Peringatan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober menjadi momentum para perajin batik di Jawa Timur untuk membentuk asosiasi, yang bertujuan memantapkan langkah menghadapi pasar bebas Asia maupun masyarakat ekonomi Asean 2015.
Mengangkat kekayaan desain, motif serta pewarnaan dari bahan alam, perajin batik Jawa Timur bertekad menjadikan Batik Jawa Timur Mendunia.
Sebanyak 300 perajin batik asal Jawa Timur membentuk organisasi yang diberi nama Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur, sebagai wadah pengembangan industri kerajinan tangan dan kreatif asli Indonesia agar bisa bersaing di pasar global.
Sebanyak 1.120 motif batik dari 38 Kabupaten dan Kota di Jawa Timur siap dikembangkan, untuk menjadikan Batik sebagai industri kreatif yang semakin dikenal dan diminati di dunia.
Dikatakan oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Timur, Nina Kirana Soekarwo, dengan potensi kekayaan Jawa Timur di bidang motif dan desain batik, serta bersatunya para perajin batik dalam sebuah asosiasi perajin batik, akan semakin menguatkan posisi kerajinan batik Jawa Timur di pasar dunia.
“Dengan kayanya (motif) Batik yang ada di Jawa Timur, yang mencerminkan karakter masing-masing masyarakat yang tergabung di dunia Mojopahit ini, ini luar biasa yang kita angkat. Dan satu hal, komitmen dari perajin batik dalam menghadapi Asean Economic Community ini, dengan terbentuknya (asosiasi) ini menjadi semakin kuat dan termotivasi untuk lebih baik berkreasi, berinovasi dan sekaligus bisa sharing dengan teman-teman untuk masalah kualitas,” kata Nina Kirana Soekarwo.
Menurut Putu Sulistiani, selaku Ketua Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur, peran pemerintah daerah dirasa sangat penting dalam mendukung kemajuan industri kerajinan batik di Jawa Timur. Pembinaan dan pelatihan, hingga kemudahan dalam permodalan dan pemasaran akan sangat membantu perajin batik Jawa Timur bersaing menghadapi pasar bebas Asia di tahun depan.
“Kami menginginkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu memulai untuk mencanangkan pembinaan terhadap perajin-perajin Batik Jawa Timur, terutama dalam sisi peningkatan dari kualitas produksi batik kami, sehingga nantinya Batik-batik dari Jawa Timur ini layak untuk ditampilkan, baik secara nasional maupun secara internasional. Dan targetnya pada tahun 2015 adalah para perajin Batik Jawa Timur, ini sudah siap untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, atau pun nantinya AFTA 2015,” kata Putu Sulistiani.
Putu Sulistiani yang juga perajin Batik Dewi Saraswati, Surabaya menambahkan, upaya menggandeng desainer terkenal baik di tingkat lokal maupun nasional, hingga melakukan pameran diluar negeri, merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk semakin menjadikan batik Jawa Timur mendunia.
“Keinginan kami adalah nanti bekerjasama dengan desainer-desainer lokal dulu, untuk menggunakan Batik Jawa Timur. Kemudian Pemerintah Jawa Timur, dengan desain yang didesain oleh desainer terkenal misalnya, kita ajak untuk berpromosi ke luar negeri. Kemudian menggunakan model-model mungkin di luar negeri, itu impian kami, sehingga Batik Jawa Timur semakin dikenal,” jelasnya.
Selain kekayaan motif maupun corak warna dari batik Jawa Timur, kerajinan batik dengan bahan pewarna alam saat ini semakin berkembang dan diminati.
Dikatakan oleh Ririn Asih Pindari, perajin Batik Pewarna Alam Sekar Jati, Jombang, pasar nasional maupun dunia semakin menggemari batik dengan pewarna alam yang dinilai lebih ramah lingkungan. Meski sulit dan membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembuatannya, batik pewarna alam semakin menjadi daya tarik pasar di luar negeri khususnya Jepang dan Eropa.
“Kalau untuk Batik warna alam ya, memang dari ciri warnanya itu sudah kelihatan banget, gak ngejreng (mencolok), jadi warnanya cenderung soft, biru juga soft, merah pun gak bisa seperti merah bendera, merahnya merah bata gak bisangejreng, itu ciri utamanya," jelas Ririn Asih Pindari.
"Bahannya itu ada kayu mahoni, jolawe, thini, ada indigo. Nah itu semua memang dalam prosesnya kalau warna alam harus telaten, harus ulet, karena satu kali pencelupan itu gak seperti warna kimia, wana kimia kan sekali sudah jadi ya, kalau warna alam paling gak sepuluh kali baru jadi satu warna, itu tantangan untuk membuat warna alam,” lanjutnya.
Ririn meyakini keberadaan batik Indonesia khususnya dari Jawa Timur akan dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun dunia, ditengah gempuran produk baju motif batik asal China.
“Kita pengrajin di Indonesia rasanya gak perlu kuatir, kalau memang benar-benar heritage, benar-benar unik, benar-benar Batik tulis, itu dengan masuknya batik dari China, itu kita tidak perlu kuatir, karena pasarnya sudah ada sendiri-sendiri,” kata Ririn.