Tautan-tautan Akses

Buddhis di Myanmar: Manusia Perahu Catut Nama Rohingya


Para biksu Buddhis di Myanmar dalam demonstrasi menentang kunjungan delegasi Organisasi Kerjasama Islamis di Yangon. (Foto: Dok)
Para biksu Buddhis di Myanmar dalam demonstrasi menentang kunjungan delegasi Organisasi Kerjasama Islamis di Yangon. (Foto: Dok)

Para biksu mengatakan manusia-manusia perahu telah mencatut nama Rohingya dan berpura-pura menjadi pengungsi agar dapat mencari jalan datang ke Myanmar.

Beberapa ratus demonstran di kota utama Myanmar, Rabu (27/5), menyangkal, bahwa manusia-manusia perahu yang tiba di pantai-pantai Asia Tenggara adalah Muslim Rohingya, kelompok minoritas agama yang eksistensinya ditolak oleh pemerintah dan banyak lainnya di negara mayoritas Buddhis tersebut.

Sekitar 30 biksu Buddhis radikal memimpin demonstrasi di Yangon tersebut.

“Manusia-manusia perahu itu bukan dari Myanmar” menurut tulisan dalam salah satu spanduk yang dibawa demonstran. Yang lainnya bertuliskan, “PBB dan media internasional mengarang cerita!”

Myanmar telah mengalami lonjakan nasionalisme Buddhis sejak negara itu berubah dari kediktatoran ke demokrasi empat tahun lalu.

Sampai 280 orang Rohingya dibunuh oleh para preman bersenjatakan golok dan puluhan ribu lainnya melarikan diri lewat laut dengan kapal-kapal pukat kayu, berharap menemukan kehidupan yang lebih baik di tempat lain.

Dalam beberapa minggu terakhir, lebih dari 3.000 migran Rohingya dan Bangladesh yang melarikan diri dari penganiayaan dan kemiskinan telah mendarat di Indonesia, Thailand dan Malaysia.

“Ini bukan masalah Myanmar, ini isu global sekarang,” ujar Thuda Nanda, seorang biksu Buddhis.

“Manusia-manusia perahu ini telah mencatut nama ‘Rohingya.’ Mereka berpura-pura menjadi pengungsi agar dapat mencari jalan datang ke Myanmar. Kita tidak dapat menerima mereka.”

Sebanyak 1,3 juta orang Rohingya ditolak mendapatkan kewarganegaraan oleh undang-undang nasional. Pemerintah menyebut mereka “Bengali,” menandakan bahwa mereka migran ilegal dari Bangladesh, meski banyak dari keluarga mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.

XS
SM
MD
LG