Tautan-tautan Akses

Antisipasi Virus Corona, 4 Sekolah Internasional di Jakarta Minta Izin Libur


Murid-murid mencuci tangan sebelum makan di sekolah di Jakarta, 9 Maret 2020. (Foto: Reuters)
Murid-murid mencuci tangan sebelum makan di sekolah di Jakarta, 9 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Empat sekolah internasional di Jakarta meminta izin kepada Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk meliburkan kegiatan belajar untuk mengantisipasi penyebaran corona.

Sejumlah sekolah internasional di Jakarta mulai mengantisipasi penyebaran virus corona jenis baru yang diberi nama COVID-19.

Kepala Bidang SMP SMA Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta M Husin mengatakan ada empat sekolah internasional yang meminta libur, yaitu ACG School Jakarta, Australian Independent School (AIS), Jakarta International School (JIS), dan National High School.

Selain itu, ada 3 sekolah internasional yang meminta penyesuaian waktu libur mereka lebih panjang, meski tidak dengan alasan wabah virus corona. Ketiganya adalah New Zealand School, Sekolah Cikal Cilandak dan Highscope TB Simatupang.

"Dinas pendidikan hanya menerima penyampaian penyesuaian waktu belajar. Sekolah tersebut adalah Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK), harus berkoordinasi dengan Kemendikbud," jelas M Husin kepada VOA, Rabu (11/3/2020).

Siswa SMA International Islamic High School (IIHS) saat sedang istirahat di kantin sekolah. (Foto: Fiqih Nurdiansah)
Siswa SMA International Islamic High School (IIHS) saat sedang istirahat di kantin sekolah. (Foto: Fiqih Nurdiansah)

Husin menambahkan permintaan izin libur atau penyesuaian waktu belajar sekolah internasional di Jakarta cukup beragam. Namun, kata dia, batas akhir untuk libur belajar yakni 27 Maret 2020.

Kepala Sekolah SMA International Islamic High School (IIHS) Yoyok Sugiarto menjelaskan kegiatan belajar di sekolahnya belum terdampak penyebaran virus corona jenis baru yang berasal dari Wuhan, China. Ia beralasan para muridnya jarang bersentuhan langsung dengan orang lain karena tinggal di asrama.

Hanya, kata dia, kemungkinan untuk program kunjungan ke luar negeri akan dipertimbangkan kembali dengan melihat perkembangan virus corona di berbagai negara dan Indonesia.

"Nanti mungkin pengaruhnya pada saat program overseas selama 6 bulan kita ke luar negeri. Tahun lalu kita ke Kanada, tahun ini pada bulan Agustus atau September ke UK atau Australia," jelas Yoyok kepada VOA, Rabu (11/3/2020).

Yoyok menambahkan sekolahnya juga sudah bekerja sama dengan layanan kesehatan setempat untuk sosialisasi pencegahan infeksi virus corona di sekolah. Di samping itu, sekolah juga menyediakan cairan penyanitasi tangan dan membudayakan pola hidup sehat untuk semua orang di sekolah.

Seorang guru memeriksa suhu tubuh seorang murid di sebuah sekolah di Tangerang, 6 Maret 2020. (Foto: Reuters)
Seorang guru memeriksa suhu tubuh seorang murid di sebuah sekolah di Tangerang, 6 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Senada Kepala Sekolah Putik Indonesia Nina Estanto menjelaskan wabah virus corona belum berdampak kepada kegiatan belajar di sekolahnya. Ia menuturkan, sejumlah orang tua murid memang sempat cemas dan meminta sekolah diliburkan. Namun, sekolah bisa memberikan pemahaman kepada para orang tua sehingga tidak perlu meliburkan sekolah.

"Dari orang tua yang menuntut misalnya libur dan segala macam, mata pelajaran masih berjalan waktu itu. Untungnya sekarang sudah memasuki masa libur tiga bulanan. Kebetulan pas libur ini ketika wabah heboh-hebohnya. Jadi kita tidak terpengaruh banyak," jelas Nina Estanto kepada VOA.

Nina menjelaskan imbauan dari pemerintah untuk menerapkan kesehatan juga tidak menyulitkan sekolahnya. Sebab, kata dia, selama ini sekolah sudah memiliki protokol kesehatan. Semisal rutin mengecek suhu tubuh dan tidak boleh masuk 14 hari bagi yang terjangkit penyakit menular.

Hanya, kata Nina, penyebaran virus corona tersebut menambah biaya untuk kesehatan hingga 5 kali lipat seperti harga masker dan cairan penyanitasi tangan atau hand sanitizer.

"Masker biasanya kita beli satu boks hanya Rp30 ribu jadi naik lagi, tiba-tiba menjadi Rp200-300 ribu kemudian naik lagi. Dan hand sanitizer juga melonjak dari Rp 100 ribuan menjadi Rp 300-400 ribu," tambahnya.

Nina mengatakan telah memiliki sejumlah rencana untuk mengantisipasi penyebaran virus corona jenis baru, yang terus mewabah. Ia juga mengatakan siap bekerja sama dengan pemerintah jika sewaktu-waktu meliburkan kegiatan belajar. [sm/ft]

XS
SM
MD
LG