Tautan-tautan Akses

AS Tambah Dukungan untuk Taiwan, China Bersiap Melawan


Suasana di depan kantor Kedutaan Amerika Serikat di Beijing, China, 3 Mei 2011. (Foto: dok).
Suasana di depan kantor Kedutaan Amerika Serikat di Beijing, China, 3 Mei 2011. (Foto: dok).

China bersiap melawan apabila Amerika Serikat menambah dukungannya bagi hubungan internasional Taiwan.

China diperkirakan akan menggunakan kekuatan ekonominya untuk menghadapi setiap tindakan Amerika yang bertujuan membantu rival politiknya, Taiwan, memperkuat kembali pijakan diplomatiknya di dunia setelah kehilangan sebagian besar tumpuan itu di bawah tekanan dari Beijing.

Pemerintah Beijing, yang menganggap Taiwan yang berpemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayah China dan bukannya sebagai negara yang berhak memiliki diplomasi internasional, dapat dengan mudah meningkatkan bantuan pembangunan guna memastikan hubungan dengan negara-negara ke-tiga yang dikenai sanksi Amerika Serikat karena memutuskan hubungan dengan Taipei, kata para pakar.

China mendorong negara-negara itu agar mengalihkan dukungan sehingga China dapat menekan kedudukan Taiwan di dunia internasional, jelas para pejabat di Taipei.

Departemen Luar Negeri Amerika, Jumat (7/9) menyatakan telah memanggil pulang utusan-utusannya ke tiga negara Amerika Selatan yang telah memutuskan hubungan dengan Taiwan sejak 2017 untuk mendukung China. Pekan lalu, empat senator mengusulkan suatu legislasi yang mengesahkan penurunan tingkat hubungan Amerika dengan negara-negara yang beralih sikap itu. China akan membantu mengimbangi langkah semacam itu, jelas para pakar.

Yun Sun, peneliti senior program Asia Timur di lembaga kajian Stimson di Washington mengemukakan, “Jika terkait ekonomi, China akan mudah untuk mengimbangi atau memberi kompensasi, dan menurut saya China akan memastikan negara-negara tersebut akan diberi kompensasi atas hukuman yang mereka terima.”

Yun Sun menambahkan, “Jika tampaknya Amerika menghukum negara-negara itu dan China tidak berbuat apapun, maka tidak ada negara lain pada masa mendatang yang akan memiliki insentif yang sama untuk memutuskan hubungan diplomatik mereka dengan Taiwan.”

Lima negara telah mengalihkan dukungan dari Taiwan ke China sejak Presiden Tsai Ing-wen menjabat di Taipei pada tahun 2016. China mengecam Tsai karena mengecam prasyarat dialog bahwa Taiwan dan China adalah satu negara. Kedua pihak diperintah secara terpisah sejak perang saudara China pada tahun 1940-an, akan tetapi China menegaskan bahwa kedua pihak pada akhirnya akan bersatu.

Pemerintah presiden Amerika Donald Trump telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan hubungan dengan Taiwan di tengah-tengah melebarnya sengketa perdagangan Amerika dengan China.

Situs Internet Departemen Luar Negeri Amerika, Jumat (7/9) menulis, “Utusan untuk Republik Dominika, El Salvador dan Panama dipanggil untuk “membahas cara-cara di mana Amerika Serikat dapat mendukung institusi-institusi dan ekonomi yang kuat, independen, demokratis di seluruh Amerika Tengah dan Karibia.”

Secara terpisah, empat senator Amerika pada 3 September lalu mengajukan Rancangan Undang-Undang Prakarsa Peningkatan dan Perlindungan Sekutu-sekutu Internasional Taiwan untuk memperkuat posisi Taiwan di dunia. Legislasi itu memberi Departemen Luar Negeri wewenang untuk menurunkan tingkat hubungan diplomatik Amerika dengan negara-negara ke-tiga yang beralih dukungan dari Taiwan ke China , yang berarti kemungkinan penangguhan bantuan seperti dana militer.

Trump dapat menggunakan legislasi tersebut sebagai “kartu” terhadap China , kata Gratiana Jung, peneliti politik senior lembaga kajian Yuanta-Polaris Research Institute di Taipei. Ia mengatakan, “Dalam analisis terakhir, ini adalah hal yang perlu diputuskan untuk dilakukan oleh unit-unit pemerintahan. Unit-unit tersebut mungkin mempertimbangkan gagasan presiden dan kami tidak tahu apa yang akan dilakukan Trump.”

China diperkirakan tidak akan banyak berkomentar namun akan menawarkan uang apabila diperlukan untuk meyakinkan 17 sekutu Taiwan yang tersisa, dibandingkan dengan 170 lebih negara yang mengakui posisi China.

Lin Chong-pin, pensiunan dosen kajian strategis di Taiwan mengatakan, “Menurut saya Beijing di belakang layar akan terus dan kemungkinan malah memperkuat iming-iming ekonomi dan interaksi diplomatik dengan negara-negara yang masih mengakui Taiwan meskipun apa yang dikatakan Washington sekarang ini. Ini kemungkinan besar arah kebijakan yang akan diambil Beijing.”

Langkah-langkah balasan dari Beijing untuk memberi insentif bagi pemutusan hubungan dengan Taipei akan tergantung pada pengaruh Amerika di negara ke-tiga yang menjadi sasaran, ujar Huang Kwei-bo, wakil dekan Fakultas Hubungan Internasional di National Chengchi University di Taipei.

Pengaruh Amerika di Amerika Latin telah berlangsung puluhan tahun, termasuk bantuan pembangunan dan dukungan militer. Sebagian besar sekutu Taiwan adalah negara miskin yang mengincar bantuan tersebut, dan kemudian berpaling ke China untuk mendapat bantuan ekonomi.

China telah menawarkan bantuan pembangunan kepada banyak negara. Negara ini memiliki ekonomi terbesar ke-dua setelah Amerika Serikat, dan pemerintah Komunis di sana dapat mengalokasikan uang dengan cepat, jika diperlukan. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG