Tautan-tautan Akses

Cemas Hadapi "New Normal," Komposer Pematangsiantar di AS Rilis Lagu Bertema Pandemi


Komposer Indonesia di Los Angeles, Jesica Yap, merilis lagu bertema pandemi COVID-19 berjudul "6-feet apart" di AS (dok: Jesica Yap)
Komposer Indonesia di Los Angeles, Jesica Yap, merilis lagu bertema pandemi COVID-19 berjudul "6-feet apart" di AS (dok: Jesica Yap)

Cemas hadapi "New Normal," komposer sekaligus musisi Pematangsiantar, Jesica Yap di Los Angeles, Amerika Serikat lalu curhat lewat lagu terbarunya yang bertema pandemi, berjudul "Six Feet Apart."

Komposer sekaligus musisi asal Pematangsiantar, Sumatra Utara yang bermukim di Los Angeles, Jesica Yap, belum lama ini merilis sebuah lagu yang mengangkat tema terkait “the new normal” alias kelaziman baru, di era pandemi COVID-19.

Lagu berbahasa Inggris ini diberi judul, “Six Feet Apart,” alias jarak 6 kaki atau sekitar 2 meter yang memisahkan antar sesama sebagai pembatas sosial ini, merupakan gambaran isi hatinya melihat suasana ketidakpastian akibat pandemi ini.

Musisi Indonesia, Jesica Yap, pelantun lagu bertema pandemi COVID-19 berjudul "6-feet apart" (dok: Jesica Yap)
Musisi Indonesia, Jesica Yap, pelantun lagu bertema pandemi COVID-19 berjudul "6-feet apart" (dok: Jesica Yap)

Lagu ini berisi lirik yang sangat mengena di hati:

Hey, have you ever wondered?
If we'll ever meet each other
When this craziness is over

Pernahkah kamu membayangkan?

Apakah kita nantinya akan bertemu satu sama lain?

Saat (pandemi) ini berakhir?

Lagu ini bercerita tentang dua orang yang berkenalan secara virtual dan langsung menjadi akrab selama harus #dirumahaja di era pandemi ini. Mereka lalu merasa cemas, apakah mereka nantinya bisa bertemu? Dan apa yang akan terjadi ketika mereka bertemu nanti.

“Apakah kita masih bisa nge-hug (Red: berpelukan)? Apakah kita masih bisa (bertemu, pergi makan seperti biasa)? Karena semua orang pakai masker, semua orang udah 6-feet-apart,” cerita Jesica Yap kepada VOA, lewat obrolan melalui Zoom belum lama ini.

“Jujur lirik lagu nya itu yang aku pikirin selama ini selama coronavirus pandemic,” kata Alfian Rusli saat pertama kali mendengar lagu tersebut.

Alfian Rusli, Conservation educator di Disney World, Florida (dok: Alfian Rusli)
Alfian Rusli, Conservation educator di Disney World, Florida (dok: Alfian Rusli)

Pria yang bekerja di bidang konservasi binatang atau Conservation Educator di Walt Disney World, Florida ini merasa cemas akan perubahan sikap orang-orang di sekitarnya akibat pandemi ini. Ia sendiri merasa ‘parno’ (Red: paranoid) dengan virus yang belum ada obatnya ini.

“Yang tadinya aku udah terbiasa sama orang-orang berpelukan setiap ketemuan, ini jadi dilatih lagi untuk nggak berpelukan. Karena kan di Indonesia kita nggak ada tuh budaya berpelukan setiap ketemuan ya,” tambah Alfian.

Walau kisah cinta tersirat di dalam lagu ini, menurut Dorotea Purba, mahasiswi yang tengah kuliah di Universitas George Washington, di Washington, D.C., lagu ini juga mengena di hatinya, apalagi ketika mengingat keluarganya yang tinggal jauh di Indonesia.

"(Tentu) bisa di relate ke (keluarga), lirik yang "if we'll ever hug each other," karena banyak Indonesian students di (Amerika) yang belum tahu akan balik ke Indonesia atau nggak, karena takut nggak bisa masuk lagi nanti buat Fall semester," kata Dorotea yang juga merasa cemas akan ketidakpastian terkait dengan "the new normal" ini.

"Aku orangnya extrovert banget. Yang namanya ngumpul-ngumpul sama teman-teman dan jalan-jalan itu harus," katanya sambil tertawa.

"Tapi soal the new normal ini kita harus merhatiin all the safety precautions (pakai masker di luar, cuci tangan), pokoknya personal hygiene harus dijaga banget supaya nggak (mencelakai diri sendiri dan orang lain," tambahnya.

