Tautan-tautan Akses

Bakti Pelukis untuk Kesehatan dan Kepedulian kepada Sesama


Salah satu lukisan diri berjudul Budapest, ketika ia berpameran di kota itu, pada 2019. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)
Salah satu lukisan diri berjudul Budapest, ketika ia berpameran di kota itu, pada 2019. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)

Keunikan karya lukisnya mengundang banyak perhatian para kolektor, museum seni maupun pecinta seni perorangan. Gaya lukisannya yang kekanak-kanakan, naif dengan warna-warna menyolok itulah yang membuat Erica Hestu Wahyuni menjadi pelukis dengan gaya seni tersendiri yang unik.

Erica Hestu Wahyuni, pelukis kelahiran Yogyakarta ini, sudah melukis sejak kanak-kanak. Pada 1989, ia menerima penghargaan bidang Sketsa dan Lukisan Cat Air Terbaik dalam merayakan Dies Natalis ke-9 Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Selain itu pada 2000, Erica juga pernah diundang untuk ikut serta dalam pameran yang diadakan di Museum of Contemporary Art di Moskow, Russia, serta masih banyak lagi.

"Saya merasa ini kemampuan saya. Saya tidak ke arah lukisan yang realis dan naturalis, meskipun hampir semua pelukis sebenarnya diwajibkan untuk mampu melukis gaya itu. Tapi saya cenderung untuk tidak meneruskan gaya itu, karena memang sejak kecil saya senang dan sering menjuarai lomba lukis anak-anak," tuturnya kepada Puspita Sariwati dari VOA.

Erica melukis di studionya. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)
Erica melukis di studionya. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)

Terjual 500 Masker

Tampaknya profesinya sebagai pelukis yang tergolong produktif itu tidak terkena dampak langsung pandemi corona, jika dibandingkan dengan mereka yang berprofesi di bidang perhotelan, pariwisata, rumah makan dan angkutan umum.

Namun, rencana Erica yang sedianya akan mengikuti pameran dan simposium internasional (Art Fair and Symposium Future Indonesia) di delapan negara, yakni Italia, Jerman, Perancis, Hungaria, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Singapura itu terpaksa ditunda dan tidak tahu sampai kapan.

Masker dengan aneka warna logo lukisan Erica.(Foto: Erica Hestu Wahyuni)
Masker dengan aneka warna logo lukisan Erica.(Foto: Erica Hestu Wahyuni)

Maka pada masa pandemi, pelukis yang tinggal di Yogyakarta itu merasa tergugah untuk menyebarkan karya seninya melalui produk pendukung kesehatan, salah satunya adalah masker. Maka disain lukis Erica itu diterapkan dalam bentuk kecil di atas kain yang nyaman dipakai sebagai masker.

“Saya merasa punya jiwa seni, jadi mesti bisa kreatif dalam banyak hal. Nah saya berpikir, kita membutuhkan masker. Saya membuat masker dengan harga yang terjangkau dan tetap menikmati keindahan dan kelucuan seni lukis saya dan tetap sehat. Pertama, saya harus mengutamakan bahan yang lembut, mendesain untuk masker itu besarnya seperti apa.”

Ditanya mengenai tema lukisannya pada masker yang dibuatnya, Erica mengatakan, kali ini ia membuat dua disain saja, yaitu cap atau logo lukisannya dan lainnya berupa bola dunia dengan gajah, planet dan bintang-bintang yang semuanya itu menyimbolkan bumi.

Masker dengan desain planet. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)
Masker dengan desain planet. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)

Ia menetapkan harus menjual satu set yaitu enam buah, dengan alasan agar orang bisa memakainya berganti-ganti setiap hari dalam sepekan dan mencucinya setelah dipakai.

“Ada 9 warna dan hanya dua disain gambar, boleh pilih 6 buah saja, Rp 500.000 belum termasuk ongkos kirim”.

Dalam waktu dua minggu, 500 masker ludes terjual. Erica tidak hanya melakukan ini untuk menyalurkan rasa seninya dan untuk membantu masyarakat agar sadar kesehatan, tetapi ia juga menyisihkan sebagian dari hasil penjualan maskernya untuk membantu rekan sesama pelukis yang sedang dalam kesulitan.

