Tautan-tautan Akses

AS Keluar dari Perjanjian Nuklir, Saudi Isyaratkan Naikkan Produksi Minyak


Logo Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di markas besar di Wina, 10 Juni 2014.
Logo Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di markas besar di Wina, 10 Juni 2014.

Arab Saudi mengisyaratkan, Rabu (9/5), pihaknya mungkin akan menaikkan produksi minyak untuk menutup potensi kekurangan pasokan akibat sanksi baru yang diterapkan terhadap Tehran setelah AS keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran, Reuters melaporkan.

Kenaikan harga minyak didukung oleh perkiraan bahwa Trump akan mundur dari kesepakatan nuklir. Langkah ini akan memukul ekspor minyak Iran dan memicu ketegangan di Timur Tengah, yang memasok sepertiga dari pasokan minyak harian dunia.

Arab Saudi “akan bekerja sama dengan produsen-produsen utama dan para konsumen di dalam dan luar OPEC untuk membatasi dampak kekurangan pasokan,” kata seorang pejabat Kementerian Energi Arab Saudi, Rabu, yang dikutip oleh kantor berita pemerintah, SPA.

“Menyusul keputusan AS untuk mundur dari kesepakatan nuklir dengan Iran, Arab Saudi berkomitmen untuk mendukung stabilitas pasar minyak untuk kepentingan para produsen dan konsumen serta keberlanjutan pertumbuhan ekonomi global,” kata pejabat tersebut.

Penurunan ekspor Iran akibat pemberlakuan kembali sanksi AS dan penurunan produksi yang tidak direncanakan di negara-negara anggota OPEC lainnya, artinya pengurangan pasokan minyak OPEC bisa lebih besar dari yang diinginkan. Hal itu meningkatkan kekhawatiran bahwa harga minyak akan naik cepat.

OPEC akan bertemu Juni. Banyak pihak memperkirakan OPEC akan terus melanjutkan pemotongan produksi sampai akhir 2018.

Iran memproduksi 3,8 juta barel per hari minyak atau menyumbang 4 persen pasokan minyak dunia. Negara itu tercatat sebagai negara produsen OPEC terbesar ketiga setelah Arab Saudi dan Irak. [ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG