Wabah Corona Persulit Mahasiswa Penuhi Biaya Hidup dan Kuliah

  • Yudha Satriawan

Foto berbagai cara mahasiswa UGM mengikuti kuliah online. (Foto courtesy: Made Andi)

Wabah virus corona berdampak buruk pada banyak mahasiswa. Selain menghadapi keterbatasan akses ke sarana pendidikan, mereka juga kesulitan membayar uang kuliah dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sejumlah pihak berusaha meringankan beban mereka.

Merlita Fitriani, mahasiswi Universitas Sebelas Maret UNS Solo, saat dihubungi via telepon, Rabu (6/5), menceritakan kondisi ekonomi keluarganya yang terdampak wabah virus corona. Mahasiswi angkatan 2017 jurusan desain tekstil ini, kehilangan pekerjaan sampingannya yang selama ini membantu memenuhi kebutuhan kuliahnya.

"Papaku udah nggak kerja, pensiun, sedangkan mamaku tenaga guru honorer, kalau nggak mengajar kan ya nggak dapat gaji. Jadi sekarang nggak ada pemasukan sama sekali. Orang tuaku sekarang jualan, apa saja yang bisa dijual. Kalau saya mencoba mencari uang sendiri, kerja freelance, tapi sekarang sudah tidak lagi. Saya kehilangan pekerjaan sampingan juga. Saya masih mikir soal tugas kuliah dan biaya kuliah. Kalau ada keringanan biaya kuliah, saya akan mengajukan diri," kata Merlita.

Your browser doesn’t support HTML5

Wabah Corona Persulit Mahasiswa Penuhi Biaya Hidup dan Kuliah

Merlita yang kini berada di daerah asalnya di Serang Banten merupakan salah satu dari ribuan atau bahkan jutaan mahasiswa yang mengalami goncangan ekonomi karena wabah corona.

Suasana Kampus UNS Solo, Senin, 30 Desember 2019. (Foto courtesy: Humas UNS Solo)

Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia (MRPTNI) menyampaikan sejumlah sikap menghadapi pandemi Covid-19 ini. Ketua MRPTNI Profesor Jamal Wiwoho, saat telekonferensi bersama para awak media, Selasa (5/5) mengungkapkan rasa empati para rektor PTN terhadap kondisi perekonomian mahasiswa dan keluarga mereka yang terdampak pandemi COVID-19. Dalam kesempatan tersebut, Jamal yang juga menjabat Rektor UNS Solo menyarankan agar mahasiswa yang secara ekonomi terdampak pandemi mengajukan keringanan biaya kuliah.

Ketua MRPTNI, Profesor Jamal Wiwoho. (Sumber: Humas UNS Solo)

"Bentuknya bisa pembebasan sementara, pengurangan, pergeseran klaster, pembayaran mengangsur, dan penundaan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) sesuai dengan regulasi yang berlaku. Para pimpinan perguruan tinggi merasa sangat prihatin dan berempati, serta membuka diri dalam membantu menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi oleh para mahasiswa dan keluarganya, yang secara langsung terdampak sumber perekonomiannya, sehingga sulit memenuhi kewajiban membayar UKT," jelas Profesor Jamal.

Jamal menambahkan mahasiswa bisa mengajukan permohonan perubahan UKT dengan menyertakan data pokok tentang perubahan kemampuan ekonomi orangtua mereka.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. (Foto: Humas Jateng)

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, juga memahami kesulitan yang dihadapi banyak mahasiswa. Pekan lalu, menyambangi asrama mahasiswa luar daerah yang masih bertahan di Jawa Tengah. Ganjar menggelontorkan bantuan bahan pangan dan dana untuk menutupi biaya kebutuhan hidup, termasuk air dan listrik.

"Ini teman-teman dari Papua, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Jawa Barat, tidak pulang karena wabah corona. Mereka bertahan di asrama masing-masing di Jawa tengah. Diantara para mahasiswa ini profesinya macam-macam. Ada yang petani, pekerja informal, kiriman uangnya tidak sebulan sekali, bisa mingguan atau bahkan tiga bulan, tergantung pendapatan orang tua di daerah asalnya. Kita bantu mereka agar bisa makan dengan baik. Kita gotong royong," jelasnya. [ys/ab]