Tautan-tautan Akses

AS dan Rusia Catat Kemajuan dalam Pembicaraan Senjata Nuklir


Perunding AS Marshall Billingslea memberikan keterangan pers di Wina, Austria, 23 Juni 2020.
Perunding AS Marshall Billingslea memberikan keterangan pers di Wina, Austria, 23 Juni 2020.

Beberapa perunding AS dan Rusia, Selasa (23/6) memberi sinyal adanya kemajuan dalam perjanjian pengurangan senjata nuklir yang akan berakhir Februari 2021. Akan tetapi ada rintangan yang cukup besar - termasuk penolakan China dilibatkan dalam perundingan tersebut.

Isu dalam Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis tahun 2010 atau START (Strategic Arms Reduction Treaty) terkait upaya untuk membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang sudah terpasang, yang dimiliki AS dan Rusia, dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Perunding AS Marshall Billingslea mengatakan diskusi kelompok kerja itu mungkin berlangsung hingga akhir Juli atau awal Agustus 2020, untuk membuka jalan bagi kemungkinan putaran kedua perundingan di Wina.

“Pembicaraan dengan Russia sangat produktif dan ditemukan landasan bersama yang cukup kuat untuk menjamin pembentukan beberapa kelompok kerja teknis, untuk merinci apa yang dikehendaki dalam perjanjian kontrol senjata trilateral di masa depan,” ujarnya.

Namun, ada beberapa poin penting yang masih mengganjal. Amerika menginginkan kesepakatan baru untuk membatasi program nuklir China – termasuk semua senjata nuklir, bukan hanya senjata strategis.

China, yang hanya punya sedikit senjata nuklir dibanding Amerika dan Russia, berulang kali menolak ikut dalam pembicaraan. Perbedaan antara Washington dan Beijing minggu ini tampak dalam bentrokan posting di Twitter dan komentar resmi oleh kedua belah pihak.

Rusia menyatakan kekuatan nuklir lainnya, termasuk Perancis dan Inggris, sebaiknya ikut secara sukarela dalam perundingan mendatang.

Delegasi Rusia, yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov juga mencatat kemajuan di Wina, tapi mengatakan masih ada "perbedaan besar" yang belum terselesaikan.

Pertemuan di ibukota Austria itu baru pertama kali diadakan antara Amerika dan Russia mengenai senjata nuklir, setelah tertunda lebih dari satu tahun.

Presiden Donald Trump menarik diri dari sejumlah perjanjian dengan Rusia, termasuk tentang hak mengadakan penerbangan diatas kawasan masing-masing atau overflight, dan tentang senjata nuklir jarak menengah.

Perjanjian START yang baru dapat diperpanjang lima tahun lagi, jika kedua pihak setuju. Para ahli menyatakan ini dapat membuka jalan untuk mencapai kesepakatan yang lebih luas dan ketat. Tanpa perjanjian itu, Amerika dan Rusia tidak akan punya batasan yang pasti tentang senjata nuklir yang boleh dimiliki. [mg/ii]

XS
SM
MD
LG