Tautan-tautan Akses

Dampak Covid-19: Kampus di AS Batasi Pendaftaran Mahasiswa Asing


Spanduk "Selamat Datang" terlihat di gedung Universitas Michigan di Ann Arbor, Michigan, AS, 19 September 2018, sebagai ilustrasi. (Foto: Reuters / Rebecca Cook)
Spanduk "Selamat Datang" terlihat di gedung Universitas Michigan di Ann Arbor, Michigan, AS, 19 September 2018, sebagai ilustrasi. (Foto: Reuters / Rebecca Cook)

Virus corona telah memukul Amerika dengan parah dan menyebabkan banyak calon mahasiswa tidak memilih AS lagi untuk pendidikan tinggi mereka. Selain itu berbagai kesulitan dan penundaan dalam mengusahakan visa masuk ke Amerika,termasuk penerbangan, mengancam pendaftaran mahasiswa internasional di kampus Amerika.

Konflik perdagangan dan ketegangan yang muncul antara AS dan beberapa negara lain, khususnya China, sumber mahasiswa internasional terbesar, bisa mempengaruhi keputusan pada kandidat mahasiswa asing. Selama beberapa tahun terakhir tren menurunnya animo mahasiswa internasional sudah tampak dalam statistik penerimaan mahasiswa.

“Terlampau banyak yang berada di luar kendali kami,” kata Lina Stover, Direktur Penerimaan Mahasiswa Baru di University of Nebraska, Omaha.

Mahasiswa Universitas Nebraska menyeruput cokelat panas ketika mereka pertandingan bola basket perguruan tinggi NCAA melawan Wisconsin, di Lincoln, Nebraska, 29 Januari 2019, di saat musim dingin.(Foto: AP)
Mahasiswa Universitas Nebraska menyeruput cokelat panas ketika mereka pertandingan bola basket perguruan tinggi NCAA melawan Wisconsin, di Lincoln, Nebraska, 29 Januari 2019, di saat musim dingin.(Foto: AP)

Sue Zhang adalah mahasiswa China yang lulus dari University of Nebraska -Lincoln atau UNL bulan lalu. Dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah pasca-sarjana di UNL juga, tetapi Zhang, yang mengambil jurusan teknik sipil dan matematika, mengatakan kepada harian Omaha World Herald, dia memperkirakan krisis virus corona ini akan berpengaruh pada pendaftarannya untuk program pasca sarjana UNL.

Selain itu kekhawatiran terkena COVID-19 memaksanya tidak kemana-mana. Tadinya dia berharap bisa mengunjungi beberapa kampus lain yang menawarkan program yang sama, seperti Stanford University dan University of California at Davis, tetapi dia segan untuk terbang sementara AS sedang dilanda pandemi virus corona.

“Saya rasa pihak universitas sudah mengupayakan dalam batas-batas kemampuan mereka,” kata Zhang, yang terpaksa mengungsi bersama mahasiswa internasional lainnya ke East Side Suites milik UNL ketika krisis ini menutup asrama mahasiswa dimana dia tinggal.

Seorang profesor teknik sipil di UNL, Dave Admiraal, mengatakan, Zhang punya semangat belajar tinggi dan cepat menangkap pelajaran.

“Saya belajar sebegitu banyaknya dari para mahasiswa internasional ini, dan ini melampaui dari apa yang saya dapat seandainya hanya berhubungan dengan para mahasiswa AS saja,” katanya dalam sebuah surat elektronik.

Zhang merencanakan mulai program masternya musim panas ini. Tentang ketegangan dan konflik antara AS dan China, dia mengatakan, hal itu tidak penting baginya. “Saya tidak mau terseret ke dalam politik,” katanya.

Musim gugur yang lalu populasi mahasiswa internasional di UNL telah jatuh dari 2.807 menjadi 2.560, penurunan sebesar 9,6%.

"Mahasiswa internasional memperkaya kehidupan kampus dan masyarakat kami. Mereka menyumbang pada kebhinekaan dan juga menjadi sumber keuangan penting untuk universitas Amerika selama 10 tahun terakhir," kata Josh Davis, Dekan Urusan Global di UNL. [jm/ii]

XS
SM
MD
LG