Tautan-tautan Akses

Bank Indonesia Tak Mampu Lawan Pasar Keuangan Global


Seorang pegawai Bank Indonesia menghitung uang rupiah di kantor pusat di Jakarta. (Foto: Dok)
Seorang pegawai Bank Indonesia menghitung uang rupiah di kantor pusat di Jakarta. (Foto: Dok)

Sebagai 'emerging markets', Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk membuat kebijakan yang melawan apa yang terjadi di pasar keuangan global.

Bank Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk melawan apa yang terjadi di pasar keuangan global, menurut deputi gubernur senior, mengindikasikan bahwa bank sentral akan mempertahankan kebijakan yang ketat bulan depan.

Bank Indonesia mempertahankan tingkat suku bunga pada 7,50 persen sebelum pertemuan bank sentral AS atau Federal Reserve bulan ini, namun para analis mengatakan bank itu memiliki ruang lingkup untuk memotongnya tahun ini.

Para analis mengatakan Bank Indonesia telah mengubah sikap "stabilitas atas pertumbuhan" ketika memotong tingkat suku bunga 25 poin basis pada Februari, namun harus berhenti pada Maret setelah rupiah melemah ke tingkat terendah dalam 17 tahun pada 13.244 per dolar bulan Maret.

Rupiah diperdagangkan pada Rp 13.070 terhadap dolar AS, Senin (30/3).

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan, bank sentral itu mendukung sikap "pro-pertumbuhan" melalui stabilisasi.

"Kami, emerging markets (negara ekonomi baru), tidak memiliki kemampuan untuk membuat kebijakan yang melawan apa yang terjadi di pasar keuangan global. Kami bukan pencetak dolar," ujar Mirza, Senin malam.

"Itu sebabnya kami akan mempertahankan stabilitas untuk mendukung pertumbuhan (ekonomi). Jika kita tidak memiliki stabilitas, pertumbuhan akan lambat."

Pada lokasi yang berbeda Senin, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo kembali menekankan bahwa kebijakan bank sentral masih akan bias ketat.

Pada dua tahun terakhir, dimana bank sentral meningkatkan tingkat suku bunga 200 poin basis, Bank Indonesia mengatakan meletakkan stabilitas di atas pertumbuhan ekonomi. Bank sentral itu berulang kali mengatakan tingkat bunga yang tinggi diniatkan untuk memperlambat pertumbuhan, mengekang impor dan memperkecil defisit rekening berjalan yang lebar saat itu.

Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,02 persen pada 2014, paling lambat dalam lima tahun terakhir dan pertumbuhan pinjaman turun pada 11,6 persen, terendah pada hampir lima tahun.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan akan naik ke 5,4 persen sampai 5,8 persen tahun ini, dengan pertumbuhan pinjaman pada 15 persen sampai 17 persen. Namun defisit rekening berjalan diperkirakan akan dipertahankan pada 3 persen dari produk domestik bruto, atau sekitar sama dengan tahun lalu.

Recommended

XS
SM
MD
LG