Tautan-tautan Akses

Perusahaan Kenya Ciptakan Bahan Bakar dari Kotoran Manusia


Seorang pekerja di India sedang membuat balok-balok dari kotoran sapi yang akan digunakan untuk bahan bakar. Di Kenya, sebuah perusahaan perusahaan sanitasi air, telah berhasil membuat bahan bakar yang sama dari kotoran manusia. (Foto:dok)
Seorang pekerja di India sedang membuat balok-balok dari kotoran sapi yang akan digunakan untuk bahan bakar. Di Kenya, sebuah perusahaan perusahaan sanitasi air, telah berhasil membuat bahan bakar yang sama dari kotoran manusia. (Foto:dok)

​Planet tempat tinggal kita ini punya masalah dengan sampah. Setiap tahun, menurut laporan PBB, sedikitnya 200 juta ton kotoran manusia dibuang begitu saja tanpa diproses supaya aman. Ini menimbulkan krisis lingkungan dan juga krisis kesehatan. Tapi sebuah perusahaan baru di Kenya berhasil mengubah kotoran manusia menjadi bahan bakar.

Kotoran manusia di Kenya itu dikeringkan, kemudian dibakar dan hasilnya dicampur dengan serbuk gergaji dan gula tetes.

Kata John Iringu dari perusahaan penjernihan dan sanitasi air:

“Proses pembuatannya disebut karbonisasi, yaitu menambahkan konten karbon pada kotoran manusia itu. Kami menggunakan sebuah drum, yang diisi dengan kotoran yang dicampur air," kata John Iringu dari perusahaan penjernihan dan sanitasi air. "Drum itu punya lubang-lubang kecil di bagian bawahnya, sehingga oksigen bisa masuk dalam jumlah terbatas dan ini akan membantu proses pembakaran kotoran tadi. Tapi tidak membuat kotoran itu menjadi debu sama sekali,”kata Iringu.

Kotoran manusia itu diubah menjadi bahan bakar, yang bukan hanya lebih murah, tapi juga lebih bersih dari batubara dan ramah lingkungan.

“Dengan cara ini kita bisa menghilangkan gas-gas yang berbahaya, dan sekaligus menghilangkan bau kotoran manusia itu. Bahan bakar baru ini aman untuk dipegang sambil kita melakukan proses berikutnya, yaitu menggiling dan mencetaknya menjadi briket yang berbentuk bundar,” ujar Iringu.

Briket itu bisa terbakar lebih baik, dan lebih bersih dari batubara atau arang. Satu-satunya hambatan adalah meyakinkan orang supaya mau menggunakannya.

Tugas itu tidak mudah, tapi perusahaan berteknologi rendah itu punya cita-cita tinggi dan kini mereka sedang meningkatkan produksinya.

“Kami menargetkan hasil karbonisasi itu sebanyak 10 ton per hari, yang kemudian di cetak menjadi briket.”

Satu kilo briket dijual dengan harga 50 sen, lebih murah dari arang, dan kini proyek itu mendapat dukungan dunia internasional. Kalau kita mau jujur, kata para pakar, industri bahan bakar ini tidak akan pernah kekurangan bahan baku. [Isa]

XS
SM
MD
LG