Tautan-tautan Akses

AS Tidak Rencanakan Serangan Militer Terbatas Terhadap Korut


Susan Thornton, kandidat asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik AS (Foto: dok).
Susan Thornton, kandidat asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik AS (Foto: dok).

Seorang pejabat tinggi Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Kamis (16/2), membangkitkan keraguan mengenai gagasan bahwa Amerika Serikat akan melangsungkan serangan militer terbatas ke Korea Utara, sebuah gagasan yang dikenal sebagai strategi “hidung berdarah.”

Unjuk pesona Korea Utara yang gencar di Olimpiade tampaknya digelar untuk mendongkrak citra negara itu di kalangan banyak orang. Sementara Amerika Serikat mengindikasikan keterbukaan pada dialog, Washington juga melanjutkan tekanan maksimalnya terhadap Pyongyang.

Susan Thornton, kandidat asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, mengatakan, “Kami bayangkan tekanan akan terus meningkat. Tekanan tidak akan mengendur. Kami membuka kesempatan untuk dialog, sebagaimana Anda katakan, dan kami ingin dialog itu mengenai satu isu, yakni denuklirisasi, sasaran komprehensif kami dalam kebijakan ini.”

Thornton mengatakan, sepengetahuannya, tidak ada strategi “hidung berdarah” atau rencana serangan militer terbatas di Semenanjung Korea. Ia mengindikasikan bahwa diplomasi adalah prioritas nomor satu.

Baca juga: Korea Utara, 'Ancaman Paling Konfrontatif' terhadap AS dan Sekutu

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan, terserah pada Korea Utara untuk menghentikan agresi nuklir atau terlibat dalam pembicaraan. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Heather Nauert mengatakan, “Kami membiarkan pintu dialog terbuka. Kami menginginkan dialog mengenai satu isu, yakni denuklirisasi. Kebijakan kami tidak berubah. Kebijakan kami tetap sama. Sasaran keseluruhannya adalah denuklirisasi.”

Sementara Washington tidak mendukung perubahan rezim, sejumlah analis mengatakan, Amerika Serikat perlu berdialog dengan China untuk mencari tahu lokasi senjata nuklir Korea Utara sebagai persiapan untuk menghadapi skenario apapun.

Bonnie Glaser dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) mengungkapkan, “Salah satu alasan mengapa kami ingin berdialog dengan China mengenai isu ini adalah, apakah ada fasilitas uji coba nuklir Korea Utara yang terletak tidak jauh dari perbatasan China, atau dalam jarak sekitar 100 kilometer. Amerika Serikat yakin, China tidak ingin pasukan Amerika Serikat bergerak menuju perbatasan China seandainya krisis berlangsung.”

Sepekan lalu, seorang diplomat China meyakinkan kembali Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson bahwa Beijing berkomitmen untuk terus menekan Korea Utara terkait program senjata nuklirnya. [ab/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG