Rakyat Afghanistan Semakin Pesimistis akan Masa Depan Mereka

Komandan pasukan internasional pimpinan AS di Afghanistan, Jenderal John W. Nicholson, di Kabul, 27 Juli 2016 (Foto: dok).

Sebuah survei baru menunjukkan, kira-kira 70 persen rakyat Afghanistan meyakini negara mereka bergerak ke arah yang keliru, tingkat optimisme terendah selama lebih dari satu dekade.

Menurut survei tahunan yang dilakukan Yayasan Asia yang berbasis di San Francisco dan dirilis Rabu (7/12), ada sejumlah alasan yang membuat rakyat Afganistan pesimistis. Beberapa di antaranya adalah karena situasi keamanan yang buruk, korupsi yang merajalela, meningkatnya pengangguran, dan rendahnya pertumbuhan lapangan kerja.

Laporan itu juga menyebutkan, kurangnya kemajuan dalam pembicaraan perdamaian dengan Taliban, dan jatuhnya banyak korban sipil selama tahun 2016 juga ikut menurunkan rasa keoptimisan rakyat.

Laporan itu mencontohkan situasi di Helmand, di mana serangan pemberontak telah meningkat dan Taliban kini menguasai sebagian besar propinsi itu. Sekitar 92 persen warga mengatakan, mereka kadang-kadang, sering atau selalu ketakutan. Itu merupakan peningkatan tujuh persen dibanding 2015, atau 25 persen dibandingkan tahun 2014.

Taliban telah meningkatkan serangan dan meraih sejumlah kemajuan dalam merebut wilayah sejak pasukan tempur internasional ditarik mundur dari negara itu pada akhir tahun 2014.

Komandan pasukan internasional pimpinan AS di Afghanistan, Jenderal John Nicholson mengungkapkan pekan lalu, pemerintah kini mengontrol hanya dua pertiga wilayah Afghanistan sementara Taliban 10 persen, dan sisanya masih diperebutkan. [ab/as]