Tautan-tautan Akses

Belum Ada Laporan Hasil Autopsi, Kematian Aktivis WALHI Sumut Masih Misteri


WALHI Sumut saat berada di pemakaman Golfrid Siregar di Kampung Gereja, Kecamatan Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumut, Selasa (8/10). (Courtesy: WALHI Sumut)
WALHI Sumut saat berada di pemakaman Golfrid Siregar di Kampung Gereja, Kecamatan Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumut, Selasa (8/10). (Courtesy: WALHI Sumut)

Kasus kematian Golfrid Siregar, aktivis lingkungan sekaligus kuasa hukum WALHI Sumatera Utara masih teka-teki lantaran belum diketahui pasti penyebabnya. Padahal polisi telah mengautopsi jenazah Golfrid. WALHI Sumatra Utara mendesak agar polisi secepatnya mengungkap kasus kematian Golfrid.

Polisi belum bisa memastikan penyebab kematian Golfrid Siregar, aktivis lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatra Utara (Sumut), meski sudah menyelesaikan autopsi jenazah Golfrid pada Senin (7/10) malam.

Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto mengatakan pihaknya belum mengetahui hasil dari autopsi tersebut.

"Kita tunggu dulu hasil autopsi. Kemudian saya sudah perintahkan Dirkrimum dan Kapolrestabes untuk membentuk satu tim yang khusus menangani masalah ini," kata Agus di Medan, Rabu (9/10).

Lanjut Agus, polisi telah memeriksa beberapa saksi, termasuk orang yang sempat bertemu Golfrid sebelum kejadian. Namun, Agus enggan menyebut berapa orang saksi yang telah diperiksa.

Belum Ada Laporan Hasil Autopsi, Kematian Aktivis WALHI Sumut Masih Misteri
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:08 0:00

"Kemudian saya dengar ada beberapa saksi yang sudah diperiksa terkait dengan pertemuan dia sebelum kejadian. Katanya dia bertemu dengan keluarganya kemudian sempat di warung dengan temannya dan itu sudah diperiksa," ucapnya.

WALHI Sumut terus mendesak kepolisian agar secepatnya mengungkapkan kasus kematian rekan mereka. Direktur Eksekutif WALHI Sumut, Dana Prima Tarigan mengatakan pihaknya mendampingi keluarga Golfrid untuk mencari tahu penyebab kematiannya karena mereka menilai ada keganjilan dalam kasus itu.

Keganjilan itu antara lain polisi mengaku tidak tidak tahu tempat kejadian perkara (TKP) ketika ditanyai.

"Mereka bilang fly over (jalan layang). Buktinya tidak di fly over. Jadi itu menjadi keganjilan buat kami ini. Ada yang tidak benar. Itu kenapa kami mengambil keputusan untuk mendampingi keluarga melapor," jelas Dana.

Lanjut Dana, WALHI Sumut bersama keluarga Golfrid saat ini belum menerima hasil autopsi. Mereka meminta kepolisian segera mengumumkan hasil autopsi dan temuan lain ke publik agar tak menimbulkan berbagai asumsi dari masyarakat.

"Ada olah TKP hari ini. Tapi kami belum dapat secara komperehensif apa hasil olah TKP hari ini. Kami masih tetap merasa ada kejanggalan dan ini harus diungkap secara transparan apa penyebab meninggalnya Golfrid," ujar Dana.

Jenazah Golfrid Siregar saat hendak dikebumikan di Kampung Gereja, Kecamatan Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumut, Selasa (8/10). (Courtesy: WALHI Sumut)
Jenazah Golfrid Siregar saat hendak dikebumikan di Kampung Gereja, Kecamatan Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumut, Selasa (8/10). (Courtesy: WALHI Sumut)

Menurut Dana, Golfrid, yang juga kuasa hukum Walhi Sumut, banyak melakukan advokasi kasus lingkungan yang ditangani WALHI Sumut. Antara lain, kasus pembalakan liar di Kabupaten Karo, pencemaran lingkungan di Kabupaten Batubara, gugatan izin lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru, dan pemalsuan analisis dampak lingkungan (AMDAL). Namun, WALHI Sumut enggan berspekulasi apakah ada hubungan antara kematian Golfrid dan kasus-kasus lingkungan yang ditanganinya.

"Ini semua kasus-kasus yang ditangani oleh Walhi Sumut dan kajian hukumnya itu Golfrid yang buat. Dari awal sampai akhir dia tahu semua kasus yang ditangani WALHI Sumut," ungkap Dana.

Selain kematian Golfrid yang masih misteri, banyak barang berharga milik Golfrid yang raib. Antara lain, dompet, cincin, ponsel dan laptop. WALHI Sumut berharap agar kasus ini segera terungkap.

Intimidasi disertai ancaman juga pernah dialami salah satu personel dari WALHI Sumut. Kata Dana, manager advokasi dan kampanye WALHI Sumut, Roy Lumban Gaol mendapat ancaman verbal dari telepon beberapa bulan lalu dari orang tak dikenal, agar tidak melanjutkan kasus yang sedang ditangani pihaknya.

"Itu juga bagian dari atensi kami, apakah ancaman itu terus berulang atau hanya sekali dan itu jadi bagian dari investigasi kami di internal,” papar Dana.

Dana mengaku belum mengetahui detail ancaman tersebut. Namun, pihaknya akan berkoordinasi dengan keluarga korban untuk melihat apakah ada ancaman lain yang muncul terhadap Golfrid.

Sementara itu pada saat dilakukan olah TKP di underpass jalan A.H Nasution, Kota Medan, Kasatlantas Polrestabes Medan, AKBP Juliani Prihatini mengatakan ada dua saksi yang dihadirkan. Keduanya, yakni tukang becak dan warga yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian. Mereka diyakini mengetahui posisi Golfrid saat tergeletak di jalan.

"Beberapa yang ditandai adanya rentetan dari penyelidikan untuk mengetahui apakah masih ditemukan bercak-bercak darah. Sampai saat ini masih dalam tahap penyelidikan. Saksi menemukan korban tidak memakai helm. Pada saat kejadian dan di lokasi tidak ada helm," jelas Juliani.

Golfried Siregar ditemukan tak sadarkan diri di jalan itu pada Kamis (3/10) dini hari, pukul 01.00 WIB. Korban ditemukan oleh tukang becak yang kebetulan melintas di sana. Tukang becak tersebut membawa korban ke Rumah Sakit Mitra Sejati, lalu diarahkan untuk ditangani ke Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik.

Golfrid harus menjalani operasi pada Jumat (4/10) karena mengalami luka serius di bagian kepala. Setelah tiga hari dirawat, Golfrid meninggal dunia pada Minggu (6/10). Jenazah Golfrid Siregar dimakamkan di kampung halaman kakeknya di Kampung Gereja, Kecamatan Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumut, pada Selasa (8/10). [aa/ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG