Tautan-tautan Akses

Kontroversi Penyemprotan Disinfektan di Tengah Wabah Corona


Para petugas Palang Merah Indonesia mengenakan baju hazmat menyemprotkan disinfektan untuk mencegah penularan virus corona (COVID-19), Jakarta, 28 Maret 2020. (Foto: Reuters)
Para petugas Palang Merah Indonesia mengenakan baju hazmat menyemprotkan disinfektan untuk mencegah penularan virus corona (COVID-19), Jakarta, 28 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Pemakaian disinfektan marak dilakukan masyarakat sebagai bentuk pencegahan agar tidak terjangkit virus corona. Pakar kesehatan justru menilai penyemprotan disinfektan yang terlalu sering justru membahayakan organ tubuh manusia.

Semburan cairan tampak keluar deras dari sebuah alat penyemprot disinfektan yang dipakai sejumlah orang berkeliling yang ke pemukiman warga di Solo, Minggu (5/4). Satu persatu rumah warga disemprot. Pagar hingga teras rumah diselimuti cairan yang ditengarai dapat membunuh virus corona. Aksi penyemprotan ini menjadi tontotan warga, terutama anak-anak.

Tak hanya penyemprotan disinfektan dari rumah ke rumah, warga di desa dan kampung secara swadaya membuat bilik atau portal penyemprot disinfektan di akses keluar masuk kawasan tersebut.

Pemyemprotan disinfektan bagi penumpang di terminal Tirtonadi Solo dalam video yang diunggah di media sosial.(Foto: Courtesy/Video Humas Terminal Tirtonadi Solo)
Pemyemprotan disinfektan bagi penumpang di terminal Tirtonadi Solo dalam video yang diunggah di media sosial.(Foto: Courtesy/Video Humas Terminal Tirtonadi Solo)

Kondisi serupa juga terjadi di terminal di mana bagian dalam dan luar ratusan bus menjadi target penyemprotan petugas berpakaian khusus. Para penumpang yang turun di terminal juga disemprot satu persatu.

Mobil dinas kepolisian, pemadam kebakaran, BPBD pun ikut menyemprotkan disinfektan sepanjang jalur jalan utama. Warga yang akan memasuki gedung pemerintah, tempat ibadah, hingga pasar, harus menjalani penyemprotan disinfektan di sebuah bilik khusus berdinding plastik transparan. Secara bergantian warga masuk satu per satu sambil merentangkan tangan dan berputar, sementara disemprot cairan disinfektan.

Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo memberikan cenderamata wayang kepada Dubes AS Joseph R. Donovan di Solo (19/1). (VOA/Yudha Satriawan)
Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo memberikan cenderamata wayang kepada Dubes AS Joseph R. Donovan di Solo (19/1). (VOA/Yudha Satriawan)


Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, pekan lalu mengatakan selama masa KLB corona di Solo, disinfektan menjadi salah satu upaya pencegahan virus tersebut.

"Kita punya 270 alat semprot disinfektan. Setiap kelurahan ada 5 alat. Solo kan ada 54 kelurahan. Alat bantuan pemkot, cairan disinfektan bisa secara mandiri gotong royong warga," katanya.

Pemerintah, lanjut Rudy, memberikan alatnya. Sementara masyarakat membeli obat diisinfektan secara gotong royong. Alat tersebut juga dapat digunakan masyakarat untuk membersihkan rumput.

"Ini semua langsung bergerak menyemprotkan disinfektan ke masyarakat, gratis. Camat dan lurah harus menyediakan obat disinfektan secara mandiri. Kalau fasilitas umum, tempat ibadah, terminal, sekolah, gedung pemerintah, jalan umum, pasar, itu tanggung jawab pemerintah melakukan penyemprotan," katanya.

Pakar Kesehatan Kritisi Penyemprotan Disinfektan Secara Massal & Berulangkali

Namun penggunaan disinfektan kini menjadi soroan karena campuran atau oplosan cairan pembersih lantai, alkohol hingga pemutih pakaian, meninggalkan bau menyengat tajam di lokasi sekitar maupun pada tubuh orang yang sudah disemprot.

Pakar penyakit infeksi pernafasan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret UNS Solo, Profesor Dokter Reviono spesialis paru, mengingatkan penyemprotan disinfektan secara massal, masif, dan berulang kali bisa membahayakan manusia.

