Tautan-tautan Akses

Analis: Meski Sudah Kalah, Ideologi ISIS Tetap Jadi Ancaman


Seorang tentara Pasukan Demokratik Suriah berjaga saat truk-truk yang membawa anggot kelompok militan ISIS dan keluarganya menyerah di Baghuz, Suriah, dan pindah ke kamp, 19 Maret 2019.
Seorang tentara Pasukan Demokratik Suriah berjaga saat truk-truk yang membawa anggot kelompok militan ISIS dan keluarganya menyerah di Baghuz, Suriah, dan pindah ke kamp, 19 Maret 2019.

Ketika pasukan yang didukung Amerika berjuang untuk merebut wilayah terakhir yang dikuasai ISIS di bagian timur Suriah, pertempuran melawan pengaruh jihadis itu masih belum lagi berakhir. Para pakar anti-terorisme memperingatkan bahwa kelompok-kelompok ekstremis itu mungkin masih akan mencoba merekrut ratusan juta milenial baru untuk mengikuti ideologi mereka.

Pasukan Demokratik Suriah SDF yang didukung Amerika, Selasa (19/3), mengumumkan keberhasilan mereka menguasai seluruh sisa daerah yang semula dikuasai ISIS, yaitu di Baghuz, yang terletak di bagian timur Suriah setelah ratusan militan ISIS menyerahkan diri. Perebutan kota itu merupakan langkah signifikan dalam perang melawan ISIS, tetapi bukan kemenangan total terhadap kelompok teror itu karena perlawanan di sepanjang Sungai Efrat masih berlanjut.

Sejumlah pakar mengatakan perebutan Kota Baghuz itu merupakan akhir kekhalifahan ISIS, tetapi organisasi ISIS dan kelompok-kelompok radikal Islam lainnya masih akan terus menarik perhatian dan keingintahuan anggota-anggota baru karena negara-negara Barat hanya membuat sedikit kemajuan dalam upaya melawan ideologi mereka.

‘’Saya kira gerakan ini beradaptasi dengan sangat cepat,’’ ujar Juan Zarate, analis senior keamanan nasional yang pernah menjabat sebagai wakil penasehat keamanan nasional untuk melawan terorisme pada era pemerintahan Presiden George Walker Bush.

“Kami menemukan hal ini ketika ISIS melakukan gerakan di bawah tanah, juga ketika Al Qaeda beradaptasi dan bergerak di bawah tanah. Mereka akan menerima kekalahan, sebagian karena mereka memiliki visi jangka panjang tentang gerakan ini,” ujar Zarate ketika berbicara di Washington Institute.

“Jadi mereka melihat kekalahan ini hanya sebagai satu babak dimana Washington – yang hanya diperintah dalam siklus dua atau maksimal empat tahun – melihat bahwa mereka berhasil mengalahkan ISIS, atau membunuh Osama bin Laden sebagai berakhirnya Al Qaeda,” tambahnya.

Zarate mengatakan kekalahan ini justru akan mendorong ISIS untuk meninjau kembali tindakannya dan menerapkan strategi perlawanan ala Al Qaeda, dengan bersembunyi di antara komunitas Muslim yang rentan.

“Bagian bentrokan ideologi antara Al Qaeda dan ISIS adalah ketika Al Qaeda mengatakan “kita belajar tentang gerakan teroris. Kita belajar beberapa hal sangat sulit bahwa jika terlalu tampil, terlalu mengekspos gerakan ini, maka kita akan diihajar oleh Amerika dan pasukan kontra-terorisme yang bersekutu dengannya,’’ tambah Zarate.

Para tentara Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS merayakan kemenangan merebut wilayah ISIS di Baghuz, Suriah, 19 Maret 2019.
Para tentara Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS merayakan kemenangan merebut wilayah ISIS di Baghuz, Suriah, 19 Maret 2019.

Para pakar mengatakan kekalahan ISIS dan bubarnya kekhalifahan mereka mungkin akan memicu kelompok teror itu untuk meningkatkan upaya menyebarluaskan ideologinya dan merekrut para pengikut baru melalui internet. Ini dikarenakan kekhalifahan ISIS, yang kini sudah dikalahkan, adalah medium yang efektif untuk menginspirasi calon anggota baru dan menyebarluaskan gagasan bahwa jika ingin bertahan maka perlu ada pemimpin ISIS yang baru. ISIS telah menunjukkan kepiawaian melakukan perekrutan di dunia maya dan kekuatan Barat terbukti tidak efektif menghadapi propaganda ISIS. Komunikasi dan propaganda yang dilakukan ISIS di dunia maya selama bertahun-tahun kini memang surut, seiring kekalahan mereka di Irak dan Suriah. Tetapi pesan-pesan propaganda yang lama itu terus menerus diperbarui dan disebarluaskan kembali dengan gaya baru.

Pada Senin lalu (18/3) misalnya, ISIS merilis rekaman audio berdurasi 44 menit tentang seruan juru bicaranya, Abu Hassan Al Muhajir, agar para anggota dan simpatisan kelompok itu melakukan tindakan pembalasan terhadap serangan di dua masjid di Selandia Baru, yang menewaskan sedikitnya 50 orang pada Jumat lalu (15/3).

Tindakan pembantaian di dua masjid itu seharusnya membangunkan mereka yang selama ini dibodohi,’’ ujar seruan itu, dan kemudian ‘’menghasut para pendukung kekhalifahan itu untuk melakukan pembalasan.’’

Al Muhajir mengejek pernyataan Amerika bahwa ISIS sudah kalah, dan mengklaim bahwa pemimpin kekhalifahan itu – Abu Bakar Al Baghdadi – masih hidup. Ia juga menyerukan pada pendukungnya untuk membalas tindakan yang dipimpin Amerika di Baghuz. [em]

XS
SM
MD
LG