Ramadan, Saat Melesatnya Penggunaan Media Sosial

Remaja Indonesia mengakses akun media sosial mereka di sebuah kafe internet di Jakarta (foto: ilustrasi).

Konsumsi media sosial saat bulan Ramadan terbukti meningkat pesat. Yang menarik, yang paling dicari terutama informasi agama, hal-hal yang menimbulkan rasa nyaman dan kenangan akan masa lalu.

Bagi warga Muslim, bulan Ramadan menjadi saat untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta, beribadah, beramal dan bertoleransi. Kombinasi antara bulan Ramadan dan berbagai kebijakan pada masa pandemi virus corona, antara lain keharusan tinggal di rumah dan melakukan pembatasan sosial, terbukti meningkatkan konsumsi media sosial di hampir seluruh negara. Perubahan pola hidup dan keseharian – makan, tidur, beribadah – ditengarai mengubah perilaku warga, khususnya di bulan Ramadan.

Statista, suatu badan yang mengkaji data-data dari 170 industri di lebih dari 50 negara, April lalu melaporkan konsumsi media sosial – Facebook, Twitter, Instagram – naik hingga 44%. Jauh lebih tinggi dibanding jumlah mereka yang menghabiskan waktu untuk membaca buku atau mendengarkan audiobook yaitu 36%, mendengarkan musik yaitu 35% atau membaca majalah dan koran yaitu 18%. Ditambahkan, bahwa durasi konsumsi media sosial juga meningkat hingga lebih dari dua jam.

YouTube tahun lalu mencatat kenaikan penggunaan salurannya hingga 53%. Sementara jumlah yang berinteraksi aktif dengan memberikan tanda “suka” naik hingga 447%, membagi dengan orang lain naik hingga 228%, memberikan komentar naik hingga 431% dan akhirnya berlangganan YouTube naik hingga 490%. Data tahun ini diperkirakan akan lebih besar lagi.

Ceramah Ramadan di situs YouTube (foto: ilustrasi).

Nana, seorang warga Indonesia yang tinggal di Maryland, mengakui hal ini. Tetapi berbeda dengan hari biasa, ibu tiga anak ini pada bulan Ramadan lebih memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan resep masakan dan menyimak ceramah agama.

“Saya menggunakan media sosial, terutama Facebook, WhatsApp dan kini Zoom, untuk mendengar kultum (kuliah tujuh menit.red) menjelang berakhirnya sahur atau menjelang berbuka. Kadang saya juga suka mencari resep masakan atau tradisi kuno yang menarik dibuat saat Ramadan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Zahara, seorang mahasiswi tahun ketiga di Universitas Indonesia, Depok.

“Saya memang jadi lebih sering menggunakan media sosial, terutama untuk nonton film. Tetapi saya sukanya film-film klasik. Rasanya kok enak aja gitu,” tutur Zaza.

Ceramah Ramadan yang disiarkan langsung melalui Facebook Live (foto: ilustrasi).

Menurut pakar komunikasi dan budaya digital Dr. Firman Kurniawan, peningkatan konsumsi media sosial dan apa yang dikonsumsi itu merupakan hal yang wajar. Ia menyebutnya sebagai relaksasi.

“Relaksasi. Informasi tentang Covid-19 sekarang ini khan begitu mencekam, baik soal jumlahnya, kematiannya, cara penularan, dan ini menjadi satu-satunya informasi yang ada dalam tiga bulan terakhir ini. Nah ketika tiba bulan Ramadan, kita jadi seperti menemukan oase untuk mendapatkan informasi lain selain itu, yang tidak membutuhkan pemikiran berat. Ini yang ada di media sosial dan sangat dibutuhkan warga – resep makanan, film klasik, foto-foto atau kenangan masa lalu, relasi dengan keluarga. Ini penting juga untuk menjaga kewarasan. Publik melakukan relaksasi,” ulasnya.

Lebih jauh Firman mencatat peningkatan konsumsi media sosial di bulan Ramadan ini juga sangat erat kaitannya dengan perubahan pola hidup akibat Covid-19.

“Jika dulu orang bisa beribadah di masjid, berbuka puasa bersama teman-teman atau keluarga di restoran, atau jalan-jalan ke pusat perbelanjaan; kini semua dipusatkan di rumah. Sekolah-bekerja dan beribadah di rumah. Walhasil media sosial menjadi pintu satu-satunya untuk mendapat informasi dan relaksasi. Pada saat Ramadan ini yang dikonsumsi adalah yang lebih ringan atau lebih santai,” imbuh Firman.

Selain Facebook, Instagram menjadi salah satu bentuk media sosial yang paling sering digunakan. Sementara waktu yang paling diminati untuk menggunakan media sosial justru menjelang sahur yaitu sekitar jam 3 dini hari. [em/jm]