Menurut dokter yang berpengalaman dalam tim penanggulangan flu burung pada tahun 2003 di salah satu rumah sakit pemerintah di Solo ini, kebiasaan hidup sehat terutama mencuci tangan menjadi kunci pencegahan virus. Dampak penyemprotan disinfektan, tegas Reviono, membahayakan mata, kulit dan saluran pernafasan.

Seorang petugas Palang Merah Indonesia menyemprotkan carian disinfektan di kampung padat penduduk di tengah wabah virus corona (COVID-19) di Jakarta, 4 April 2020. (Foto: Reuters)
Seorang petugas Palang Merah Indonesia menyemprotkan carian disinfektan di kampung padat penduduk di tengah wabah virus corona (COVID-19) di Jakarta, 4 April 2020. (Foto: Reuters)

"Jumlah partikel yang disemprotkan kan entah itu disinfektan, sabun, alkohol, kalau dihirup kan tidak bagus. Kerusakan paling ringan: bronchitis. Bisa jadi juga radang pneumonitis, alveolinya ikut radang atau rusak. Ini tidak jangka panjang loh ya, kalau setiap hari disemprot kan jadi kumulatif," katanya.

Menurutnya, partikel akan menempel di saluran pernafasan dan menumpuk. Dampak langsung seketika ya nggak. Itu kumulatif. Namun Reviono mengaku tidak tahu intensitas semprotan yang dapat berdampak pada kesehatan manusia.

"Yang jelas ini kan menghirup partikel berbahaya, disinfektan, kalau untuk cuci tangan kan beda. Iritasi kulit. Lha ini disinfektan disemprot di ruang tertutup/terbuka, mau tidak mau kan bernafas, menghirup partikel disinfektan, posisi mata juga kan nggak merem terus, bisa masuk ke mata dan jadi iritasi. Himbauan saya, jelas saya tidak merekomdasi penyemprotan disinfektan, apalagi di chamber atau bilik tertutup. Ya kita harus biasakan cuci tangan," paparnya.

Gubernur Jateng: Jangan Semprot Cairan Disinfektan Langsung ke Tubuh

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Kamis (2/4), meminta instansi maupun warga tidak melakukan penyemprotan disinfektan secara langsung ke tubuh.

"Ayo kita lawan Covid-19 bersama-sama. Untuk warga yang di desa-desa manapun di Jawa tengah, saya melihat banyak sekali penyemprotan disinfektan. Tolong, hindari penyemprotan itu. Kalau anda harus melakukan penyemprotan, semprotlah di benda-benda mati yang sering dipakai nongkrong, sering dipegang, terus komposisi caoran disinfektan konsultasikan dengan ahlinya," imbau Ganjar.

pembuatan bilik khusus dan portal penyemprotan disinfektan di kompleks Balaikota Solo, 27 Maret 2020. (Foto: Courtesy/Humas Pemkot Surakarta)
pembuatan bilik khusus dan portal penyemprotan disinfektan di kompleks Balaikota Solo, 27 Maret 2020. (Foto: Courtesy/Humas Pemkot Surakarta)

"Jangan sampai cairan itu terhirup. Apalagi yang menyemprot dan disemprot tidak pakai baju pelindung khusus. Ini berbahaya. Cairan itu akan masuk ke pernafasan dan nempel di paru-paru. Membahayakan masa depan. Kalau ruangan disemprot disinfektan, tunggu empat jam sesudahnya. Itu waktu cukup untuk kembali ke ruangan, kalau perlu dibersihkan, cukup di pel saja," paparnya.

Pedoman Penggunaan Cairan Pembersih/Disinfektan

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di America (CDC) lewat situsnya telah memberikan pedoman cara yang aman untuk menggunakan cairan disinfektan guna mencegah perebakan virus corona.

Tindakan membersihkan rumah atau permukaan barang yang kerap disentuh -seperti meja, gagang pintu, saklar lampu, telpon, keyboard komputer hingga wastafel- cukup dengan air bersih dan sabun.

Penggunaan cairan disinfektan diharuskan mengikuti anjuran yang ada dalam setiap produk. Selama tindakan membersihkan rumah atau permukaan barang ini disarankan membuka pintu/jendela sehingga ada aliran udara segar yang masuk.

Menghirup partikel disinfektan dalam waktu lama dalam lingkungan tertutup akan menyebabkan sakit kepala, batuk, kelelahan berlebihan dan rasa kantuk. Paparan pada kulit malah dapat menyebabkan kulit menjadi kemerahan dan terbakar. [ys/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG