Tautan-tautan Akses

Aung San Suu Kyi: Kebijakan AS Dorong Demokrasi di Burma


Menlu AS Hillary Clinton (kiri) bertemu pemimpin pro-demokrasi Burma di kediaman Aung San Suu Kyi di Rangoon (2/12).
Menlu AS Hillary Clinton (kiri) bertemu pemimpin pro-demokrasi Burma di kediaman Aung San Suu Kyi di Rangoon (2/12).

Pemimpin pro-demokrasi Burma Aung San Suu Kyi mengatakan kebijakan Amerika untuk terlibat dengan Burma telah mendorong demokrasi di negara itu.

Pemenang Hadiah Nobel itu berkomentar setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton pada hari terakhir lawatannya yang bersejarah ke Burma. Pemimpin partai Liga Demokrasi Nasional Burma, Aung San Suu Kyi hari Jumat menjamu Menlu Hillary Clinton dalam apa yang disebutnya momen bersejarah bagi Burma dan Amerika.

Menyusul pembicaraan dengan Clinton di rumahnya di pinggir danau, Aung San Suu Kyi mengatakan pada wartawan ia berharap kunjungan yang pertama kali dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Amerika dalam lebih dari setengah abad itu akan memperbarui ikatan persahabatan dan saling pengertian.

Ia mengutarakan bahwa diplomasi Amerika telah membantu mendorong demokrasi di Burma.

"Kami berharap keterlibatan ini akan mendorong proses demokratisasi. Karena keterlibatan ini, menurut saya langkah ke depan akan lebih jelas dan kami yakin proses demokratisasi akan mencapai kemajuan," ujar Suu Kyi.

Washington menjauhi Burma sejak kudeta militer tahun 1962, dan sebagai tanggapan atas pelanggaran HAM, telah memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi.

Tapi tahun 2009, Presiden Obama mulai menerapkan kebijakan dua jalur, yakni terus memberlakukan sanksi dan upaya keterlibatan.

Pertemuan itu diadakan di rumah Aung San Suu Kyi di Rangoon di tepi danau, di sebuah rumah besar tidak terawat berwarna abu-abu dan putih dimana Suu Ky menjalani hukuman tahanan rumah selama 15 tahun.

Pemerintah membebaskan Suu Kyi setahun lalu, hanya beberapa hari setelah pemilu pertama dalam dua dasawarsa yang membuat partai yang didukung militer berkuasa.

Meskipun berlatarbelakang militer, Presiden Thein Sein mengejutkan para pengecam dengan memberi kebebasan, mengadakan pembicaraan langsung dengan Aung San Suu Kyi dan membebaskan lebih dari 200 tahanan politik.

Hillary Clinton mengatakan keterbukaan yang dilakukan oleh pemerintah Burma memberi alasan untuk maju, dan kunjungannya adalah untuk membuka jalan ke depan, untuk menciptakan demokrasi.

"Amerika ingin bermitra dengan Burma. Kami ingin bekerja sama dengan kalian selagi kalian memajukan demokrasi, membebaskan semua tahanan politik, memulai proses yang sulit tapi perlu duntuk mengakhiri konflik etnis yang telah berjalan terlalu lama, dan supaya kalian mengadakan pemilihan umum yang bebas, adil dan kredibel," demikian pernyataan Menlu Clinton.

Selanjutnya, Aung San Suu Kyi juga menekankan upaya-upaya lebih lanjut untuk menghentikan pertempuran di daerah etnis minoritas dan menegakkan hukum.

Ia mengatakan, "Pertama-tama, kami ingin supaya semua orang yang masih dipenjara dibebaskan dan kita perlu memastikan tidak ada lagi orang yang ditangkap di masa depan karena keyakinan mereka. Ini sebabnya mengapa kami menekankan pentingnya pelaksanaan hukum. Dan saya yakin Amerika dan mitra-mitra kami lainnya akan membantu untuk menegakan Undang-Undang di negara ini."

Hillary Clinton mengatakan banyak tugas yang harus dilaksanakan untuk membangun Burma dan Amerika bersedia membantu. Ia juga menyampaikan pujian secara pribadi kepada Aung San Suu Kyi.

"Anda adalah inspirasi. Saya tahu anda berjuang demi semua rakyat di Burma, yang semuanya berhak memperoleh hak yang sama dan kebebasan. Rakyat Burma berani dan kuat dalam menghadapi kesulitan besar selama bertahun-tahun. Kami ingin. melihat negara ini mendapat tempat yang layak di dunia," ujar Clinton.

Dalam kunjungan selama dua hari, Hillary Clinton juga bertemu dengan para pemimpin pemerintah termasuk Presiden Thein Sein dan mendesak mereka untuk memperluas reformasi saat ini.

XS
SM
MD
LG