Tautan-tautan Akses

AS Catat 250 Ribu Lebih Kematian Akibat Virus Corona


Petugas tanggap darurat menjemput pasien yang diduga positif COVID-19 di Distrik Bersejarah Rio Grande El Paso, Texas, 15 November 2020. (Foto: dok)
Petugas tanggap darurat menjemput pasien yang diduga positif COVID-19 di Distrik Bersejarah Rio Grande El Paso, Texas, 15 November 2020. (Foto: dok)

AS telah melampaui angka 250 ribu kematian akibat virus corona pada waktu jumlah kasus baru melonjak di banyak bagian negara ini.

Kota New York Rabu mengumumkan penutupan sekolah-sekolahnya, sistem sekolah terbesar di AS, setelah kota itu selama tujuh hari berturut-turut mencatat tingkat positif kasus COVID-19 di atas 3 persen.

“Sekolah-sekolah negeri akan ditutup mulai Kamis 19 November, karena kehati-hatian yang sangat besar. Kita harus berjuang mengatasi gelombang ke-dua COVID-19,” tulis Wali Kota New York Bill de Blasio di Twitter.

Sekolah tatap muka langsung dimulai kembali bagi murid-murid New York antara akhir September dan awal Oktober, sewaktu tingkat positif mingguan kasus COVID-19 di bawah dua persen.

Kota-kota besar lainnya, termasuk Boston dan Detroit, baru-baru ini telah mengambil langkah-langkah untuk menutup kelas tatap muka di sekolah.

Di berbagai penjuru AS, ada lebih dari 11,5 juta kasus COVID-19 terkonfirmasi sejak pandemi dimulai.

Gelombang penularan sekarang ini menambah jumlah tersebut dengan rata-rata penambahan hampir 160 ribu kasus baru setiap hari selama sepekan terakhir. Ini sekitar tiga kali lipat dari jumlah kasus baru per hari di AS satu bulan silam. Lebih dari 1.100 orang meninggal setiap hari.

Para petugas layanan kesehatan menghadapi jumlah pasien COVID-19 yang dirawat inap yang mencapai rekor tertinggi baru.

Seorang pekerja medis memeriksa pasien Covid-19 yang baru diterbangkan dari El Paso untuk dirawat di United Memorial Medical Center di Houston, Texas, Kamis, 12 November 2020. (Foto: Reuters)
Seorang pekerja medis memeriksa pasien Covid-19 yang baru diterbangkan dari El Paso untuk dirawat di United Memorial Medical Center di Houston, Texas, Kamis, 12 November 2020. (Foto: Reuters)

Lonjakan ini mendorong para pemimpin di banyak negara bagian untuk memberlakukan kembali sejumlah restriksi dalam upaya memperlambat penyebaran virus.

Di antara yang paling baru bertindak, Gubernur Minnesota Tim Walz, Rabu (18/11) mengumumkan bahwa semua restoran, bar dan gymnasium akan tutup selama empat pekan. Tingkat pertambahan kasus baru harian di Minnesota naik empat kali lipat tingkat pertambahannya pada pertengahan Oktober.

Para pejabat menyatakan kekhawatiran terkait semakin dekatnya liburan Hari Bersyukur atau Thanksgiving Day, masa ketika jutaan orang Amerika biasanya berkumpul bersama dengan keluarga dan kerap bepergian ke luar kota.

Gubernur Virginia Ralph Northam mendesak masyarakat di negara bagiannya agar tetap tinggal di rumah, dengan mengatakan hal itu akan merupakan suatu “tindakan cinta.” Ia menambahkan bahwa jika warga memutuskan untuk merayakannya dengan orang lain, mereka harus melakukannya dalam kelompok-kelompok kecil dan di luar ruangan.

Menteri Kesehatan AS Alex Azar mendesakkan peringatan serupa dalam pengarahan hari Rabu (18/11). “Berkumpul di dalam ruangan dengan orang-orang bukan anggota keluarga yang tinggal serumah merupakan aktivitas yang berisiko tinggi menyebarkan virus,” ujarnya.

Menteri Kesehatan AS Alex Azar.
Menteri Kesehatan AS Alex Azar.

Ada juga beberapa kabar optimistis pekan ini. Dua perusahaan farmasi mengumumkan hasil pendahuluan yang menunjukkan vaksin COVID-19 mereka terbukti efektif dalam uji coba.

Azar mengatakan perkembangan itu berarti dalam waktu beberapa pekan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika (FDA) dapat mengotorisasi vaksin-vaksin itu yang juga dapat segera siap didistribusikan.

“Karena kegiatan ini, pada akhir Desember, kami memperkirakan akan ada sekitar 40 juta dosis dari dua vaksin ini yang tersedia untuk didistribusikan, sambil menunggu otorisasi FDA. Ini cukup untuk mengimunisasi sekitar 20 juta warga paling rentan di Amerika. Produksi vaksin itu akan terus ditingkatkan setelah itu,” kata Azar.

Pemerintah AS telah mengupayakan program pengembangan vaksinasi dengan tujuan membuat tak seorang pun warganya yang harus membayar untuk mendapatkan vaksin-vaksin tersebut. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG