Tautan-tautan Akses

Analis Katakan Trump Ulur Waktu dengan Erdogan


Presiden Donald Trump, kanan, berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama pertemuan di sela-sela KTT G-20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019. (Foto: AP)
Presiden Donald Trump, kanan, berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama pertemuan di sela-sela KTT G-20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019. (Foto: AP)

Wakil Presiden AS, Mike Pence, memimpin delegasi Amerika yang bertolak ke Turki, Rabu (16/10) untuk mewakili Presiden Donald Trump. Delegasi itu, yang juga mencakup Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien, dan Duta Besar James Jeffrey, ditugaskan untuk membujuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan agar segera mencapai kesepakatan gencatan senjata di Suriah Utara dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi. Sanksi-sanksi yang diberlakukan Trump terhadap Turki pada Senin lalu karena menyerang Kurdi di Suriah secara umum dianggap tidak efektif.

Presiden AS Donald Trump meminta serangan Turki terhadap pejuang Kurdi dan warga sipil di Suriah segera diakhiri.

"Kami memberlakukan sanksi-sanksi terkeras yang dapat Anda bayangkan. Kami punya banyak sanksi lagi pada masa mendatang jika sanksi-sanksi tersebut tidak berdampak, termasuk di antaranya tarif besar-besaran terhadap baja," kata Trump.

"Mereka mengirim banyak baja ke AS. Mereka menghasilkan banyak uang dari penjualan baja. Tetapi mereka tidak akan lagi mendapat banyak uang," lanjutnya.

Para pengecam menyebut sanksi-sanksi itu tidak efektif dan tidak berarti. Sebagian analis bahkan menyatakan sanksi-sanksi itu mungkin diberlakukan untuk menenangkan para legislator AS yang telah mengecam Trump karena meninggalkan Kurdi di tangan Ankara. Kurdi adalah sekutu utama AS dalam perang melawan teroris.

"Pagi ini saja setelah pengumuman sanksi, mata uang Turki belum berubah. Jadi menurut saya ini lebih bersifat simbolis dan merupakan upaya memberi isyarat kepada Kongres bahwa ia mengangggap serius serangan Turki di Suriah, tetapi ini tidak akan berdampak apapun dalam hal menyelesaikan masalah yang dihadapi," kata Gonul Tol, analis dari lembaja kajian Middle East Institute yang berbasis di Washington DC.

Gonul Tol mengatakan bahwa Trump jelas tidak ingin bertentangan dengan Erdogan.

Tentara Turki dan pejuang Suriah yang didukung Turki berkumpul di pinggiran utara kota Manbij di Suriah pada 14 Oktober 2019. (Foto: AFP)
Tentara Turki dan pejuang Suriah yang didukung Turki berkumpul di pinggiran utara kota Manbij di Suriah pada 14 Oktober 2019. (Foto: AFP)

"Gedung Putih menginginkan gencatan senjata, artinya Presiden Erdogan akan dibiarkan berlalu dengan keberhasilan militer yang ia capai dalam beberapa hari belakangan di lapangan. Jadi ini kembali menunjukkan bahwa Gedung Putih tidak menginginkan ketegangan meningkat lebih jauh. Tetapi tergantung bagaimana Kongres bertindak, itu dapat berubah,” tambah Gonul Tol.

Analis lainnya mengatakan Trump mungkin menunggu pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia untuk menghambat kemajuan Turki. Setelah penarikan AS dari zona penyangga antara daerah-daerah yang dikuasai Kurdi dan perbatasan Suriah dengan Turki, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) mencapai kesepakatan dengan pemerintah Suriah untuk bersama-sama memerangi pasukan Turki.

Analis Katakan Trump Ulur Waktu dengan Erdogan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:02 0:00

"Saya pikir sekarang ini pemerintahan Trump sedang berusaha mengulur waktu sementara kita melihat rezim Assad dan sekutunya, Rusia, membuat kemajuan di daerah karena mereka berhasil merebut beberapa teritori yang pernah dikuasai SDF. Jadi dalam sepekan, mungkin akan ada situasi di mana ofensif Turki mungkin tidak lagi dapat dilakukan," kata Aykan Erdemir, analis dari lembaga kajian Foundation for Defense of Democracies.

Aykan Erdemir mengatakan jika bekas-bekas musuh ini tidak berhasil memukul mundur invasi Turki, Trump tidak akan lagi terpaksa menjatuhkan sanksi-sanksi lebih keras terhadap Ankara. [uh/lt]

XS
SM
MD
LG