakau tak berasap, rokok elektrik, dan bahkan pipa tembakau penggunaannya semakin meningkat, sementara penggunaan rokok di AS telah mulai berkurang.” [ww]

XS
SM
MD
LG