Tautan-tautan Akses

Aplikasi Kencan Baru Cocokkan Pengguna Berdasarkan Air Liur


Dua muda-mudi sedang berkencan di sebuah taman kota (foto: ilustrasi).
Dua muda-mudi sedang berkencan di sebuah taman kota (foto: ilustrasi).

Menemukan cinta lewat pemeriksaan air liur? Itulah yang dijanjikan pembuat aplikasi kencan yang baru – Pheramor.

Sepertinya selalu ada aplikasi kencan baru yang bermunculan dengan janji dapat membantu menemukan pasangan kencan – dengan hanya menjawab pertanyaan sederhana, atau permeriksaaan air liur. Satu layanan kencan yang baru di dunia maya menambahkan ilmu genetika untuk menjanjikan sesuatu yang belum pernah bisa dilakukan aplikasi lain yaitu kompatibilitas .

Aplikasi ini disebut Pheramor, yang merupakan gabungan antara kata pheromone – atau molekul-molekul kecil yang dipancarkan tubuh dan tercium oleh orang-orang di sekitarnya – dan amour, kata bahasa Perancis untuk cinta.

Perusahaan yang bermarkas di Houston itu ikut bersaing dalam kompetisi di Bay Area baru-baru ini, di mana mereka unggul ketika menyajikan aplikasi yang mencakup referensi pada beberapa upaya kencan mereka di dunia maya yang gagal.

“Siapa di sini yang masih lajang dan bosan menggunakan ‘Tinder’?” tanya Brittany Barreto, kepala urusan ilmiah yang juga salah seorang pendiri Pheramor.

“Saya,” jawab seorang ilmuwan data Asma Mirza, CEO dan pendiri perusahaan itu. Para penonton lain juga menimpali.

‘’Bagaimana jika saya katakan bahwa dengan mengambil sampel genetika dari dalam mulut, saya bisa mengatakan siapa yang akan menarik bagi anda, dan siapa yang akan tertarik pada anda berdasarkan sel-sel dalam mulut kita?’’ ujar Mirza.

Perusahaan itu mengklaim aplikasi mereka itu didasarkan pada penelitian selama 40 tahun yang menunjukkan bahwa ada 11 tanda genetika yang dibuktikan oleh para ilmuwan ‘’menyebabkan seseorang tertarik pada orang lainnya.’’

‘’Pheramor menggunakan daya tarik manusia dan metadata media sosial untuk membantu orang meningkatkan efesiensi kencan,’’ ujar Mirza.

Rasmus Nielsen, profesor biologi komputasi dan genetika manusia di UC-Berkeley mengatakan ‘’11 penanda genetika atau tipe MHC, yang mereka rujuk adalah sel-sel yang sama yang melindungi diri dari virus dan bakteri patogen.”

Nielsen mengatakan riset itu menunjukkan bahwa tikus dapat mengenali DNA yang serupa dengan orang tua dan menghindari kawin dengan saudara kandung mereka.

“Kami sudah mencari tahu apakah sesuatu seperti ini terjadi pada manusia. Ada beberapa pemikiran bahwa ketika kita mencari pasangan, kita menghindari orang-orang dengan tipe MCH yang sama. Ini yang menjadi dasar klaim Pheramor. Tetapi pendapat ini sangat samar, dan masih sangat kontroversial. Khususnya apakah manusia dapat melakukan hal seperti tikus ini. Dan sangat sedikit pendapat yang bisa membantu memprediksi pasangan,” tambah Nielsen.

Di situsnya Pheramor menyatakan “kita terus menerus mencium pheromon orang lain dan memutuskan secara bawah sadar betapa menariknya orang itu bagi kita.”

Pheramor mengutip sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1990an yang disebut sebagai “The Sweaty T-Shirt Experiment.” Dalam penelitian itu, perempuan menilai laki-laki tertentu, lewat t-shirt yang digunakannya secara terus menerus selama tiga hari.

Para ilmuwan mendapati bahwa perempuan lebih tertarik pada laki-laki yang memiliki genetika yang lebih beragam dibanding diri mereka.

Tetapi Nielsen mengatakan penelitian itu tidak pernah berhasil diulang. [em/ii]

XS
SM
MD
LG