Tautan-tautan Akses

Ankara Khawatir Kemerdekaan Kurdi-Irak Dorong Tuntutan Pemisahan Kurdi di Turki


Militer Turki mengerahkan tank-tank ke perbatasan Irak pasca referendum kemerdekaan Kurdi-Irak (foto: dok).
Militer Turki mengerahkan tank-tank ke perbatasan Irak pasca referendum kemerdekaan Kurdi-Irak (foto: dok).

Amerika dengan tegas menolak referendum kemerdekaan Kurdi Irak bulan September dan sikap itu disambut baik oleh Turki, yang berharap ini adalah isyarat dimulainya langkah Washington untuk meninjau kembali dukungannya untuk pejuang Kurdi di Suriah.

Tentangan keras Washington terhadap upaya kemerdekaan Kurdi Irak yang sejak lama menjadi sekutunya itu menjadi kejutan yang menggembirakan bagi Turki, karena Ankara khawatir berdirinya negara Kurdi merdeka di Irak akan mengobarkan tuntutan pemisahan diri oleh warga Kurdi di Turki bagian tenggara.

Pakar hubungan internasional Universitas Kadir Has di Istanbul, Soli Ozel mengatakan sikap Amerika itu menyanggah kecurigaan luas di Turki mengenai motif Amerika di kawasan.

"Setiap orang di Turki yang menyatakan pendapat mengenai referendum Kurdi Irak merasa 200 persen pasti bahwa Amerika Serikat berdiri di balik referendum itu. Ternyata, paling tidak untuk sekarang, Amerika tidak menghendaki negara Kurdi merdeka,” kata Ozel.

Penolakan Amerika itu mendorong Ankara untuk meningkatkan upaya membujuk Amerika untuk menghentikan dukungannya kepada milisi Kurdi Suriah, YPG, dalam perang melawan ISIS. Ankara menuduh YPG memiliki cita-cita kemerdekaan dan berafiliasi dengan pemberontak Kurdi yang mengangkat senjata melawan pemerintah Turki.

Pada tahun 1970an, Menteri Luar Negeri Amerika waktu itu, Henry Kissinger, menjalankan kebijakan untuk menghentikan dukungan militer Amerika untuk pemberontak Kurdi di Irak, setelah tercapai kesepakatan antara Irak dan Iran. Para analis mengatakan keputusan itu terus membayangi benak warga Kurdi, dan menimbulkan pertanyaan mengenai keandalan Washington sebagai sekutu.

Namun Haldun Solmazturk, ketua kelompok riset Lembaga Kurdi Abad 21, mengatakan situasi geopolitik di kawasan sekarang ini lebih menguntungkan warga Kurdi Suriah.

"Timur Tengah, khususnya Irak dan Suriah, telah menjadi medan tempur utama bagi Rusia dan Amerika. Ibarat dalam permainan catur, Kurdi merupakan bidak yang sangat berharga. Jadi kedua pihak akan berusaha bersahabat dengan mereka. Baik Amerika maupun Rusia tidak akan meninggalkan orang Kurdi,” ujar Haldun Solmazturk.

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim diyakini akan berusaha lagi mendesak Amerika agar mengakhiri dukungan untuk Kurdi Suriah dalam kunjungannya ke Washington pekan ini. Para pejabat Amerika pastilah paham bahwa langkah seperti itu akan dimanfaatkan oleh Moskow. [ds]

XS
SM
MD
LG