Tautan-tautan Akses

Pengamat: Bangladesh Harus Waspadai Kelompok Garis Keras dalam Militer


Brigjend Muhammad Masud Razzaq (kanan) menjelaskan mengenai percobaan kudeta yang dilakukan anggota militer negara itu (20/1).
Brigjend Muhammad Masud Razzaq (kanan) menjelaskan mengenai percobaan kudeta yang dilakukan anggota militer negara itu (20/1).

Sehari setelah Angkatan Darat Bangladesh mengatakan telah menggagalkan percobaan kudeta, kalangan analis mengatakan negara yang mayoritas penduduknya Muslim itu harus tetap waspada dengan kehadiran kelompok garis keras dalam lingkungan militer.

Angkatan Darat mengatakan berhasil menggagalkan konspirasi untuk menggulingkan Perdana Menteri Sheikh Hasina. Percobaan kudeta itu dipimpin oleh 16 tentara aktif dan non aktif dengan “pandangan keagamaan ekstrim” yang ingin memberlakukan hukum Islam di Bangladesh.

Guru besar Universitas Dhaka, Imtiaz Ahmed, mengatakan laporan-laporan keluhan dari berbagai unsur militer telah terdengar dalam beberapa minggu ini. Ahmed mengatakan belum banyak informasi yang tersedia tetapi memuji upaya tentara dalam menangani “percobaan kudeta” itu.

Ia mengatakan, “Akan diperlukan beberapa waktu lagi untuk memahami apa yang terjadi, tetapi percobaan kudeta itu ditangani secara professional. Tidak ada keributan dan tidak dibesar-besarkan.”

Analis politik mengatakan dugaan konspirasi itu tampaknya dilancarkan oleh para perwira menengah dan mungkin tidak mencerminkan ancaman serius bagi pemerintah yang terpilih itu.

Tetapi banyak pertanyaan yang muncul apakah komplotan itu mendapat dukungan oleh kalangan Islam garis keras.

Sejak menjadi perdana menteri setelah kemenangan besar tahun 2009, Sheikh Hasina telah membuat marah kelompok Islamis, termasuk partai keagamaan paling terkemuka negara itu, Jamaat-e-Islami yang menganut garis keras.

Tahun lalu, pemerintahan Sheikh Hasina menghadapi berbagai protes setelah membuat perubahan agar konstitusi Bangladesh menjadi lebih sekuler, meskipun Islam dipertahankan sebagai agama negara itu. Dia melarang kelompok-kelompok militan Islamis. Beberapa pemimpin senior partai Jamaat-e-Islami telah diadili karena kejahatan perang semasa perjuangan tahun 1971 yang menghasilkan kemerdekaaan negara itu dari Pakistan.

Sukh Deo Muni, analis pada Institute of South Asian Studies di Singapura mengatakan, “Ada kalangan garis keras dalam angkatan darat, pengaruh kalangan Islamis tidak dominan, tetapi pengaruh itu selalu ada. Tidak diragukan lagi sebagian partai keagamaan, khususnya Jamaat-e-Islami, mendapat tekanan, jadi kemungkinan mereka menggunakan koneksi mereka untuk menumbangkan pemerintah tidak bisa dikesampingkan.”

Ini bukanlah pertama kalinya pemerintahan Sheikh Hasina menghadapi pergolakan dalam militer. Tidak lama setelah ia berkuasa, pemberontakan pasukan paramiliter terjadi di beberapa kota dan menewaskan 70 orang termasuk 51 orang perwira militer.

Dalam beberapa bulan ini, dia telah diperingatkan, beberapa kelompok ekstrim, berkonspirasi menentang pemerintahannya dan orang diminta supaya waspada.

Di Bangladesh sejak lama sering terjadi kudeta dengan kekerasan dan demokrasi dipulihkan setelah lama dibawah kekuasaan militer pada tahun 1991. Salah satu yang paling terbaru adalah pemerintah sementara yang didukung militer Bangladesh selama dua tahun hingga akhir tahun 2008.

XS
SM
MD
LG