Tautan-tautan Akses

Aksi Militer di Suriah Picu Perpecahan di Perancis dan Uni Eropa


Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, koalisi memiliki 'legitimasi internasional penuh untuk campur tangan' dalam menyerang Suriah karena alasan kemanusiaan.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, koalisi memiliki 'legitimasi internasional penuh untuk campur tangan' dalam menyerang Suriah karena alasan kemanusiaan.

Para menteri luar negeri Eropa dan parlemen Perancis hari Senin (16/4) mengadakan pertemuan untuk membahas tanggapan mereka terhadap serangan terkoordinasi oleh AS, Perancis dan Inggris di Suriah. Aksi militer itu memicu perpecahan, meskipun Presiden Perancis Emmanuel Macron bersikeras Minggu malam bahwa mereka memiliki legitimasi internasional.

Para menteri luar negeri Uni Eropa di Luxembourg dan parlemen Perancis di Paris diperkirakan akan mempertanyakan, tetapi tidak menguji secara serius, keputusan pemimpin Perancis dan Inggris untuk bergabung dengan Washington dalam serangan terhadap fasilitas senjata kimia yang dicurigai di Suriah. Beberapa pemimpin Uni Eropa, seperti Angela Merkel dari Jerman, telah menyebut tindakan militer diperlukan - dan perdebatan yang mungkin lebih besar adalah bagaimana tanggapan Eropa terhadap sekutu Suriah, Rusia.

Di Perancis, beberapa politisi oposisi terkemuka dengan keras mengkritik keterlibatan Prancis dalam serangan itu. Tetapi sidang parlemen hari Senin mengenai Suriah akan dibatasi hanya untuk debat - dan partai La Republique En Marche yang dipimpin Presiden Emmanuel Macron mendominasi Majelis Nasional.

Dalam wawancara televisi Minggu malam, Macron mengatakan koalisi memiliki 'legitimasi internasional penuh untuk campur tangan' dalam menyerang Suriah karena alasan kemanusiaan. Dia menyebut tindakan itu sebagai pembalasan, bukan tindakan perang, dan mengatakan Perancis memiliki bukti bahwa senjata kimia telah digunakan oleh pemerintah Suriah dalam serangan baru-baru ini di kota Douma yang dikuasai pemberontak. Dia juga mengatakan Perancis "tidak menyatakan perang terhadap rezim Bashar al-Assad."

Macron mengatakan dia telah meyakinkan Presiden Donald Trump untuk mempertahankan pasukan AS di Suriah - versi yang kemudian disanggah oleh Gedung Putih - dan hanya melakukan serangan terbatas.

Walaupun Washington dan sekutu Eropanya bersatu dalam hal serangan itu, mereka mungkin berbeda pendapat mengenai bagaimana kelanjutannya.

Macron menyebut Rusia "terlibat" dalam serangan kimia itu, dengan menggunakan cara-cara diplomatik yang membuat komunitas internasional tidak berkutik. Namun dia juga mengemukakan pentingnya bekerja sama dengan Rusia, Turki dan Iran dalam mencari solusi untuk krisis Suriah. Macron dan Presiden Trump akan mengadakan pembicaraan di Washington minggu depan. [as/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG