Tautan-tautan Akses

Buya Syafii Maarif di Mata Dua Tokoh Perempuan


Buya Syafii tetap gemar membaca di usia tua. (Foto: SM/Deni al Asyari)
Buya Syafii tetap gemar membaca di usia tua. (Foto: SM/Deni al Asyari)

Ahmad Syafii Maarif, kerap dipanggil Buya Syafii, dinilai memiliki andil dalam perjuangan kesetaraan gender di Indonesia.

Wakil Presiden Persekutuan Gereja-Gereja Reformis Dunia, Sylvana Maria Apituley, mengapresiasi perjuangan Buya Syafii dalam kesetaraan perempuan di Indonesia. Menurutnya, Buya merupakan salah satu tokoh laki-laki yang setuju bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin.

Ia mengatakan, dukungan tokoh laki-laki penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia yang masih bergulat hingga saat ini. Salah satunya, perjuangan dalam menghapus praktik perkawinan anak dan memastikan perempuan terlibat dalam pengambilan kebijakan di Indonesia.

"Beliau setuju perempuan menjadi pemimpin. Karena itu saya merasa nilai-nilai yang diperjuangkan Buya adalah nilai-nilai yang sama diperjuangkan kelompok perempuan lintas agama di Indonesia," tutur Sylvana Maria Apituley dalam diskusi seri "Merawat Buya, Merawat Indonesia: Buya Syafii Maarif di Mata Tokoh Bangsa" pada Jumat (5/6/2020) malam.

Dalam salah satu acara di Muhammadiyah, Buya Syafii tetap menjadi sesepuh panutan. (Photo: SM / Deni al Asyari)
Dalam salah satu acara di Muhammadiyah, Buya Syafii tetap menjadi sesepuh panutan. (Photo: SM / Deni al Asyari)

Sylvana Maria menambahkan Buya Syafii juga mendukung perjuangan perempuan Papua yang dilanggar hak asasinya. Itu terlihat dari kesediaan Buya menuliskan dukungan dalam buku laporan pelanggaran HAM terhadap perempuan Papua pada 2014. Tulisan itu tidak dicetak di buku tersebut karena waktu pencetakan yang mepet.

"Tapi intinya beliau mengatakan untuk persoalan Papua, akar permasalahan HAM di Papua harus ditangani dengan baik dan perlu ada kepastian tegaknya keadilan bagi masyarkat asli Papua," tambahnya.

Pada sisi lain, Maria mengenal Buya Syafii sebagai sosok yang memperjuangkan nilai-nilai antikorupsi dan upaya kelestarian lingkungan sekitar. Menurutnya, itu juga sejalan dengan agama lain, termasuk Kristen.

Buya Syafii Maarif di Mata Dua Tokoh Perempuan 
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:34 0:00

Tokoh perempuan Muslim, Musdah Mulia, mengatakan Buya Syafii adalah tokoh yang menghormati perempuan, terlihat dari keputusannya untuk tidak melakukan poligami dan kekerasan terhadap perempuan, baik di ranah publik maupun domestik. Di samping itu, penghormatan Buya terhadap perempuan terlihat dalam tulisan-tulisannya selama ini.

"Bagi saya, meskipun Buya tidak menulis hal-hal yang lebih spesifik tentang isu-isu kesetaraan dan keadilan gender, isu feminism, bagi saya cukup 2 hal. Beliau tidak melakukan poligami dan tidak melakukan hal-hal yang dianggap perilaku kekerasan terhadap perempuan," jelas Musda Mulia.

Musda Mulia menuturkan Buya juga merupakan sosok yang berani dalam mengungkapkan pendapat secara jernih, sosok yang, menurutnya, dibutuhkan bangsa. Itu, ia percaya, karena Buya tidak terlibat partai politik.

Buya Syafii bersantai di lincak bambu di rumahnya. (Photo: SM / Deni al Asyari)
Buya Syafii bersantai di lincak bambu di rumahnya. (Photo: SM / Deni al Asyari)

"Ketika beliau mengatakan preman berjubah. Itu kan sesuatu yang menohok dan menyadarkan kita tentang pentingnya membangun kesadaran baru tentang preman berjubah itu apa. Itu kan istilah yang menohok, tapi keberanian itu menyadarkan kita untuk tidak menjadi seperti itu," tutur Musda.

Ia menambahkan, Buya juga orang yang berempati pada orang-orang yang mengalami penindasan. Itu terlihat dari kasus Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) saat dijerat dengan pasal karet penodaan agama.

Buya berani berbeda pendapat dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan kalangan muslim lainnya, dengan menyebut Ahok tidak menghina Al Quran, khususnya Surat Al-Maidah 51. Ayat tersebut berisi anjuran agar tidak memilih pemimpin selain muslim.

Mantan Gubernur DKI, Basuki T. Purnama (Ahok) dan Pimpinan KPK Taufiequrachman Ruki mendampingi Buya Syafii Maarif dalam Peluncuran Buku di Bentara Budaya, Jakarta hari Jumat (3/7).
Mantan Gubernur DKI, Basuki T. Purnama (Ahok) dan Pimpinan KPK Taufiequrachman Ruki mendampingi Buya Syafii Maarif dalam Peluncuran Buku di Bentara Budaya, Jakarta hari Jumat (3/7).

Menurutnya, Ahok hanya menyampaikan kepada publik agar tidak percaya kepada orang yang berbohong dengan surat Al-Maidah 51, bukan menyebut ayat tersebut bohong. Tidak hanya itu, Buya juga orang yang sederhana dalam kesehariannya meskipun telah menjadi tokoh nasional.

Dan yang juga menarik dari Buya, kata Musda Mulia, sikapnya yang tidak setuju pada wacana pendirian negara Islam. Ia mengatakan, Buya tidak ingin masyarakat terjebak formalitas agama dan mengabaikan nilai-nilai agama seperti keadilan. Termasuk, kata Musda Mulia, penolakan terhadap fundamentalisme agama yang menolak pluralisme atau Bhineka Tunggal Ika.

"Beliau berkali-kali mengatakan, bukan berarti saya tidak setuju pada negara Islam. Tapi saya tidak ingin kita terlalu mengedepankan aspek-aspek yang formalitas, sehingga yang terjadi seperti sekarang ini, yang ada simbol-simbol, bukan esensi," imbuhnya.

Ahmad Safii Maarif atau Buya Safii lahir di Sumpur Kudus, Sumatera Barat pada 31 Mei 1935. Buya pernah menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998-2005 dan kini menjadi anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. [sm/ka]

Recommended

XS
SM
MD
LG