Musisi Indonesia, Jesica Yap, di Los Angeles (dok: Jesica Yap)
Musisi Indonesia, Jesica Yap, di Los Angeles (dok: Jesica Yap)

Cerita-cerita seperti ini, juga berbagai hal yang viral di media sosial banyak memberikan inspirasi bagi Jesica dalam menulis lagu ber-genre pop dan R&B ini.

“Kadang itu kreatifitas itu datang ketika kadang itu kreatifitas itu dateng ketika kita melihat banyak hal yang ada di sini dan mendengar apa yang orang-orang lagi bicarakan gitu lho, tiba-tiba ya muncul aja gitu,” cerita perempuan kelahiran tahun 1989 ini.

Lirik lagu "Six Feet Apart" ini ditulis dalam waktu yang cukup singkat, yaitu hanya beberapa jam saja. Kini, lagu ini sudah bisa disimak di seluruh dunia, melalui berbagai layanan streaming musik.

Ini bukan pertama kalinya Jesica merilis lagu di Amerika Serikat. Beberapa waktu lalu ia juga mencipta sebuah lagu yang rencananya akan dirilis di akhir tahun 2020. Namun, ketika pandemi ini terjadi, ia memutuskan untuk merilis lagu yang ia beri judul “Together” ini lebih dulu pada Maret lalu.

Lagu ini menceritakan persahabatannya dengan seorang teman selama bertahun-tahun. Jesica berharap lagu ini bisa menciptakan rasa kebersamaan di tengah masa yang sulit ini.

“Wah, ini momen yang tepat gitu loh. Semoga lagu ini di-launching dan orang-orang bisa merasakan kebersamaan dan kesatuan. We are together in this, this one too shall past (Red: Kita melalui ini bersama. (Masa sulit ini) pasti akan berakhir pada waktunya).”

Siapakah Jesica Yap?

Jesica Yap hijrah ke Amerika Serikat pada tahun 2010 untuk melanjutkan pendidikan S1 jurusan Film Scoring atau penggarapan musik khusus untuk film di Berklee College of Music, di Boston Massachusetts. Universitas bergengsi ini telah melahirkan nama-nama besar di industri musik, seperti John Mayer, Quincy Jones, Melissa Etheridge, Charlie Puth, dan masih banyak lagi.

Jesica Yap dan kedua orang tuanya saat acara kelulusan di Berklee College of Music (Dok: Jesica Yap)
Jesica Yap dan kedua orang tuanya saat acara kelulusan di Berklee College of Music (Dok: Jesica Yap)

Setelah lulus pada tahun 2014, ia pindah ke Los Angeles untuk memulai karirnya di dunia musik dengan bekerja di sebuah studio sebagai asisten komposer.

“Dia itu komposernya Blockbuster (untuk film) Captain America,” kenang Jesica yang juga pernah terlibat dalam penggarapan musik antara lain untuk film “Big Hero 6,” “Kingsman: the Secret Service,” “Pixels,” dan “The birth of a Nation.”

Selain untuk film, Jesica juga membuat lagu untuk beragam iklan, di bidang fashion, jam tangan, bahan bangunan, dan masih banyak lagi. Tanpa menggunakan agen, biasanya Jesica mendapatkan klien dari kenalan atau mulut ke mulut. “(Ke)banyakan sih yang udah saya kenal itu nanti (kembali ke saya dan bekerja dengan saya lagi),” tambahnya.

Penghargaan di Dunia Musik

Talenta dan keahliannya di bidang musik membuahkan sebuah prestasi yang membanggakan, di mana pada tahun 2018, Jesica mendapat nominasi penghargaan Jerry Goldsmith di ajang Film Music Festival di Amerika Serikat. Untuk karya musiknya dalam iklan sebuah jam tangan, Jesica dinominasikan di kategori Musik untuk Iklan atau Promosi Terbaik.

Jesica Yap raih penghargaan di ajang Hollywood Music and Media Awards 2018 (Dok: Jesica Yap)
Jesica Yap raih penghargaan di ajang Hollywood Music and Media Awards 2018 (Dok: Jesica Yap)

Di tahun yang sama, karya musik di iklan itu juga membuatnya dinominasikan meraih Musik Untuk Iklan Terbaik dalam ajang Hollywood Music in Media Awards. Ia berhasil memenangkan penghargaan dalam kategori Musik Terbaik untuk Film Pendek Berbahasa Asing, atas karyanya untuk film, berjudul “Sigek Cokelat,” arahan sutradara Indonesia, Ashram Shahrivar.

Di tahun 2019, ia kembali meraih penghargaan di ajang Hollywood Music in Media Awards, untuk kategori Musik Terbaik untuk Film Pendek Berbahasa Asing, atas karyanya untuk film bertajuk, “Rumah.”

Bicara soal inspirasi, Jesica mengatakan sering mendapatkannya dari berbagai hal atau kegiatan, seperti saat sedang berjalan-jalan atau bahkan lagi menyetir. “Kadang-kadang nggak dicari, kadang-kadang datang,” ujarnya.

Menjadi komposer tentu saja tidak terhidar dari tantangan, khususnya ketika ingin menghasilkan yang terbaik untuk klien. “Ketika saya ada writer’s block (Red: merasa buntu), yang saya lakuin itu, saya keluar dan jalan-jalan. Menjauh dari pekerjaan, memasak atau melakukan hal yang lain, lalu baru kembali bekerja lagi. Atau kadang hanya mendengarkan musik, atau melihat gambarnya berulang-ulang kali, terus habis itu dapat inspirasi,” kata Jesica.

Yang terpenting menurut Jesica adalah tidak melewati deadline atau batas waktu. “Habis itu kan bakal ada revisi lagi atau nanti dikasih tahu. Kadang mulai dari dua, tiga diskusi itu kita semakin mengerti apa yang (sutradara) ini mau atau yang produsernya mau,” jelasnya.

Mengajar Hampir 70 Murid

Selain sebagai komposer, Jesica juga memiliki pekerjaan sambilan sebagai pianis untuk band dan guru piano di sekolah musik, maupun privat. Hingga saat ini Jesica sudah memiliki hampir 70 murid. Namun, di masa pandemi ini, ia terpaksa mengajar secara virtual.

“Sama sekali nggak ke rumah orang. Semua harus melalui online,” kata perempuan yang hobi masak, mendengarkan podcast, dan membaca buku ini.

Ruang kerja Jesica Yap di Los Angeles, California (dok: Jesica Yap)
Ruang kerja Jesica Yap di Los Angeles, California (dok: Jesica Yap)

Jesica mengaku di masa pandemi ini ia jadi banyak mempelajari hal baru, seperti mengajar lewat aplikasi pertemuan virtual.

“Teknologinya gimana, connecting the piano kalau saya ngajar, connecting the piano to the audio supaya murid bisa ngerti,” jelas penggemar Michael Jackson, Adele, dan Bruno Mars ini.

Tidak hanya harus mempelajari teknologi baru, pandemi ini menurunkan jumlah muridnya hingga 40 persen. Menurut Jessica, ini dikarenakan banyak orang tua yang tidak bekerja, sehingga les piano tidak menjadi prioritas saat ini.

Selain itu, ada juga orang tua yang menjadi lebih sibuk karena harus bekerja di rumah, sehingga tidak bisa menemani anaknya les piano secara virtual, terutama jika anak-anaknya masih kecil untuk melakukan les tanpa ditemani.

Besar dengan Musik di Keluarga

Jesica sudah mengenal musik sejak kecil. Orang tua dan keempat saudaranya juga menekuni dunia musik. Ibunya senang bermain akordeon dan menyanyi, sedangkan ayahnya bisa bermain gitar dan juga menyanyi.

“Papi sama Mami itu sangat men-support anak-anaknya semua untuk bermain musik. Dan terutama main piano. Piano itu adalah keharusan di dalam rumah kita,” kenangnya.

Jesica Yap saat sedang tampil di satu acara (dok: Jesica Yap)
Jesica Yap saat sedang tampil di satu acara (dok: Jesica Yap)

Ia berterima kasih kepada orang tua dan saudara-saudara kandungnya yang sudah mengenalkannya kepada dunia musik, memupuk kecintaan dan kemampuannya hingga sekarang ini.

“Dan dibarengi dengan support, karena itu sangat penting mental support itu. Dan yah, waktu dulu kecil kan di les-in segala macam,” ujarnya.

Kepada teman-teman sesama musisi, Jesica mendorong untuk melakukan kolaborasi dengan sesama, yang kini banyak dilakukan melalui media sosial.

“Orang udah pada kolaborasi dengan musisi-musisi ternama. Musisi-musisi ternama itu (terbuka untuk kolaborasi) dan mereka feature di post mereka,” jelasnya.

Dengan begitu, kemampuan dan karya masing-masing akan terus terlihat. “Jadi lebih banyak konsistensi untuk muncul dan tetap menghasilkan karya-karya.”

Untuk saat ini memang belum ada proyek lagu atau acara manggung untuk Jesica, namun, Jesica tetap berusaha terus menjalani sebisa mungkin dunia musik yang ia cintai di tengah pandemi.

Simak obrolan bersama Jesica Yap, di podcast KUDOS VOA Indonesia episode: Jesica Yap, Musisi Asal Pematangsiantar di LA Rilis Lagu Bertema Pandemi. [di/em]

XS
SM
MD
LG