Seorang pengagum lukisan Erica dan juga pelanggan masker buatannya, Jenny Budianti mengatakan karya Erica memberinya energi positif.

"Waktu saya melihat di Instagramnya, kalau Erica membuat masker dengan lukisannya, wow ... saya langsung pesan. Apalagi saya tahu Erica orangnya sangat memperhatikan detail, sehingga maskernya pasti selain bagus juga nyaman dipakai. Saya mendengar dari penjualan masker juga untuk membantu orang lain," ujar Jenny.

Lukisan menggambarkan Hari Suci umat Budha, Waisak. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)
Lukisan menggambarkan Hari Suci umat Budha, Waisak. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)

Erica menjalani kehidupan ini dengan penuh kegembiraan. Ia selalu disibukkan dengan melukis sesuai pesanan. Tema lukisannya juga beragam, ada yang menggambarkan perayaan Imlek, Idul Fitri, Paskah - dengan Perjamuan Kudus Yesus bersama murid-muridnya, dan beragam gambar dunia binatang terutama gajah - hewan yang paling ia sukai.

“Sejak kecil saya paling berkesan dengan gajah, karena melambangkan kekeluargaan, saling melindungi. Gajah selalu mengingat siapa yang mencintainya, bersahabat dengan hewan lain dan terutama dengan manusia. Hewan ini akan mengingat dan membantu kalau ada kesulitan. Itu saya ingat jelas. Jadi filosofi seperti itu dimiliki oleh gajah, binatang besar yang melambangkan super power, tetapi tidak menggunakan kekuatannya untuk menghancurkan,” ujar Erica yang selalu melukis dengan cat akrilik.

Erica mengenakan baju dengan lukisan gajah. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)
Erica mengenakan baju dengan lukisan gajah. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)

Uniknya, Erica belum lama ini menerima pesanan dari seorang pelanggannya, yaitu Eliza, yang memesan agar ia melukis di sebuah lemari es yang akan dihadiahkan untuk ibunya.

Erica merasa tertantang ketika mendapat pesanan melukis Yesus, mengingat ia bukan pemeluk Kristen. Pelukis yang pernah mempelajari teknik frisco di gereja-gereja kuno dan khususnya seni rupa Eropa itu selalu menganggap pesanan dari pelanggan merupakan sarana pembelajaran seni baginya.

Untuk membuat lukisan tersebut, Erica mempelajari Alkitab dan bertanya kepada teman-temannya yang beragama Kristiani.

"Saya jadi tahu dan menjadi sebuah lukisan yang untuk pemesannya menjadi suatu kejutan karena hasilnya di luar dugaan," ujarnya.

Sejak itu, pesanan untuk lukisan di kulkas mengalir, terutama setelah salah satu karyanya tampil di sebuah acara lelang amal.

"Saya diminta melukis di kulkas lagi, tetapi temanya Yesus, dan terserah saya seperti apa. Ya saya langsung menggambar Yesus dari Natal sampai Perjamuan Kudus, lima roti dua ikan, Yesus berjalan di atas Air, bermacam-macam lah," katanya.

Lukisan bertema Yesus di tiga sisi kulkas. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)
Lukisan bertema Yesus di tiga sisi kulkas. (Foto: Erica Hestu Wahyuni)

Akhirnya, lukisan di ketiga sisi lemari es itu pun selesai dalam waktu kurang dari satu bulan. Pemesan lukisan itu adalah Eliza untuk dihadiahkan kepada ibunya.

"Kenapa dengan tema Yesus, karena memang mama saya suka dengan ide melihat atau mengingat Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Kulkas sebagai benda sehari-hari itu, kini menjadi karya seni yang menarik di dapur kami," ujarnya.

Bagi Erica sendiri, ia merasa puas jika dapat memenuhi keinginan pelanggannya. Justru dengan berbagai permintaan itulah ia merasa belajar lebih banyak. Apalagi jika kreasi karyanya seperti masker bergambar lukisannya itu dapat menyadarkan masyarakat untuk menerapkan hidup sehat dengan memakai masker untuk melindungi diri dari polusi dan virus. [ps/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG